Pertumbuhan Ekonomi Y Deskripsi Hasil Penelitian

67 Serangan di wilayah Kota Denpasar, dan Pulau Menjangan di Kabupaten Buleleng. Luas total wilayah Propinsi Bali adalah 5.634,40 ha dengan panjang pantai mencapai 529 km. Tabel 4.1: Luas Wilayah Tiap Kabupaten di Propinsi Bali KabupatenKota Ibukota Luas km² Persentase Jembrana Negara 841,80 14,94 Tabanan Tabanan 839,30 14,90 Badung Badung 420,09 7,43 Denpasar Denpasar 123,98 2,20 Gianyar Gianyar 368,00 6,53 Klungkung Semarapura 315,00 5,59 Bangli Bangli 520,81 9,25 Karangasem Amlapura 839,54 14,90 Buleleng Singaraja 1.365,88 24,25 Jumlah 5.634,40 100,00 Sumber: Master Plan Penunjang Investasi Propinsi Bali Tahun 2006-2010

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Pertumbuhan Ekonomi Y

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 68 Pertumbuhan Ekonomi yaitu jumlah nilai tambah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi yang diukur melalui Produk Domestik Regional Bruto PDRB. Indikator yang digunakan untuk mengukur adalah prosentase, dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio dan dengan rumus GDP = C + I + G + X-M. Tabel 4.2: Data Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persen Pertumbuhan Ekonomi Y No. Kabupaten Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata- rata 1 Jembrana 3.14 3.06 3.58 4.86 5.00 4.52 5.11 5.05 4.29 2 Tabanan 5.51 3.9 4.91 4.73 5.96 5.25 5.76 5.22 5.16 3 Badung 3.07 4.54 3.00 5.78 5.61 5.03 6.85 6.91 5.10 4 Gianyar 4.45 3.48 3.33 4.95 5.47 5.2.0 5.89 5.9 4.83 5 Klungkung 5.78 5.53 3.1 4.67 5.41 5.03 5.54 5.07 5.02 6 Bangli 3.27 3.03 3.38 4.03 4.46 4.25 4.48 4.02 3.87 7 Karang Asem 2.73 3.09 4.05 4.49 5.13 4.8 5.2 5.07 4.32 8 Buleleng 4.09 4.06 4.84 4.98 5.6 5.35 5.82 5.84 5.07 9 Denpasar 5.12 5.03 5.31 5.83 6.05 5.88 6.6 6.83 5.83 Rata-rata 4.13 3.97 3.94 4.92 5.41 5.03 5.69 5.55 Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan tabel 4.2, terlihat bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kota Denpasar dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,83 sedangkan Kabupaten Bangli memiliki pertumbuhan ekonomi terendah yaitu sebesar 3,87. Kurva rata-rata pertumbuhan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 69 ekonomi dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini: Gambar 4.1: Kurva Pertumbuhan Ekonomi Dalam Persen Sumber: Lampiran 1 Gambar 4.1 di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi di KabupatenKota Propinsi Bali selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami kenaikan, dari 4,13 di tahun 2001 meningkat menjadi 5,55 di tahun 2008. 4.2.2. Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 Realisasi anggaran pendapatan asli daerah adalah nilai riil atas semua pendapatan yang diterima oleh daerah dan yang menjadi hak daerah tanpa perlu dibayar kembali oleh daerah. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah satuan rupiah, dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Tabel 4.3: Data Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dalam 000 Rupiah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 70 Realisasi Anggaran Belanja Modal Kabupaten Kota 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata Jembrana 5,540,224 11,555,148 11,055,956 9,785,326 10,474,690 12,768,467 16,869,402 21,235,505 12,410,590 Tabanan 22,246,262 33,107,382 34,573,611 43,358,863 42,403,134 43,003,465 86,450,777 87,379,829 49,065,415 Badung 355,374,579 310,665,521 221,438,467 332,316,936 388,582,725 362,125,385 386,094,668 759,801,042 389,549,915 Gianyar 50,114,208 54,386,428 37,131,725 48,541,651 55,006,502 67,838,566 72,461,455 96,922,244 60,300,347 Klungkung 9,837,034 12,359,543 12,233,725 11,913,313 16,374,121 18,983,420 22,813,849 29,028,564 16,692,946 Bangli 4,679,522 7,759,628 7,962,248 7,395,414 7,692,953 9,413,110 11,214,395 12,655,751 8,596,628 Krng Asem 18,559,991 21,123,872 19,513,359 19,762,682 23,909,591 28,839,801 32,928,893 43,005,827 25,955,502 Buleleng 14,921,844 16,161,941 18,769,249 19,289,923 22,873,319 31,321,033 36,861,318 52,662,170 26,607,600 Denpasar 81,684,259 91,763,018 88,548,230 90,827,789 116,302,937 126,148,262 138,497,380 176,072,308 113,730,523 Rata-rata 62,550,880 62,098,053 50,136,286 64,799,100 75,957,775 77,826,834 89,354,682 142,084,804 Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan tabel 4.3, terlihat bahwa rata-rata realisasi anggaran pendapatan asli daerah tertinggi adalah Kabupaten Badung