Pluralisme dan Paralelisme Agama dan Kerukunan

Tuliskan contoh perbuatan yang tidak mencerminkan pluralisme di lingkungan masyarakat .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. .............................................................................................................................................. Paralelisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa diartikan sebagai hal sejajar; kesejajaran; kemiripan. Pendapat lain menyatakan bahwa paralelisme dapat terekspresi dalam macam-macam rumusan misalnya: ”Agama- agama lain adalah jalan yang sama-sama sah untuk mencapai kebenaran yang sama”; ”Agama-agama lain berbicara secara berbeda, tetapi merupakan kebenaran- kebenaran yang sama sah”; atau setiap agama mengekspresikan bagian penting sebuah kebenaran.” Pada intinya pengertian pluralisme dengan paralelisme hampir sama.

2. Inklusivisme

Paham ini berbeda dengan paham pluralisme, karena dalam paham inklusivisme tidak menyamakan paham ajaran, tetapi menerima kebenaran agama sendiri tanpa menolak adanya kebenaran dari agama lainnya. Sama halnya dalam agama Buddha bahwa setiap umat Buddha hendaknya menyadari bahwa dalam agama Buddha tidak hanya terdapat sekte heravada, Mahayana, atau Vajrayana, tetapi ketiga-tiganya ada. Umat Buddha harus menerima bahwa ada sekte atau sub sekte di luar sekte yang mereka anut, yang juga mengajarkan ajaran Buddha untuk menuju kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana.

3. Eksklusivisme

Bagi seorang eksklusivist, untuk bertemu pada kebenaran, tidak ada jalan lain selain membuang agama-agama lain, dan merangkul agama lain itu untuk masuk ke lembaga tempat ibadahnya. Orang yang menganut paham ini, tidak memiliki toleransi beragama maupun menghargai dan menghormati agama lain. Sikap orang dan kelompok masyarakat seperti inilah yang mengancam kemajemukan, mengancam perdamaian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, paham ini dapat menimbulkan peperangan dan konlik bagi negara yang majemuk. Jika paham ini diterapkan di Negara Indonesia, maka ne-gara ini akan hancur. Paham eksklusivisme ini juga tidak dapat diterapkan dalam agama Buddha yang memiliki banyak sekte dan sub-sekte. Jika ada sekelompok umat Buddha yang bersikeras menerapkan paham ini, maka agama Buddha akan habis. Agama Buddha di Indonesia merupakan agama minoritas karena itu paham eksklusivisme ini harus dilenyapkan baik dalam hubungannya dengan intern umat Buddha maupun antarumat agama lainnya. 62 Kelas X SMASMK

4. Eklektisisme

Jika sikap dan paham eklektisisme ini diterapkan dalam keberagamaan agama dapat menimbulkan kesalahan dalam penerapan ajaran agama. Ciri khas dari agama tersebut akan kabur dan menimbulkan pendangkalan keberagamaan agama. Jika sikap ini diterapkan dalam kemajemukan sekte agama Buddha juga akan menimbulkan pendangkalan keberagaman sekte agama Buddha, meskipun sesungguhnya keberagaman sekte agama Buddha menimbulkan masalah.

5. Universalisme

Berdasarkan sejarah, universalisme dalam hubungannya dengan agama Buddha menganggap bahwa semua manusia pada akhirnya akan mendapatkan karma baik atau buruk sesuai dengan perbuatannya. Paham ini juga diartikan sebagai paham yang tidak mengabaikan nilai-nilai spiritual dan kemanusiaan karena pada dasarnya agama ada untuk manusia. Paham universalisme menyatakan bahwa meskipun agama berbeda-beda tetapi pada prinsipnya penganut akan menikmati hidup sesuai dengan kebajikan atau perbuatan. Adapun dalam konteks pemahaman semua agama dapat diartikan bahwa meskupun agama berbeda-beda tetapi pada prinsipnya manusia akan diselamatkan. Dalam pemahaman Buddhis, diartikan bahwa meskipun agama berbeda-beda pada prinsipnya semua agama memiliki tujuan yang sama yaitu kebahagiaan yang bersifat universal.

6. Toleransi

Toleransi dideinisikan sebagai perilaku yang bersahabat dan adil terhadap pendapat dan praktik, atau terhadap orang yang memegang atau mempraktikkannya. Transportasi dan komunikasi modern telah membawa kita semua menuju lingkup kedekatan kepada orang-orang yang berbeda dan gagasan yang berbeda. Kita memiliki kebutuhan yang lebih besar pada toleransi. Buddha telah memberikan teladan sikap toleran ketika beliau menghadapi kemajemukan kepercayaan pada masa kehidupan beliau. Tokoh lain yang menunjukkan sikap toleransi adalah Raja Ashoka dalam Prasasti Batu Kalinga No. XXII dengan mengatakan: ”Janganlah kita menghormati agama kita sendiri dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang, selain menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat agama sebaliknya kita akan merugikan agama kita sendiri, di samping merugikan agama orang lain. Oleh karena itu barang siapa menghormati agamanya sendiri dan mencela agama lain semata-mata terdorong rasa bakti kepada agamanya sendiri dan dengan pikiran bagaimana aku dapat memuliakan agamaku sendiri, justru ia akan merugikan agamanya sendiri. Karena itu kerukunan dianjurkan dengan pengertian biarlah semua orang mendengar dan bersedia mendengar ajaran yang dianut orang lain”. 63 Pendidikan Agama Buddha dan Budi Pekerti