Dunia materi terbentuk dari empat unsur utama mahabhuta, yaitu unsur padat pathavi, cair apo, api tejo, dan vayo. Unsur padat atau ”tanah” merupakan
unsur yang bersifat ”luasan” dan liat yang berfungsi menjadi basis unsur lainnya. Unsur kedua tidak dapat saling mengikat tanpa dasar untuk ikatan tersebut; unsur
ketiga tidak dapat menghangatkan tanpa basis bahan bakar; unsur keempat tidak dapat bergerak tanpa dasar untuk gerakannya; semua materi bahkan atom sekali
pun membutuhkan unsur pathavi sebagai basisnya.
Unsur cair atau ”air” merupakan unsur yang bersifat kohesif ikat-mengikat dan dapat menyesuaikan diri yang berfungsi memberikan sifat ikat-mengikat
pada unsur lainnya. Unsur ini juga memberikan kelembaban dan cairan pada tubuh makhluk hidup.
Unsur panas atau ”api” merupakan unsur yang bersifat panas, yang memberikan fungsi panas dan dingin pada unsur lainnya. Karena unsur ini, semua materi dapat
dihasilkan kembali untuk tumbuh dan berkembang setelah mencapai kematangan. Unsur angin atau secara hariah berarti ”udara” merupakan unsur yang bersifat
gerakan dan memberikan fungsi gerak pada unsur lainnya. Unsur gerak ini membentuk kekuatan tarikan dan tolakan pada semua materi.
Unsur-unsur ini jika bertahan dalam kondisi yang tetap, dapat bertambah kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk bertambah, dan berkurang
kekuatannya jika terdapat sebab yang cukup untuk berkurang. Misalnya, dalam benda padat unsur cair dapat memperoleh kekuatan gerak yang cukup sehingga
menyebabkan benda padat tersebut mencair, dalam zat cair unsur panas dapat mengubahnya menjadi nyala api dan unsur cairnya hanya memberi sifat ikatan.
Karena sifat intensitas dan jumlahnya ini, keempat unsur tersebut disebut unsur besar mahabhutani. Intensitas dan jumlah unsur-unsur ini mencapai puncaknya
ketika terjadinya pembentukan dan kehancuran alam semesta. Energi utu merupakan benih awal semua fenomena pada dunia materi dan merupakan
bentuk awal dari unsur panas
Sumber : http:persatuan-umat.blogspot.com201006alam-semesta.html
Gambar 7.7 Alam semesta 194
Kelas X SMASMK
Hukum energi merupakan proses berkelanjutan yang mengatur empat rangkaian pembentukan, kelanjutan, kehancuran, dan kekosongan alam semesta.
Ia juga mengatur pergantian musim dan menentukan musim di mana tumbuhan menghasilkan bunga dan buah. Tidak ada yang mengatur kejadian-kejadian ini
apakah manusia, dewa, atau Brahma, kecuali hukum Utu Niyama ini.
B. Bija Niyama
Bija Niyama adalah hukum universal yang berkaitan dengan
tumbuh-tumbuhan, yaitu bagaimana biji, stek, batang,
cabang, ranting, pucuk, daun dapat bertunas, bertumbuh, berkembang,
dan berbuah. Kemudian dari satu bibit menghasilkan buah yang
banyak, atau dari bibit yang kecil menumbuhkan pohon yang besar,
dan lain-lain. Bija berarti ”benih” di mana tumbuhan tumbuh
dan berkembang darinya dalam berbagai bentuk. Dari pandangan
ilosoi, hukum pembenihan hanyalah bentuk lain dari hukum energi. Dengan demikian pengatur perkembangan dan pertumbuhan dunia tumbuhan merupakan
hukum energi yang cenderung mewujudkan kehidupan tumbuhan.
Sumber : https:www.google.comsearch?q=gambar+pohon+besar
Gambar 7.9 Pertumbuhan
Sumber: septian99.wordpress.com
Gambar 7.8 Pohon berbuah
195 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti
Hukum pembenihan menentukan kecambah, tunas, batang, cabang, ranting, daun, bunga, dan buah di mana dapat tumbuh. Dengan demikian, biji jambu tidak
akan berhenti menghasilkan keturunan spesies jambu yang sama. Hal ini juga berlaku untuk semua jenis tumbuhan lainnya dan tidak ada sosok pencipta yang
mengaturnya.
C. Kamma Niyama
Sumber: mycuteshoppe.blogspot.com
Gambar 7.10 Karma manusia yang menyedihkan
Kamma Niyama adalah hukum universal tentang karmaperbuatan. Kamma Niyama dikenal sebagai hukum yang berkaitan dengan moral. Keterangan rinci
tentang hukum perbuatan Hukum Karma dapat dilihat pada uraian pada buku Pendidikan Agama Buddha Kelas XI. Hukum Karma adalah hukum perbuatan
yang didasarkan kehendak atau niat. Seperti yang disebutkan dalam kitab Pali: ”Para bhikkhu, kehendak itulah yang Kusebut perbuatan. Melalui kehendaklah
seseorang melakukan sesuatu dalam bentuk perbuatan, ucapan, atau pikiran” Anguttara Nikaya, iii:415.
Di sini kehendak merupakan kemauan tindakan mental. Dalam melakukan sesuatu, baik maupun buruk, kehendak mempertimbangkan dan memutuskan
langkah-langkah yang diambil, menjadi pemimpin semua fungsi mental yang terlibat dalam perbuatan tersebut. Ia menyediakan tekanan mental pada fungsi-
fungsi ini terhadap objek yang diinginkan.
Dalam melaksanakan tugasnya, termasuk juga tugas-tugas semua proses mental lainnya yang terlibat, kehendak menjadi pemimpin tertinggi dalam pengertian ia
memberitahukan semua sisanya. Kehendak menyebabkan semua aktivitas mental cenderung bergerak dalam satu arah.
Hukum perbuatan mengatur akibat-akibat dari suatu perbuatan apakah baik atau buruk. Contoh-contoh akibat moral dari suatu perbuatan dapat dijumpai
dalam berbagai sutta, misalnya dalam Majjhima-Nikaya, Cula-Kamma-Vibhanga- Sutta: ”Akibat dari membunuh menyebabkan umur pendek, dan tidak melakukan
pembunuhan menyebabkan umur panjang. Iri hati menghasilkan banyak perselisihan, sedangkan kebaikan hati menghasilkan perdamaian. Kemarahan
196 Kelas X SMASMK