Pada penelitian yang dilakukan oleh Aleksova 2012 terhadap ARB i.e candesartan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap
fraksi ejeksi ventrikel kiri, penurunan diameter volumeend-diastolic ventrikel kiri, penurunan kadar aldosteron, penurunan kadar B-natriuretic peptide.
2.1.7.3. Beta-blocker
Mekanisme: Beta-blocker menghambat efek simpatis yang terjadi karena stimulasi
reseptor adrenergik- β. Stimulasi reseptor adrenergik-β
1
akan meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Tetapi efek ini akan dihambat oleh beta-
blocker sehingga akan menurukan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini juga akan mengurangi beban jantung dan oxygen demand. Beta-blocker juga
akan menghambat pelepasan renin, dan produksi AngII dan aldosteron, dengan menghambat reseptor adrenergik-
β
1
yang ada pada sel jukstaglomerulus ginjal Lόpez-Sendόn, et al., 2004; Nafrialdi, 2009.
Beta-blocker juga memiliki efek samping seperti bradikardi yang berlebihan, penurunan fungsi kontraksi ventrikel, bronkokonstriksi, memperburuk
kontrol diabetes, kelelahan dan kontraindikasi pada asma dan second- atau third- degree AV block
Nafrialdi, 2009; McMurray, et al., 2012. Efek antiremodelling:
disosiasi G
αq,
yang berperan dalam proses hipertofi jantungseperti yang telah dijelaskan sebelumnya, juga dapat disebabkan oleh norepinefrin. Beberapa
literatur Engelhardt, 2005; Setiawati dan Nafrialdi, 2009;Triposkiadis, et al., 2009; van Berlo, 2013 juga menyatakan bahwa aktivasi berlebihan reseptor
adrenergik- β
1
akan menyebabkan hipertrofi dan apoptosis ventrikel jantung. Bersama dengan ACE-inhibitorARB, beta-blocker akan memberikan
efek antiremodelling. Beta-blocker juga dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan fungsi sistolik jantung Engelhardt, 2005; McMurray, et al., 2012.
2.1.7.4. MRA mineralocorticoid receptor antagonist
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme: MRA bekerja dengan cara menghambat reseptor aldosteron pada tubulus
colligens renalis kortikal dan bagian distal akhir, sehingga mencegah sekresi K
+
Ives, 2007. MRA memiliki efek samping seperti ginekomastia, mastodinia, gangguan
menstruasi, gangguan libido pada pria dan kontraindikasi pada pasien dengan hiperkalemia dan disfungsi ginjal Nafrialdi, 2009.
Efek antiremodelling: Spironolakton dapat mencegah remodelling matriks ekstraselular Mann,
2012. Pada uji klinis terhadap pasien gagal jantung yang telah menerima ACE-I dan diuretik, spironolakton dapat mengurangi angka mortalitas dan memperbaiki
gejala gagal jantung Chatterjee dan Fifer, 2011. Eplerenon, MRA yang lebih spesifik, telah menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup pasien gagal
jantung yang telah infark miokard akut Chatterjee dan Fifer, 2011.
2.1.7.5. Diuretik
Mekanisme: Loop diuretic
bekerja dengan menghambat simporter kotransport Na
+
- K
+
-2Cl
-
dan menghambat resorpsi air dan elektrolit secara reversibel pada ansa Henle asenden bagian epitel tebal. Tiazid bekerja dengan cara menghambat
transporter Na
+
-Cl
-
pada tubulus distal ginjal Nafrialdi, 2009; Mann, 2012. Efek samping loop diuretic dan thiazid adalah hipokalemia,
hiponatremia, hipomagnesemia dan hiperkalsemia Nafrialdi, 2009.
2.1.7.6. Digitalis
Mekanisme: Digitalis menghambat pompa Na
+
-K
+
-ATPase pada membran sel otot jantung, sehingga meningkatkan kadar Na
+
intrasel. Peningkatan ini akan mengurangi pertukaran Na
+
-Ca
+
selama repolarisasi dan relaksasi, sehingga Ca
+
intrasel meningkat. Ca
+
intrasel ini akan masuk ke dalam retikulum sarkoplasmik, sehingga kadar Ca
+
dalam retikulum sarkoplasmik akan meningkat. Jumlah Ca
+
Universitas Sumatera Utara
yang banyak dalam retikulum sarkoplasmik ini akan menyebabkan kontraktilitas jantung meningkat. Efek ini disebut inotropik positif Setiawati dan Nafrialdi,
2009. Dalam dosis terapi 1-2 ngmL, digitalis akan meningkatkan tonus vagal
dan menurunkan aktivitas simpatis pada nodus SA dan AV. Hal ini akan menimbulkan bradikardia sinus danatau perpanjangan konduksi AV bahkan
sampai blok AV. Efek ini disebut kronotropik negatif Setiawati dan Nafrialdi, 2009.
Gambar 2.2. Algoritma tata laksana gagal jantung kronik McMurray, et al., 2012
Universitas Sumatera Utara
2.2. Pedoman Tata Laksana Gagal Jantung