lain yang terlibat untuk terus meningkatkan kualitas gelaran Lelagu Fathoni, 2015. Namun setelah itu tim Lelagu belum pernah lagi mengadakan FGD.
Di samping FGD, Lelagu juga pernah mengadakan beberapa acara lain di luar rangkaian pertunjukan. Dalam tabel berikut tercantum acara-acara yang
diadakan Lelagu di luar rangkaian pertunjukan.
Tabel 2: Rangkaian Acara Lelagu di Luar Pertunjukan Tanggal
Jenis Acara Judul
16 Februari 2015 FGD 1
Gigs Kecil dan Pengorganisasiannya 20 Mei 2015
FGD 2 Lapak Sebagai Wadah Transaksi dan
Interaksi di Skena Musik 3 Agustus 2015
Diskusi Lelagu Pengkarcisan dalam Pertunjukan Musik
3 Desember 2015 Kolaborasi
Kaleidoskop LLG X KLDSKP
sumber: dokumentasi Lelagu Acara-acara di luar pagelaran musik reguler Lelagu antara lain: FGD 1
bertema Gigs Kecil dan Pengorganisasiannya serta FGD 2 bertema Lapak Sebagai Wadah Transaksi dan Interaksi di Skena Musik, Diskusi Lelagu untuk
membahas penarikan biaya tiket masuk Lelagu, serta kolaborasi Lelagu dengan komunitas Kaleidoskop yang diberi tajuk LLG X KLDSKP. Dalam acara-acara
ini tim Lelagu juga bekerjasama dengan pihak-pihak luar yang berperan sebagai pembicara serta pengisi acara.
3. Penyelenggaraan Pagelaran Lelagu 18
Guna mengetahui secara lebih detail mengenai pelaksanaan manajemen pertunjukan dalam Lelagu, peneliti bergabung dalam penyelenggaraan gelaran
Lelagu 18 pada bulan April 2016. Penyelenggaraan acara terdiri dari tiga tahap
yakni tahap pra pementasan, tahap pementasan, dan tahap pasca pementasan. Berikut adalah proses yang terjadi dalam penyelenggaraan Lelagu 18:
a. Tahap Pra Pementasan 1 Pemilihan Penampil dan Penentuan Tanggal
Lelagu 18 diadakan untuk menyediakan panggung bagi Teman Sebangku, duo folk asal Bandung yang saat itu mengadakan tur ke Yogyakarta.
Pihak Teman Sebangku menghubungi Prihatmoko Moki satu bulan sebelum acara untuk menyampaikan rencana tur ke Yogyakarta. Tim Lelagu kemudian sepakat
untuk mengadakan Lelagu pada tanggal 8 April 2018 dengan menyesuaikan jadwal tur Teman Sebangku
Musisi kedua yang menghubungi Lelagu adalah Monohero yang berasal dari Malang. Monohero datang ke Yogyakarta secara khusus untuk tampil di
Lelagu. Monohero menghubungi Lelagu melalui Uniph sejak bulan Februari. Selain itu musisi yang tampil adalah Kavvah, band indie rock yang berasal dari
Yogyakarta. Kavvah juga menghubungi tim Lelagu melalui Uniph. Para perupa dihubungi setelah semua musisi dipastikan dapat tampil di
tanggal yang ditentukan. Perupa pertama, Caitlin Taguibao, adalah seniman mural asal Filipina yang sedang berlibur ke Yogyakarta. Catilin ditawari untuk bermain
dalam Lelagu setelah bertemu dengan Prihatmoko Moki ketika sedang berkunjung ke Krack, studio seni rupa milik Prihatmoko Moki. Perupa kedua adalah Isnain
Bahar yang berasal dari Magelang. Prihatmoko Moki tertarik untuk menampilkan Isnain karena latar belakang Isnain yang juga seorang perawat di rumah sakit
jiwa. Karakter Isnain dirasa cocok untuk disandingkan dengan Monohero yang
mengusung genre psychedelic rock. Sementara Ayu Desianti yang berasal dari Yogyakarta tampil melalui ajakan Uniph. Ayu Desianti memang sebelumnya
pernah mengontak Lelagu untuk menawarkan diri menjadi pengisi acara. Lelagu 18 bukan yang pertama kali diadakan demi mengakomodasi
penampil atau isu tertentu. Lelagu 17 yang dihelat bulan November 2015 juga diadakan untuk memfasilitasi Silampukau dari Surabaya
yang saat itu mengadakan tur ke Yogyakarta. Ada pula Lelagu 4 bertema “Ode Buat Kota”
yang diadakan bulan Oktober 2013 untuk merespon isu “Jogja ora didol” yang sedang ramai saat itu. Dapat dilihat bahwa pengadaan Lelagu kerap kali bersifat
insidental. Lelagu tidak diadakan semata-mata demi terlaksananya acara itu sendiri, tetapi juga berusaha merespon peristiwa di sekitar.
2 Penentuan Idetema
Tahap penentuan tema dalam Lelagu dilakukan oleh tim inti Lelagu. Pemilihan tema dilakukan melalui rapat informal dalam kelompok bincang
whatsapp yang dilakukan 2 minggu sebelum acara dilangsungkan. Dalam edisi ke 18 ini, tim inti Lelagu menentukan tema acara yaitu “Mendewasa”. Pemilihan
tema “Mendewasa” ini dilatarbelakangi usia Lelagu yang telah menginjak edisi ke-18. Dipilih istilah “Mendewasa” karena usia 18 tahun pada manusia dianggap
sebagai gerbang menuju kedewasaan. Berbeda dengan edisi-edisi lainnya, pemilihan tema Lelagu kali ini tidak
dibarengi dengan kuratorial musisi penampil. Hal ini disebabkan oleh kesibukan Gisela Swaragita yang biasanya bertugas membuat kuratorial. Meskipun menjadi
karakteristik Lelagu, ketiadaan kuratorial musisi ini tidak dipandang sebagai