Utu Niyama Kelas 10 SMA Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Guru

Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama mahabhuta, yaitu unsur padat pathavi, cair apo, api tejo, dan vayo. Unsur padat atau ”tanah” merupakan unsur yang bersifat ”luasan” dan liat yang berfungsi menjadi basis unsur lainnya. Unsur kedua tidak dapat saling mengikat tanpa dasar untuk ikatan tersebut; unsur ketiga tidak dapat menghangatkan tanpa basis bahan bakar; unsur keempat tidak dapat bergerak tanpa dasar untuk gerakannya; semua materi bahkan atom sekali pun membutuhkan unsur pathavi sebagai basisnya. Unsur cair atau ”air” merupakan unsur yang bersifat kohesif ikat-mengikat dan dapat menyesuaikan diri yang berfungsi memberikan sifat ikat-mengikat pada unsur lainnya. Unsur ini juga memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup. Unsur panas atau ”api” merupakan unsur yang bersifat panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin pada unsur lainnya. Karena unsur ini, semua materi dapat dihasilkan kembali untuk tumbuh dan berkembang setelah mencapai kematangan. Unsur angin atau secara hariah berarti ”udara” merupakan unsur yang bersifat gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur lainnya. Unsur gerak ini membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi. Unsur-unsur ini jika bertahan dalam kondisi yang tetap, dapat bertambah kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk bertambah, dan berkurang kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk berkurang. Misalnya, dalam benda padat unsur cair dapat memperoleh kekuatan gerak yang cukup sehingga menyebabkan benda padat tersebut mencair, dalam zat cair unsur panas dapat mengubahnya menjadi nyala api dan unsur cairnya hanya memberi sifat ikatan. Karena sifat intensitas dan jumlahnya ini, keempat unsur tersebut disebut unsur besar mahabhutani. Intensitas dan jumlah unsur-unsur ini mencapai puncaknya ketika terjadinya pembentukan dan kehancuran alam semesta. Energi utu merupakan benih awal semua fenomena pada dunia materi dan merupakan bentuk awal dari unsur panas Sumber : http:persatuan-umat.blogspot.com201006alam-semesta.html Gambar 7.7 Alam semesta 194 Kelas X SMASMK Hukum energi merupakan proses berkelanjutan yang mengatur empat rangkaian pembentukan, kelanjutan, kehancuran, dan kekosongan alam semesta. Ia juga mengatur pergantian musim dan menentukan musim di mana tumbuhan menghasilkan bunga dan buah. Tidak ada yang mengatur kejadian-kejadian ini apakah manusia, dewa, atau Brahma, kecuali hukum Utu Niyama ini.

B. Bija Niyama

Bija Niyama adalah hukum universal yang berkaitan dengan tumbuh-tumbuhan, yaitu bagaimana biji, stek, batang, cabang, ranting, pucuk, daun dapat bertunas, bertumbuh, berkembang, dan berbuah. Kemudian dari satu bibit menghasilkan buah yang banyak, atau dari bibit yang kecil menumbuhkan pohon yang besar, dan lain-lain. Bija berarti ”benih” di mana tumbuhan tumbuh dan berkembang darinya dalam berbagai bentuk. Dari pandangan ilosoi, hukum pembenihan hanyalah bentuk lain dari hukum energi. Dengan demikian pengatur perkembangan dan pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan hukum energi yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan. Sumber : https:www.google.comsearch?q=gambar+pohon+besar Gambar 7.9 Pertumbuhan Sumber: septian99.wordpress.com Gambar 7.8 Pohon berbuah 195 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti Hukum pembenihan menentukan kecambah, tunas, batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah di mana dapat tumbuh. Dengan demikian, biji jambu tidak akan berhenti menghasilkan keturunan spesies jambu yang sama. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis tumbuhan lainnya dan tidak ada sosok pencipta yang mengaturnya.

C. Kamma Niyama

Sumber: mycuteshoppe.blogspot.com Gambar 7.10 Karma manusia yang menyedihkan Kamma Niyama adalah hukum universal tentang karmaperbuatan. Kamma Niyama dikenal sebagai hukum yang berkaitan dengan moral. Keterangan rinci tentang hukum perbuatan Hukum Karma dapat dilihat pada uraian pada buku Pendidikan Agama Buddha Kelas XI. Hukum Karma adalah hukum perbuatan yang didasarkan kehendak atau niat. Seperti yang disebutkan dalam kitab Pali: ”Para bhikkhu, kehendak itulah yang Kusebut perbuatan. Melalui kehendaklah seseorang melakukan sesuatu dalam bentuk perbuatan, ucapan, atau pikiran” Anguttara Nikaya, iii:415. Di sini kehendak merupakan kemauan tindakan mental. Dalam melakukan sesuatu, baik maupun buruk, kehendak mempertimbangkan dan memutuskan langkah-langkah yang diambil, menjadi pemimpin semua fungsi mental yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Ia menyediakan tekanan mental pada fungsi- fungsi ini terhadap objek yang diinginkan. Dalam melaksanakan tugasnya, termasuk juga tugas-tugas semua proses mental lainnya yang terlibat, kehendak menjadi pemimpin tertinggi dalam pengertian ia memberitahukan semua sisanya. Kehendak menyebabkan semua aktivitas mental cenderung bergerak dalam satu arah. Hukum perbuatan mengatur akibat-akibat dari suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Contoh-contoh akibat moral dari suatu perbuatan dapat dijumpai dalam berbagai sutta, misalnya dalam Majjhima-Nikaya, Cula-Kamma-Vibhanga- Sutta: ”Akibat dari membunuh menyebabkan umur pendek, dan tidak melakukan pembunuhan menyebabkan umur panjang. Iri hati menghasilkan banyak perselisihan, sedangkan kebaikan hati menghasilkan perdamaian. Kemarahan 196 Kelas X SMASMK