dengan nilai Rp.389.549.915.000 sedangkan Kabupaten Bangli memiliki realisasi anggaran pendapatan asli daerah terendah yaitu sebesar Rp. 8.596.628.000. Kurva rata-rata realisasi anggaran pendapatan asli daerah dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini : Gambar 4.2: Kurva Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah Dalam 000 Rupiah Sumber: Lampiran 1 Gambar 4.2 di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata realisasi anggaran pendapatan asli daerah di KabupatenKota Propinsi Bali selama Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 71 tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, dari Rp.62.550.880.000 di tahun 2001 menjadi Rp. 142.084.804.000 di tahun 2010. 4.2.3. Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 Realisasi anggaran belanja modal adalah nilai riil pengeluaran yang telah dianggarkan oleh pemerintah dengan memiliki masa manfaat ekonomis lebih dari satu tahun anggaran dan akan menambah kekayaanasset pemerintah. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah satuan rupiah, dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Tabel 4.4: Data Realisasi Anggaran Belanja Modal Dalam 000 Rupiah Realisasi Anggaran Belanja Modal Perusahaan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Rata-rata Jembrana 13,686,163 18,444,898 32,991,408 24,855,794 30,151,821 102,980,846 81,877,846 91,513,245 49,562,753 Tabanan 53,447,711 83,362,952 36,488,265 18,491,156 8,983,210 68,162,282 57,982,945 64,749,575 48,958,512 Badung 243,410,756 217,237,209 29,959,561 22,487,359 86,429,427 121,152,451 210,890,481 259,401,733 148,871,122 Gianyar 94,755,907 121,196,303 52,533,148 30,639,058 23,263,715 76,159,077 89,843,952 98,582,120 73,371,660 Klungkung 37,660,673 49,256,828 36,750,531 36,748,504 32,036,606 83,741,143 89,875,086 63,514,089 53,697,933 Bangli 20,020,866 30,285,396 28,523,323 21,419,105 11,051,761 70,836,161 86,158,379 85,207,968 44,187,870 Krng Asem 44,074,887 57,574,704 41,323,629 26,591,610 16,533,975 107,430,224 95,395,068 152,441,460 67,670,695 Buleleng 44,094,907 43,513,595 73,593,710 39,076,964 28,055,921 109,405,917 64,332,937 85,197,526 60,908,935 Denpasar 81,047,640 93,358,679 32,386,145 16,193,243 17,683,173 116,090,216 73,352,680 66,105,319 62,027,137 Rata-rata 70,244,390 79,358,952 40,505,524 26,278,088 28,243,290 95,106,480 94,412,153 107,412,559 Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan tabel 4.4, terlihat bahwa rata-rata realisasi anggaran belanja modal tertinggi adalah Kabupaten Badung dengan nilai Rp.148.871.122.000 sedangkan Kabupaten Tabanan memiliki realisasi anggaran belanja modal terendah yaitu sebesar Rp. 48.958.512.000. Kurva Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 72 rata-rata realisasi anggaran belanja modal dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.3 di bawah ini: Gambar 4.3: Kurva Realisasi Anggaran Belanja Modal Dalam 000 Rupiah Sumber: Lampiran 1 Gambar 4.3 di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata realisasi anggaran belanja modal di KabupatenKota Propinsi Bali selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 cenderung mengalami penurunan, dari Rp.70.244.390.000 di tahun 2001 menjadi Rp. 26.278.088.000 di tahun 2004. Sedangkan tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami kenaikan, dari Rp. 28.243.290.000 di tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 107.412.559.000 di tahun 2008. 4.2.4. Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 Realisasi anggaran belanja rutin adalah nilai riil pengeluaran pemerintah yang telah dianggarkan untuk membiayai kegiatan rutin dalam satu tahun anggaran dan tidak menambah kekayaan bagi pemerintah. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah satuan rupiah, dengan skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. Tabel 4.5: Data Realisasi Anggaran Belanja Rutin dalam 000 Rupiah Perusahaan Realisasi Anggaran Belanja Rutin Rata-rata Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 73 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jembrana 115,306,181 139,485,952 182,724,506 186,795,982 215,297,743 201,928,176 310,501,840 353,758,302 213,224,835 Tabanan 167,899,234 189,379,070 293,540,900 298,955,077 316,094,713 405,131,513 457,139,772 580,128,218 338,533,562 Badung 267,270,380 287,618,563 359,047,243 426,395,297 525,879,898 518,773,391 720,967,517 795,370,702 487,665,374 Gianyar 158,183,866 216,681,150 232,731,450 