Struktur dan Peran dalam Manajemen Pertunjukan Lelagu
Pihak-pihak Luar Publikasi dan pemasaran, Dokumentasi
Beberapa pos pekerjaan yaitu pemasaran dan publikasi serta dokumentasi dibantu oleh pihak-pihak luar sehingga tidak terhitung sebagai bagian dari panitia.
Selain itu peran petugas tata cahaya dilaksanakan oleh pegawai KKF. Jika digambarkan dalam bentuk bagan maka struktur organisasi yang berjalan di
Lelagu 18 adalah sebagai berikut:
Gambar 8: Struktur Organisasi Lelagu 18
Kepanitiaan Lelagu merupakan penyederhanaan dari struktur organisasi yang bersifat kompleks. Terdapat tiga tingkatan dalam struktur organisasi Lelagu
yaitu tingkatan direksi, manajer, dan pelaksana. Tingkatan direksi terdiri dari direktur atau produser yang menjadi pimpinan tertinggi dan berperan menentukan
Yustina Neni Agung Kurniawan
Produser Produser
Prihatmoko Moki
Pimpinan Artistik, Penata Panggung
Uniph
Pimpinan Produksi, Keuangan, House
Manager, Konsumsi,
Kesekretariatan, Karcis
Gisela Swaragita
Pimpinan Artistik, Pembawa Acara
Pihak-pihak Luar
Publikasi dan Pemasaran,
Dokumentasi
Nikolas Nino
Mahamboro Danang
Joedodarmo Margareta
Danastri
Penjaga Pintu Petugas Tata
Suara Transportasi,
Kru Panggung Liaison
Officer
Pegawai KKF
Petugas Tata Cahaya
arah serta mengambil kebijakan-kebijakan terkait keberlangsungan acara. Produser dalam hal ini merujuk kepada pimpinan KKF yaitu Yustina Neni selaku
direktur utama KKF dan Agung Kurniawan selaku direktur artistik KKF. Di bawah direksi terdapat tingkatan manajer yang terdiri dari tiga orang
tim inti Lelagu yaitu Uniph, Prihatmoko Moki, serta Gisela Swaragita. Ketiganya berada pada posisi yang sejajar dan secara kolegial menjadi pelaksana fungsi-
fungsi manajemen
perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan dan
pengawasan dalam setiap acara yang diselenggarakan. Orang-orang dalam tingkatan manajer ini bertindak sebagai pimpinan pertunjukan baik dalam bagian
artistik maupun non-artistik. Tugasnya memberi arahan kepada para anggota tim tambahan yang menjadi pelaksana rancangan kegiatan, baik yang bekerja dalam
wilayah artistik maupun non-artistik. Alur perintah tidak terbatas pada pembagian wilayah kerja, sehingga semua pimpinan di tingkatan manajer dapat memberi
arahan kepada siapapun anggota tim di bawahnya. Meskipun alur perintah terjadi sedemikian rupa, tim inti Lelagu tetap terbuka terhadap masukan-masukan yang
diberikan oleh anggota tim tambahan. Keanggotaan tim bersifat tentatif dan distribusi tugas terkadang tumpang
tindih. Dalam praktiknya, tidak jarang sesama anggota tim saling menggantikan pekerjaan satu sama lain. Bagi tim Lelagu sendiri hal ini tidak menjadi masalah
selama tidak mengganggu kelancaran penggarapan acara. Jika mengacu kepada bentuk-bentuk struktur organisasi yang diutarakan
oleh Hicks, struktur organisasi dalam Lelagu termasuk dalam bentuk organisasi informal. Struktur organisasi informal bersifat luwes karena disusun secara bebas,
fleksibel, tak pasti, dan spontan sehingga kedudukan, tugas, dan fungsi-fungsi di dalam organisasinya tampak kabur. Sedangkan menurut penggolongan yang
diutarakan Murgiyanto, struktur organisasi dalam Lelagu termasuk dalam tipe Organisasi Panitia. Karakteristik struktur organisasi ini ialah kepemimpinannya
bersifat kolegial atau dewan, sehingga terdiri dari beberapa orang. Segala keputusan dan tanggung jawab diambil secara bersama-sama.
Bentuk kepanitiaan seperti ini berjalan secara efektif ketika diterapkan dalam pertunjukan berskala kecil seperti Lelagu. Selain berskala kecil, beban
kerja dalam manajemen Lelagu relatif ringan karena banyak kebutuhan pertunjukan yang sudah terjamin seperti venue, pembiayaan, fasilitas panggung,
serta konsumsi. Oleh karena itu kepanitiaan dapat dipadatkan sehingga seluruh tugas yang ada cukup dikerjakan oleh sejumlah kecil anggota tim. Cara ini lebih
efisien ketimbang melibatkan banyak orang untuk mengerjakan tugas-tugas yang porsinya kecil, yang justru mempersulit koordinasi dan memperlambat kerja
ketika ada anggota tim yang kinerjanya buruk.