Periklanan Sebagai Komunikasi Persuasif Penerapan Aspek Psikologi Pada Periklanan

kepada konsumen tidak dapat diartikan sama seperti yang diinginkan produsen, maka periklanan tersebut tidak berhasil. Berikut ini gambar mengenai stuktur sistem komunikasi periklanan: Langsung Face Off Tak Langsung No Face Off PERIKLANAN Lewat Perantara Media VISUAL Pandangan AUDIO Dengar AUDIO VISUAL Dengar KOMUNIKASI Sumber : Ebdi Sanyoto, Sadjiman, 2006 Metode Perancangan Komunikasi Visual Periklanan, hal 45. Gambar. 2.1 Skema Stuktur Sistem Komunikasi Periklanan.

2.1.2.1 Periklanan Sebagai Komunikasi Persuasif

Periklanan sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen harus bersifat persuasif. Artinya bahwa periklanan bertujuan untuk membujuk atau merayu target audience dengan cara dan maksud yang baik, bukannya menipu. Karena sama saja bunuh diri apabila periklanan yang dikerjakan mengandung bujukan atau rayuan yang menipu atau membohongi publik. Apabila situasi komunikasi dalam periklanan tercermin upaya untuk mengubah tingkah laku orang lain melalui penyampaian beberapa pesan, maka periklanan tersebut sudah bisa dikatakan memiliki sifat persuasif. Beberapa kalangan ada yang menyebut komunikasi persuasive dengan istilah “komunisiasif”. Persuasi sesungguhnya merupakan kegiatan psikologis kejiwaan. Persuasi adalah seni dan ilmu tentang penggunaan himbauan yang ekstra logis untuk menjamin keputusan Austin S. Freeley. Periklanan yang ditujukan atau dimaksudkan untuk mempengaruhi orang dan mengubah sikap perilaku seseorang berkaitan dengan pesan- pesan yang dibacanya dalam iklan, maka sudah seharusnya periklanan diselaraskan dengan tabiat atau watak seseorang, atau dengan kata lain periklanan harus disesuaikan kaidah-kaidah ilmu jiwa atau psikologi. Inilah maksud yang lebih jelas dari periklanan sebagai komunikasi persuasif. Effendy, 1981:87

2.1.2.2 Penerapan Aspek Psikologi Pada Periklanan

Sugesti, antara lain dapat digunakan melalui bakat manusia yang suka meniru, baik itu meniru bintang idola, tokoh masyarakat, cendekiawan, dokter, insinyur, dan lain-lain. Perhatian, diusahakan agar memiliki pengaruh dan berlangsung lebih lama, mengingat perhatian orang sangat sempit dan terbatas. Menurut penelitian, perhatian orang hanya terbatas pada 5 sampai 6 perasaan 5 kata jika ada gambar, atau 6 kata jika tidak ada gambar. Artinya kata-kata dalam periklanan terutama untuk judul headline jangan terlalu panjang agar dapat dibaca dan dimengerti dengan cepat serta mudah diingat. Intelegensi atau kecerdasan, periklanan harus sedemikian mudahnya, sehingga setidaknya dapat dimengerti oleh anak-anak usia 13 tahun. Karena kecerdasan orang pada umumnya tidak melebihi anak usia 13 tahun. Kecerdasan terutama dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan. Ulangan, sesuatu yang di ulang-ulang cenderung lebih tetanam pada jiwa manusia. Oleh karenanya, periklanan harus diulang-ulang, baik frekuensi maupun jumlahnya. Asosiasi, yaitu mengungkap pengalaman menarik yang dihubungkan dengan karakter produk, atau menumpangkan pada suatu obyaek yang sedang menarik perhatian orang. Integrasi, yaitu kemampuan menyatukan diri kepada komunikan, sehingga timbul perasaan senasib, misalnya pernyataan dengan kata “kita” bukan “saya” atau “kami”. Iming-iming, yaitu meng iming-iming hal yang menguntungkan atau memberi harapan-harapan yang baik. Radjanudjum, Teknik Reklame dan Menggambar , hal 11

2.1.2.3 Proses Komunikasi Visual Periklanan