ARB angiotensin reseptor blocker Beta-blocker

efek vasodilatasi melalui stimulasi NO dan prostaglandin Nafrialdi, 2009; Yamin, et al., 2011. ACE-i memiliki efek samping seperti, hipotensi, batuk kering, hiperkalemia, edema angioneurotik, gagal ginjal akut, proteinuria dan efek teratogenik. Kontraindikasi penggunaan ACE-i berupa riwayat angioedema, stenosis arteri renalis bilateraldan hamil Nafrialdi, 2009; McMurray, et al., 2012. Efek antiremodelling: Pembentukan AngII, sebagai respon dari stimulus patologi, berperan penting dalam proses pengembangan hipertrofi jantung yang patologis. AngII akan mengaktifkan GPCR G-protein coupled receptor, yang akan menyebabkan disosiasi G αq. Aktivasi yang berlebih dari reseptor AngII AT 1 dan G αq akan menyebabkan hipertrofi jantung pada hewan percobaan yang berhubungan dengan perubahan ekspresi gen danatau disfungsi jantung dan kematian prematur McMullen dan Jennings, 2007. AngII, di otak, akan menyebabkan feedback positif dengan cara meningkatkan jumlah reseptor AngII AT 1 , inhibisi NO dan meningkatkan produksi anion superoksida, sehingga akan meningkatkan laju simpatis dan perburukan gagal jantung Triposkiadis, et al., 2009.Efek AngII terhadap perburukan gagal jantung i.e remodelling jantung itu sendiri akan dihambat oleh ACE-i dengan mengurangi hipertrofi miokard dan penurunan preload Setiawati dan Nafrialdi, 2009.

2.1.7.2. ARB angiotensin reseptor blocker

Mekanisme: ARB bekerja dengan cara menghambat reseptor AngII, sehingga akan memberikan efek yang mirip dengan ACE-i. ARB tidak mempengaruhi metabolisme bradikinin, sehingga tidak memiliki efek samping batuk kering dan angioedema. ARB digunakan sebagai alternatif dari ACE-iNafrialdi, 2009. Efek antiremodelling: Universitas Sumatera Utara Pada penelitian yang dilakukan oleh Aleksova 2012 terhadap ARB i.e candesartan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan yang signifikan terhadap fraksi ejeksi ventrikel kiri, penurunan diameter volumeend-diastolic ventrikel kiri, penurunan kadar aldosteron, penurunan kadar B-natriuretic peptide.

2.1.7.3. Beta-blocker

Mekanisme: Beta-blocker menghambat efek simpatis yang terjadi karena stimulasi reseptor adrenergik- β. Stimulasi reseptor adrenergik-β 1 akan meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Tetapi efek ini akan dihambat oleh beta- blocker sehingga akan menurukan denyut jantung dan kontraktilitas jantung. Efek ini juga akan mengurangi beban jantung dan oxygen demand. Beta-blocker juga akan menghambat pelepasan renin, dan produksi AngII dan aldosteron, dengan menghambat reseptor adrenergik- β 1 yang ada pada sel jukstaglomerulus ginjal Lόpez-Sendόn, et al., 2004; Nafrialdi, 2009. Beta-blocker juga memiliki efek samping seperti bradikardi yang berlebihan, penurunan fungsi kontraksi ventrikel, bronkokonstriksi, memperburuk kontrol diabetes, kelelahan dan kontraindikasi pada asma dan second- atau third- degree AV block Nafrialdi, 2009; McMurray, et al., 2012. Efek antiremodelling: disosiasi G αq, yang berperan dalam proses hipertofi jantungseperti yang telah dijelaskan sebelumnya, juga dapat disebabkan oleh norepinefrin. Beberapa literatur Engelhardt, 2005; Setiawati dan Nafrialdi, 2009;Triposkiadis, et al., 2009; van Berlo, 2013 juga menyatakan bahwa aktivasi berlebihan reseptor adrenergik- β 1 akan menyebabkan hipertrofi dan apoptosis ventrikel jantung. Bersama dengan ACE-inhibitorARB, beta-blocker akan memberikan efek antiremodelling. Beta-blocker juga dapat menurunkan angka kematian dan meningkatkan fungsi sistolik jantung Engelhardt, 2005; McMurray, et al., 2012.

2.1.7.4. MRA mineralocorticoid receptor antagonist