286,703,892 293,456,808 358,952,189 481,518,508 530,703,156 319,866,377 Klungkung 77,816,993 101,777,741 136,623,364 146,814,713 169,201,588 203,933,813 268,855,699 340,812,990 180,729,613 Bangli 88,159,815 106,801,487 153,317,239 162,251,902 185,868,727 207,923,498 283,722,989 324,493,693 189,067,419 Krng Asem 113,232,545 138,203,300 205,712,635 227,866,866 239,093,073 285,172,566 350,304,316 450,562,498 251,268,475 Buleleng 197,250,647 205,390,508 291,781,290 314,868,521 324,798,514 408,695,554 538,329,130 629,969,117 363,885,410 Denpasar 180,959,339 228,174,574 323,564,255 333,048,156 350,445,005 396,904,049 492,983,143 593,160,505 362,404,878 Rata-rata 151,786,556 179,279,149 242,115,876 264,855,601 291,126,230 331,934,972 433,813,657 510,995,465 Sumber: Lampiran 1 Berdasarkan tabel 4.5, terlihat bahwa rata-rata realisasi anggaran belanja rutin tertinggi adalah Kabupaten Badung dengan nilai Rp.487.665.374.000 sedangkan Kabupaten Klungkung memiliki realisasi anggaran belanja rutin terendah yaitu sebesar Rp. 180.729.613.000. Kurva rata-rata realisasi anggaran belanja rutin dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada gambar 4.4 di bawah ini : Gambar 4.4: Kurva Realisasi Anggaran Belanja Rutin Dalam 000 Rupiah Sumber: Lampiran 1 Gambar 4.4 di atas juga menunjukkan bahwa rata-rata realisasi anggaran belanja rutin di KabupatenKota Propinsi Bali selama tahun 2001 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami peningkatan, dari Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 74 Rp.151.786.556.000 di tahun 2001 menjadi Rp. 510.995.465.000 di tahun

2008. 4.3.

Analisis Regresi Linier Berganda 4.3.1. Asumsi Klasik Untuk mengetahui apakah koefisien regresi yang didapat telah sahih benar, dapat diterima, maka perlu melakukan pengujian terhadap kemungkinan adanya pelanggaran asumsi klasik. Penerapan pengujian asumsi klasik regresi linier dilakukan terhadap data residual, kecuali uji asumsi multikolinieritas. Adapun asumsi klasik regresi linier adalah sebagai berikut: 1. Error residual tidak mengalami autokorelasi Adanya autokorelasi pada error mengindikasikan bahwa ada satu atau beberapa faktor variabel penting yang mempengaruhi variabel terikat yang tidak dimasukkan kedalam model regresi. Uji autokorelasi yang digunakan adalah Durbin Watson. Nilai Durbin Watson d yang dihasilkan sebesar 1,361 Lampiran 3 yang dihasilkan berada diantara 0 sampai dengan 1,5323 dl atau berada pada ada autokorelasi positif Lampiran 6. Untuk mengatasi adanya autokorelasi, dilakukan transformasi  yang didasarkan atas statistik d Durbin Watson, dengan langkah-langkah sebagai berikut: Supranto, 1984: 117-125 a. Menghitung nilai  n 2 1-d2+k 2 ρ = Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 75 n 2 -k 2 Keterangan : d = 1,361 n = 72 k = 4 maka: 72 2 1-1,3612+4 2 ρ = = 0,3236 72 2 -4 2 b. Observasi X dan Y yang pertama dikalikan dengan 1 − ρ ¿ 2 ¿ untuk menghindari hilangnya satu observasi c. Data asli diubah kedalam bentuk Y t - 0,3236 Y t-1 dan X t - 0,3236 X t-1 Setelah dilakukan transformasi Lampiran 4, langkah selanjutnya meregresikan kembali semua variabel bebas terhadap variabel terikat, yang hasilnya adalah sebagai berikut : k = 3 n = 72 d L = 1,5323 d U = 1,7054 Lampiran 6 d = 1,972 Lampiran 5 Nilai d yang dihasilkan berada diantara 1,7054 d U sampai dengan 2,2946 4-d U atau berada pada tidak ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 76

2. Ragam dari error residual bersifat homogen homoskedastik

Maksud dari ragam bersifat homogen adalah bahwa error memiliki nilai ragam yang sama antara error ke-i dan error ke-j. Bagaimanapun juga, error sebenarnya berupa data. Hanya saja, sangat sulit atau bahkan tidak mungkin untuk mengetahui nilainya secara pasti. Oleh karena itu, diperlukan suatu penduga dari data error. Data penduga yang paling tepat adalah data residual. Setiap nilai dari data residual diharapkan memiliki nilai ragam yang mirip. h ttp:ineddeni.wordpress.com . Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas. Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas. Ghozali, 2001 : 60 Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi Rank Spearman, jika tingkat signifikan p-value lebih besar 5, maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Adapun hasil dari uji rank spearman adalah sebagai berikut : Tabel 4.6: Hasil Dari Uji Rank Spearman No Variabel Bebas Koefisien korelasi Sig Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 77 1 2 3 Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 0,176 -0,041 0,075 0,140 0,730 0,533 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa tingkat signifikan yang dihasilkan dari uji korelasi Rank Spearman lebih dari 5, hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 . 