Tahap Pasca Pementasan 1 Publikasi Dokumentasi Acara

penggarapan acara yang seharusnya sederhana menjadi kacau. Hal ini banyak dipengaruhi oleh kesibukan anggota tim sehingga tidak mampu memprioritaskan Lelagu. Permasalahan ini juga muncul karena bentuk kepanitiaan Lelagu yang tidak memiliki struktur organisasi yang jelas. Tidak ada anggota tim yang memiliki otoritas sehingga fungsi-fungsi manajemen seperti penggerakan dan pengawasan sulit dijalankan. Selain itu adanya ketidakcocokan cara kerja berimbas kepada konflik interpersonal dalam tubuh kepanitiaan Lelagu. Ketidakcocokan cara kerja ini didasari oleh adanya anggota tim yang terlalu mendominasi pengambilan keputusan. Hal ini dirasa tidak sesuai dengan kesepakatan tim untuk membuat kepanitiaan Lelagu tetap bersifat horizontal. Pada akhirnya kepanitiaan terpecah dan menyisakan tim inti Lelagu yang saat ini hanya berjumlah tiga orang. Jumlah tim yang semakin sedikit ini kemudian berujung pada kurangnya tenaga ketika tim akan mengadakan acara. Tantangan kedua yaitu keterbatasan alat produksi. Permasalahan ini kadang terjadi ketika panitia kesulitan menyediakan peralatan penunjang pertunjukan mengingat pembiayaan Lelagu yang terbatas. Meskipun beberapa fasilitas telah disediakan oleh KKF, namun beberapa penampil membutuhkan spesifikasi tata suara, tata lampu, ataupun alat musik yang perlu diwujudkan sendiri oleh panitia. Kesulitan lain yang ditemui adalah semakin terbatasnya pilihan penampil, terutama musisi. Meskipun gelaran ini mengkolaborasikan unsur seni musik dan seni rupa, namun musisi mendapat porsi lebih besar di panggung sebagai tontonan utama. Maka dari itu urgensi menentukan musisi penampil dalam Lelagu dipandang lebih besar ketimbang perupa. Tim Lelagu berupaya untuk terus menghadirkan penampil baru di setiap pertunjukan, namun adanya proses seleksi tentu membatasi pemilihan musisi dan perupa yang dapat ditampilkan. Proses seleksi oleh panitia sendiri sifatnya subjektif sehingga tidak ada kriteria khusus bagi penampil dan sepenuhnya tergantung pada selera tim inti Lelagu. Oleh karena itu semakin lama Lelagu semakin kesulitan mencari musisi baru. Kurangnya penampil ini mengakibatkan tidak sedikit musisi yang ditampilkan lebih dari sekali.

b. Faktor Pendukung Kontinuitas Lelagu

Lelagu memiliki beberapa kekuatan yang menjadi faktor pendukung keberlangsungan pertunjukan hingga saat ini. Faktor-faktor pendukung tersebut antara lain: 1 Networking tim Lelagu dan KKF, 2 Terjaminnya tempat dan fasilitas pertunjukan, dan 3 Adanya timbal balik positif yang didapat tim Lelagu dari penyelenggaraan acara. Networking atau jaringan pertemanan yang dimiliki tim Lelagu dan KKF merupakan salah satu faktor pendukung yang banyak berperan dalam perkembangan gelaran ini. Networking tim Lelagu dan KKF membantu Lelagu mendatangkan penonton yang berpengaruh dalam komunitas seni rupa dan seni musik sehingga cepat mengangkat popularitas acara. Networking ini juga mempermudah tim Lelagu dalam menghadapi permasalahan-permasalahan produksi seperti kekurangan alat dan tenaga. Selain itu networking juga