Mineralocorticoidaldosteron receptor antagonists . Beta-blocker dan ACE-
inhibitor harus segera diberikan apabila telah didiagnosis gagal jantung. Obat diuretik juga dapat diberikan pada pasien yang mengalami tanda dan gejala
kongestif. Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan belum adanya penelitian
penerapan pedoman tatalaksana gagal jantung european society of cardiology yang dilakukan di Indonesia. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul, penerapan pedoman tatalaksana gagal jantung european society of cardiology
terhadap pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan pedoman tatalaksana gagal jantung european society of cardiology
terhadap pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Mengetahui penerapan pedoman tatalaksana gagal jantung European Society of Cardiology terhadap pasien gagal jantung di RSUP H. Adam
Malik Medan.
1.3.2. Tujuan khusus
1. Mengetahui karakteristik pasien gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.
2. Mengetahui tata laksana gagal jantung di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Di bidang akademikilmiah
1. Sebagai bahan bacaan dan pengajaran terutama dalam hal penatalaksanaan gagal jantung.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi titik tolak serta sebagai sumber referensi dalam menambah literatur studi untuk penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2. Di bidang pelayanan kesehatan
Sebagai bahan bacaan dan referensi bagi dokter untuk meningkatkan kualitas dalam penatalaksanaan gagal jantung.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gagal Jantung
2.1.1. Definisi
Gagal jantung, secara klinis, didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan gejala yang khusus seperti sesak nafas, kelelahan, edema pre-tibial dan tanda
seperti peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah, dan displace apex beat yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsi jantung European Society of
Cardiology , 2012.
2.1.2. Faktor risiko
Beberapa keadaan dapat berhubungan dengan kecenderungan terhadap penyakit jantung struktural seperti usia, hipertensi, diabetes melitus, obesitas,
sindrom metabolik, penyakit jantung koroner, infark miokard, hipertropi ventrikel kiri, anemia, kelainan jantung katup dan kardiomiopati.Yancy, et al. 2013
menyebutkan hipertensi, diabetes melitus, sindrom metabolik, dan penyakit aterosklerotik merupakan faktor risiko yang penting untuk gagal jantung.
Kejadian gagal jantung lebih sering pada pasien yang menderita hipertensi kronis dan usia lanjut. Hipertensi dapat menjadi berkembang penyakit jantung dan
gagal jantung melalui dua cara, yaitu hipertrofi ventikel kiri dan penyakit jantung koroner. Walaupun risiko gagal jantung karena hipertensi lebih sedikit
dibandingkan dengan penyakit jantung koroner, tetapi hipertensi lebih sering ditemukan daripada miokard. Pengobatan hipertensi jangka panjang dapat
menurunkan risiko gagal jantung sekitar 50 Mosterd dan Hoes, 2007; Abrahamdan Hasan, 2007; Yancy, et al., 2013.
Pasien dengan diabetes melitus secara nyata meningkatkan kemungkinan risiko untuk berkembang menjadi gagal jantung walaupun tanpa penyakit jantung
struktural sebelumnya. Diabetes mellitus juga mengganggu outcome dari tata laksana gagal jantung Yancy, et al., 2013.
Universitas Sumatera Utara