3. Tidak terjadi multikolinieritas antar variabel bebas X Multikolinieritas berarti bahwa terjadi korelasi linier yang erat antar variabel bebas. Statistik uji yang tepat adalah Variance Inflation Factor VIF, dimana nilai VIF 10 mengindikasikan adanya multikolinieritas yang serius. h ttp:ineddeni.wordpress.com . Adapun nilai VIF yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7: Nilai VIF No Variabel Bebas VIF 1 Realisasi Anggaran Pendapatan Asli 2,079 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 78 2 3 Daerah X 1 Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 1,681 1,583 Sumber: Lampiran Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa nilai VIF kurang dari 10, hal ini berarti tidak terjadi multikolinieritas pada variabel realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 . 4. Error residual menyebar normal dengan rata-rata nol dan suatu ragam variance tertentu. Statistik uji yang paling sering digunakan untuk menguji asumsi kenormalan error residual adalah Kolmogorov-Smirnov normality test. Kolmogorov-Smirnov Test bekerja dengan cara membandingkan 2 buah distribusisebaran data yaitu distribusi yang dihipotesiskan dan distribusi yang teramati. Distribusi yang dihipotesiskan dalam kasus ini adalah distribusi normal, sedangkan distribusi yang teramati adalah distribusi yang dimiliki oleh data yang sedang diuji. Apabila distribusi yang teramati mirip dengan distribusi yang dihipotesiskan distribusi normal, maka data yang diamati memiliki distribusisebaran normal. Hipotesis dalam uji normalitas adalah: H = Data menyebar normal H 1 = Data tidak menyebar normal Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 79 Apabila nilai p-value tingkat signifikan lebih besar dari α = 5, maka H diterima yang artinya asumsi kenormalan residual tidak dilanggar h ttp:ineddeni.wordpress.com . Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut: Tabel 4.8: Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 72 .0000000 .68633910 .059 .045 -.059 .504 .961 N Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. 2-tailed Unstandardiz ed Residual Test distribution is Normal. a. Calculated from data. b. Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa distribusi data pada residual adalah distribusi normal, karena tingkat signifikan lebih besar dari 0,05 sig = 0,961. Dalam regresi OLS Ordinary Least Square b , b 1 , b 2 dan b 3 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier dari u i residual. Distribusi sampling dari regresi OLS Ordinary Least Square tergantung pada distribusi residual u i , apabila residual u i berdistribusi normal dengan sendirinya b , b 1 , b 2 dan b 3 juga berdistribusi normal Gujarati, 1995 : 66-67. 4.3.2. Persamaan Regresi Linier Berganda Analisis data untuk menggambarkan pengaruh antara suatu variabel terikat Y dengan beberapa variabel bebas X 1 , X 2 , … Xp dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 80 dilakukan dengan metode regresi berganda. Adapun hasil pengolahan analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.9: Persamaan Regresi Linier Berganda Model Koefisien regresi Konstanta Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 2,778 -2,5 x 10 -11 -3,02 x 10 -9 4,57 x 10 -9 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.9 di atas, maka persamaan yang didapat adalah: Y = 2,778 - 2,5 x 10 -11 X 1 - 3,02 x 10 -9 X 2 + 4,57 x 10 -9 X 3 Dari persamaan regresi di atas dapat diperoleh penjelasan sebagai berikut: 1. Konstanta a sebesar 2,778 Jika realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 adalah konstan, maka pertumbuhan ekonomi Y sebesar 2,778. 2. Koefisien regresi variabel realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 sebesar -2,5 x 10 -11 yang artinya jika realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 naik Rp. 100 milyar, maka pertumbuhan ekonomi Y akan turun sebesar 2,5 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 3. Koefisien regresi variabel realisasi anggaran belanja modal X 2 sebesar -3,02 x 10 -9 yang artinya jika realisasi anggaran belanja Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 81 modal X 2 naik Rp. 1 Milyar, maka pertumbuhan ekonomi Y akan turun sebesar 3,02 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4. Koefisien regresi variabel realisasi anggaran belanja rutin X 3 sebesar 4,57 x 10 -9 yang artinya jika realisasi anggaran belanja rutin X 3 naik Rp.1 milyar, maka pertumbuhan ekonomi Y akan naik sebesar 4,57 dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. 