Metode Pengajaran Bahasa pada Murid Kelas VI SLB B

yang secara sukarela untuk menjawabnya. Namun, apabila tidak ada satu pun murid yang mau menjawab, guru lalu menunjuk murid – muridnya untuk menjawab secara bergantian dengan pertanyaan yang berbeda. Kemudian, guru menyuruh murid – muridnya untuk menuliskan bacaan tersebut di buku mereka masing – masing. Guru juga menentukan buku yang berbeda untuk menuliskan bacaan, menuliskan kalimat, maupun untuk menuliskan pertanyaan. Selain itu, menurut hasil wawancara dengan guru WWC 1, pencapaian yang diharapkan dari metode pengajaran dengan menggunakan Metode Maternal Reflektif MMR adalah agar murid – muridnya dapat mengenali pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang terjadi, baik pada diri mereka ataupun dari luar diri mereka. Metode ini juga diharapkan dapat membuat murid – murid mampu menyebutkan kembali kalimat atau mengucapkan kalimat dan menuliskan kalimat. Selain itu, murid – murid diharapkan dapat memahami dan mengulangi cerita dari bacaan yang telah dituliskan di papan tulis agar dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru serta memiliki kemampuan untuk mengulangi ucapan dari guru maupun teman – temannya.

5. Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif MMR dalam

Pengajaran Bahasa pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta a. Pelaksanaan percakapan dari hati ke hati Perdati Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan dari hati ke hati Perdati, dapat diketahui bahwa materi pembelajaran tidak dipersiapkan oleh guru sepenuhnya. Materi yang diberikan merupakan pengalaman, peristiwa, atau kejadian yang dialami oleh murid – muridnya. Guru hanya memulai untuk membuka percakapan dan percakapan selanjutnya diserahkan pada murid – muridnya OBS I, OBS II, dan OBS IV. Murid – murid bebas mengutarakan segala bentuk pertanyaan dan pernyataan pada murid yang lain, baik dengan menggunakan bahasa oral maupun bahasa isyarat. Namun terkadang, guru juga membantu murid – muridnya yang kesulitan untuk kembali memulai percakapan atau memahami pertanyaan maupun pernyataan dari murid yang lain. Setelah percakapan dirasa telah cukup maka, kegiatan selanjutnya adalah membuat percakapan menjadi sebuah tulisan dalam bentuk bacaan di papan tulis. Pelaksanaan Perdati merupakan upaya guru untuk mengembangkan proses perolehan bahasa murid – murid dan melatih mereka agar membiasakan diri untuk berbicara.

b. Pelaksanaan percakapan membaca ideovisual Percami

Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan membaca ideovisual Percami dapat diketahui bahwa guru membacakan bacaan yang telah dituliskan di papan tulis sesuai dengan lengkung frase yang telah dibuat oleh guru lalu menyuruh murid – murid untuk mengulanginya. Lengkung frase dilakukan dengan cara memenggal kelompok kata dalam kalimat dan berguna untuk membantu murid – murid agar dapat membaca secara berirama. Kemudian, guru menyuruh siswa untuk mengulangi membaca bacaan tersebut tanpa bantuan guru OBS I, OBS II, OBS III, dan OBS IV. Guru lalu memberikan pertanyaan mengenai bacaan tersebut dan menyuruh murid – muridnya untuk menunjukkan kalimat yang dalam bacaan sesuai dengan jawaban mereka OBS II. Pelaksanaan Percami merupakan upaya guru untuk mengembangkan kemampuan berbahasa murid – murid agar dapat menangkap dan memahami suatu bacaan. c. Pelaksanaan percakapan membaca transisi Percamsi Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan membaca transisi Percamsi, dapat diketahui bahwa materi yang diberikan oleh guru adalah berasal dari hasil percakapan kelas lain pada waktu yang telah lalu, misalnya hasil percakapan dari kelas V. Murid – murid tetap diminta untuk membacanya agar mereka dapat memahami isi bacaan tersebut dengan dan tanpa bantuan dari guru. Kemudian, guru memberikan pertanyaan mengenai keterangan waktu yang terdapat dalam bacaan. Guru lalu mengaitkan waktu yang terdapat dalam bacaan dengan waktu terjadinya percakapan untuk memperjelas mengenai konsep waktu yang telah lampau OBS III. Pelaksanaan Percamsi merupakan upaya guru untuk membantu murid – muridnya memahami dunia orang lain dan menjelaskan pada mereka tentang konsep waktu lampau.

d. Pelaksanaan percakapan latihan refleksi Perlatsi

Menurut hasil observasi yang dilakukan di kelas pada saat pelajaran Bahasa mengenai pelaksanaan percakapan latihan refleksi Perlatsi, dapat diketahui bahwa kegiatan ini dilakukan guru dengan cara meminta murid – muridnya untuk membuat kalimat atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru atau yang terdapat dalam bacaan, lalu menunjukkan kalimat yang menjadi jawabannya. Selain itu, murid – murid diminta untuk mengutarakan pendapat maupun pertanyaan pada guru atau teman – temannya. OBS I, OBS II, OBS III, OBS IV, dan OBS V. Pelaksanaan Perlatsi merupakan upaya guru untuk membuat murid – muridnya aktif mengutarakan pendapat atau menjawab pertanyaan yang telah diberikan.

6. Penggunaan Metode Maternal Reflektif MMR dalam

Berkomunikasi pada Murid Kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta Menurut observasi yang dilakukan di kelas pada tanggal 12 dan 19 September, 6 Oktober, serta 21 dan 24 November 2011 serta 1 Desember 2011 pada NA, LI, DA, dan SA, dapat diketahui bahwa penggunaan Metode Maternal Reflektif MMR dalam berkomunikasi pada murid – murid kelas VI SLB B Karnnamanohara adalah sebagai berikut : a. Di dalam kelas 1 NA NA menggunakan bahasa oral dalam merespon pertanyaan dari guru dan dalam mengungkapkan pertanyaan maupun pernyataannya m1.kdk.1. Terkadang, NA mengalami kesulitan dalam merespon pertanyaan dari guru m1.kdk.4. Namun, dalam berkomunikasi dengan teman – temannya, NA menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan menggunakan tangannya m1.kdk.2. NA juga telah cukup menguasai beberapa arti kata m1.kdk.10a b. Di sisi lain, NA dapat membantu guru dalam mengungkapkan kata – kata atau memperjelas pertanyaan dan pernyataan dari teman – temannya yang kurang dipahami oleh guru m1.kdk.11. NA juga dapat membantu teman – temannya dalam mengeja sebuah kata m1.kdk.12 Foto 04 maupun membantu dalam merespon pertanyaan dari guru m1.kdk.13. 2 LI LI menggunakan bahasa oral sambil berisyarat dengan tangan maupun ekspresi wajahnya dalam merespon pertanyaan dari guru dan teman – temannya m2.kdk.1. Terkadang, ketika mengungkapkan pertanyaan m2.kdk.3 atau melakukan percakapan dengan teman – temannya m2.kdk.2, LI lebih sering menggunakan bahasa isyarat. Meskipun demikian, LI masih mengalami kesulitan dalam memahami dan merespon pertanyaan dari guru maupun teman – temannya m2.kdk.4. Di samping itu, LI mengalami kesulitan dalam mengucapkan m2.kdk.6, mengulangi m2.kdk.7, mengeja, maupun menuliskan m2.kdk.8 sebuah kata atau kalimat. LI juga masih mengalami kesulitan dalam membuat sebuah kalimat m2.kdk.9. 3 DA DA menggunakan bahasa oral dalam merespon pertanyaan dari guru serta dalam mengungkapkan pertanyaan dan pernyataan m3.kdk.1. Meskipun demikian, DA masih mengalami kesulitan dalam

Dokumen yang terkait

FAKTOR-FAKTOR STRATEGIK PEMEROLEHAN BAHASA ANAK TUNARUNGU ( Studi kasus di SLB – B Karnnamanohara Yogyakarta ).

0 0 11

PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA ANAK TUNARUNGU KELAS DII DI SLB AL-FITHRI KABUPATEN BANDUNG.

0 0 29

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATERNAL REFLEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA DI SLB. B (ANAK TUNARUNGU).

0 1 44

Gambaran dari dampak penggunaan Metode Maternal Reflektif (MMR) terhadap perkembangan bahasa dan komunikasi pada murid tunarungu kelas VI SLB B Karnnamanohara Yogyakarta.

0 4 150

PENGARUH PENERAPAN METODE MATERNAL REFLEKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017.

0 0 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI METODE MATERNAL REFLEKTIF PADA ANAK TUNARUNGU KELAS D5 SEMESTER I SLB-B YAAT SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 0 18

PENGARUH METODE MATERNAL REFLEKTIF (MMR) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA TUNARUNGU SMP DI SLB-B YRTRW SURAKARTA TAHUN 2014.

0 0 19

Komunikasi interpersonal berbasis Metode Maternal Reflektif (MMR) antara ibu dan anak berkebutuhan khusus tunarungu : studi kasus keluarga di SLB Ngelom Taman Sidoarjo.

2 10 95

PENGARUH MEDIA SCRABBLE WORD BERGAMBAR TERHADAP PENGUASAAN KOSAKATA BAGI ANAK TUNARUNGU KELAS DASAR I SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

16 119 16

KEMAMPUAN MENDISKRIMINASI BUNYI BAHASA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII DALAM PEMBELAJARAN BINA KOMUNIKASI PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA (BKPBI) DI SLB B KARNNAMANOHARA YOGYAKARTA.

4 51 155