Gagal jantung Tata laksana

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa rata-rata fraksi ejeksi sampel adalah 32,77± 6,12 . Hal ini sejalan dengan laporan Peters-Klimm, et al. 2008 yang melaporkan nilai rata-rata fraksi ejeksi adalah 33,3 ± 6,9.

5.2.10. Tata laksana

5.2.10.1. Gagal jantung

Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa penggunaan obat gagal jantung yang paling banyak diresepkan adalah furosemid 89,7, tetapi untuk penggunaan obat gagal jantung yang wajib dan harus diberikan kepada pasien gagal jantung dengan penurunan fraksi ejeksi,seperti yang direkomendasikan ESC McMurray, et al., 2012, yaitu3 obat antagonis neurohormonal ACE-iARB, Beta-blocker, dan MRA masih rendah peresepannya. Hal ini juga sejalan dengan yang dilaporkan oleh Komajda, et al. 2003 dan Störk, et al. 2008 bahwa diuretik merupakan penggunaan obat yang lebih sering digunakan dibandingkan dengan obat-obat antagonis neurohormonal, yaitumasing-masing sebanyak87,9 dan 78,9. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Komajda, et al. 2003 dan Komajda, et al. 2005, dimana penggunaan yang paling banyak adalah ACE-iARB, yaitu masing-masing sebanyak 85,9 dan 86,6. Hal serupa juga dilaporkan oleh Yoo, et al. 2014, dimana peresepan obat yang paling sering adalah ACE-iARB mencapai 89,7. Dalam penelitian ini sendiri diperoleh bahwa penggunaan obat antagonis neurohormonal, seperti ACE-iARB sebanyak 78,4dan Beta-blocker sebanyak 61,9, sejalan dengan Störk, et al. 2008 yang melaporkan penggunaan ACE- iARB dan Beta-blocker masing-masing sebanyak 74,3 dan 63,2.Hal yang sejalan juga dilaporkan dalam penelitian Peters-Klimm, et al. 2008, dimana peresepan terbanyak ACE-iARB sudah sekitar 80, tetapi untuk pemberian Beta-blocker sudah lebih tinggi, yaitu sekitar 75. Pada penelitian ini penggunaan MRA sudah lebih tinggi, yaitu 61,9, dibandingkan dengan laporan oleh Störk, et al. 2008 dan Komajda, et al. 2005, masing-masing sebanyak 26,5 dan 28. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Universitas Sumatera Utara Yoo, et al. 2014 dan Peters-Klimm, et al. 2008, dimana penggunaan MRA sekitar65,9 dan 57. Berdasarkan penelitian ini penggunaan digitalis adalah sebanyak 26,8. Hal ini sesuai dengan penelitian Maggioni, et al. 2013, dimana penggunaan hanya 23,9. Tetapi, hasil ini ini tidak sesuai dengan beberapa laporan penelitian oleh Komajda, et al. 2005, Peters-Klimm, et al. 2008, Störk, et al. 2008, dan Frankenstein, et al. 2010, dimana penggunaan digitalis lebih tinggi, yaitu masing-masing sebesar 41, 38, 43,2 dan 34,6. Selain itu juga perlu dilihat bahwa berdasarkan laporan oleh Maggioni, et al. 2013,yang menyatakan bahwa penggunaan ACE-IARB, Beta-blocker, dan MRA sudah cukup baik, yaitu masing-masing 92,2, 92,7, dan 67. Selain itu, dalam penelitian Maggioni, et al. 2013 lainnya, yang membagi hasilnya berdasarkan daerah demografi, menyebutkan bahwa penggunaan ACE-iARB dan Beta-blocker sudah cukup tinggi dan konsisten untuk setiap daerahnya, dimana penggunaan ACE-iARB terendahdi daerah Eropa Selatan berkisar 86,9, tertinggi di daerah Eropa Timur 91,5, dan penggunaan Beta-blocker terendah di daerah Eropa Selatan 84,4, tertinggi di daerah Eropa Barat 91,4 Berdasarkan penelitian ini didapatkan bahwa GAI-3 kategori moderate merupakan yang terbanyak, yaitu 45,4 . Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Komajda, et al. 2005 danStörk, et al. 2008, dimana GAI-3 kategori high adalah yang paling banyak, yaitu masing-masing 45,6 dan 38. Penelitian ini didapatkan bahwa GAI-5 kategori moderate juga merupakan yang terbanyak, yaitu 59,8 . Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Störk, et al. 2008, dimana GAI-5 kategori high adalah yang paling banyak, yaitu 47. Pada penelitian ini, nilai median GAI-3 dan GAI-5 digunakan untuk menilai kualitas farmakoterapisecara keseluruhan Störk, et al., 2008. Penggunaan nilai median lebih dipilih dibandingkan nilai rerata pada data dengan skalaordinal Manikandan, 2011. Pada penelitian ini diperoleh bahwa nilai median GAI-3 adalah 67 33-100. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Störk, et al. 2008, dimana median GAI-3 juga67 33-100. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian ini tidak sesuai untuk nilai median GAI-5, dimana pada penelitian ini GAI-5 adalah 60 60-80. Sedangkan pada penelitian Störk, et al. 2008 diperoleh nilai GAI-5 sebesar 75 50-100. Dalam survei yang dilakukan oleh komajda, et al. 2003 menyebutkan bahwa etiologi gagal jantung, umur, komorbid merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penatalaksaan gagal jantung. Erhardt, et al.2008 dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kompleksitas dari pedoman tata laksana merupakan rintangan utama dalam penerapan pedoman. Penyediaan pedoman tata laksana gagal jantung dalam formatyang ringkas padat dan mudah diakses dianggap sebagai faktor penting dalam meningkatkan penerapan pedoman yang lebih baik Erhardt, et al., 2008; Shoukat, et al., 2011

5.2.10.2. Non-gagal jantung