4.3.3. Uji F Hasil uji F dapat digunakan untuk mengetahui kecocokan model regresi linier berganda yang dihasilkan. Apabila tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5 maka model regresi linier berganda yang dihasilkan adalah cocok untuk mengetahui pengaruh variabel realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 terhadap pertumbuhan ekonomi Y. Adapun hasil dari uji F adalah sebagai berikut: Tabel 4.10: Hasil Uji F Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 82 ANOVA b 22.039 3 7.346 14.936 .000 a 33.445 68 .492 55.484 71 Regression Residual Total Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Predictors: Constant, realisasi anggaran belanja rutin x3, realisasi anggaran belanja modal x2, realisasi anggaran pendapatan asli daerah X1 a. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi y b. Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 14,936 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 5 yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai untuk mengetahui pengaruh realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 terhadap pertumbuhan ekonomi Y. 4.3.4. Koefisien Determinasi Besarnya pengaruh realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 terhadap pertumbuhan ekonomi Y dapat dilihat dari nilai koefisien determinasi. Adapun nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebagai berikut: Tabel 4.11: Nilai Koefisien Determinasi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 83 Model Summary b .630 a .397 .371 .70132 1.972 Model 1 R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson Predictors: Constant, realisasi anggaran belanja rutin x3, realisasi anggaran belanja modal x2, realisasi anggaran pendapatan asli daerah X1 a. Dependent Variable: pertumbuhan ekonomi y b. Sumber: Lampiran 5 Nilai Koefisien Determinasi yang dihasilkan sebesar 0,397 39,7 yang berarti besarnya pengaruh realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 terhadap pertumbuhan ekonomi Y adalah 39,7 sedangkan sisanya 60,3 dipengaruhi oleh variabel lain, yang tidak dibahas pada penelitian ini. 4.3.5. Uji t Untuk menguji pengaruh secara parsial variabel realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 , realisasi anggaran belanja modal X 2 dan realisasi anggaran belanja rutin X 3 terhadap pertumbuhan ekonomi Y dilakukan uji t. Berikut ini hasil dari uji t: Tabel 4.12: Hasil Uji t Variabel Bebas t hitung Sig Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 -0,023 -1,296 5,806 0,982 0,200 0,000 Sumber: Lampiran 5 Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat dijelaskan: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 84 1. Nilai t hitung pada variabel Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 adalah -0,023 dengan tingkat signifikan lebih dari 5 yaitu sebesar 0,982. Hal ini berarti Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah X 1 secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Y. Sehingga hipotesis ke-1 “Diduga Realisasi Anggaran Pendapatan Asli Daerah PAD berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB” tidak teruji kebenarannya. 2. Nilai t hitung pada variabel Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 adalah -1,296 dengan tingkat signifikan lebih dari 5 yaitu sebesar 0,200. Hal ini berarti Realisasi Anggaran Belanja Modal X 2 secara parsial tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Y. Sehingga hipotesis ke-2 “Diduga Realisasi Anggaran Belanja Modal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB” tidak teruji kebenarannya. 3. Nilai t hitung pada variabel Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 adalah 5,806 dengan tingkat signifikan kurang dari 5 yaitu sebesar 0,000. Hal ini berarti Realisasi Anggaran Belanja Rutin X 3 secara parsial berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi Y. Sehingga hipotesis ke-3 “Diduga Realisasi Anggaran Belanja Rutin berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi PDRB” teruji kebenarannya.

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian