Sarana Manajemen Konsep Dasar Manajemen 1. Definisi Manajemen

bertujuan untuk mengolah bahan mentah atau bahan setengah jadi untuk dijual atau dipasarkan Murgiyanto, 1985: 36. Menurut Murgiyanto 1985: 37 berkaitan dengan material atau bahan- bahan, manajemen seni pertunjukan memiliki sifat yang sangat unik. Dalam sebuah manajemen seni pertunjukan, bahan yang akan diolah dan dipasarkan bukanlah bahan dalam bentuk benda mati, tetapi berupa nomor-nomor pertunjukan yang diproduksi secara estetis oleh manusia-manusia pelaku, dalam hal ini para seniman dan seniwati dari berbagai bidang. Sehingga dalam kata lain, materi atau bahan-bahan dalam manajemen seni pertunjukan adalah manusia- manusia seniman pelaku tersebut. d. Methods Metode Metode adalah cara kerja dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam suatu proses manajemen Murgiyanto, 1985: 38. Metode ditentukan dengan cara menjawab pertanyaan how bagaimana mengelola sumber-sumber daya dan waktu yang tersedia dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai tujuan. Metode dalam manajemen meliputi perencanaan proses kegiatan, pembagian tugas, serta tata cara pelaksanaan kerja Murgiyanto, 1985: 38. Apabila suatu proses manajemen mampu menerapkan metode yang baik dan tepat, maka pelaksanaan kerja akan menjadi lebih efisien dan terkoordinasi, dan sumber- sumber daya serta waktu yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. e. Machines Mesin Kemajuan teknologi menempatkan mesin sebagai bagian penting dalam proses manajemen di masa sekarang. Penggunaan mesin bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan mempermudah tercapainya tujuan manajemen Murgiyanto, 1985: 39. Mesin-mesin yang digunakan beragam, sesuai dengan bidang manajemen yang dijalankan Murgiyanto, 1985: 39. Mesin yang saat ini paling umum digunakan dalam kegiatan manajemen di bidang apapun adalah komputer. Dalam manajemen produksi yang menghasilkan barang dalam jumlah massal, mesin yang digunakan adalah mesin produksi skala besar Murgiyanto, 1985: 39. Manajemen pertunjukan musik di masa modern tidak lepas dari penggunaan mesin untuk mendukung penyelenggaraannya. Mesin dalam manajemen pertunjukan menunjuk pada alat-alat produksi yang digunakan dalam mewujudkan suatu pagelaran Murgiyanto, 1985: 40. Dalam pertunjukan musik konvensional mesin sangat dibutuhkan dalam tata suara, tata lampu, juga pemberian efek panggung. Mesin juga dibutuhkan dalam proses dokumentasi pertunjukan, baik dalam bentuk rekaman suara, foto, maupun video. f. Markets Pasar Pasar dibentuk oleh adanya permintaan dan penawaran akan suatu barang ataupun jasa Murgiyanto, 1985: 41. Dalam perusahaan industri yang tujuan utamanya adalah mencari laba, pasar merupakan faktor penting yang menentukan keberlangsungan perusahaan karena laku atau tidaknya barang yang ditawarkan akan berpengaruh pada keuntungan yang diperoleh perusahaan. Perusahaan yang gagal membaca minat pasar akan kesulitan dalam memasarkan produknya, dan apabila terus-menerus merugi tentu perusahaan tersebut tidak akan mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan untuk terus beroperasi. Sementara itu peran pasar dalam seni pertunjukan tidak serta merta menjadi penentu arah jalannya suatu organisasi seni pertunjukan. Berbeda dengan barang jadi untuk diperjualbelikan, seni pertunjukan sebagai produk seni merupakan hasil kreatif manusia. Setiap produk seni memiliki karakteristik dan keunikan masing-masing sehingga suatu produk seni yang dibuat tidak selalu memiliki penikmat atau pasar yang jelas. Dalam hal ini, menurut Riantiarno dalam Haryono 2005: 4, produk seni artistik adalah sumber sekaligus muaranya. Bukan seni yang menyesuaikan pasar, namun pasar harus diciptakan untuk menyesuaikan produk seni tersebut. Seni bukanlah produk yang “market oriented” melainkan “product oriented” Riantiarno dalam Bisri, 2000: 5.

B. Manajemen Seni Pertunjukan 1. Pengertian Manajemen Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan menurut Murni 2013: 5 adalah usaha dan karya kelompok seniman atau orang-orang yang bekerja untuk menghasilkan karya seni sebagai sebuah pertunjukan. Dalam suatu produksi seni pertunjukan, di luar komponen artistik seni pertunjukan itu sendiri, selalu dibutuhkan keterlibatan komponen-komponen lain yang saling berkaitan. Komponen-komponen non- artistik yang melingkupi suatu seni pertunjukan merupakan wilayah tata kelola seni yang tidak dapat lepas dari produksi seni pertunjukan. Dengan demikian, untuk dapat mempertahankan suatu bentuk seni pertunjukan, dalam prosesnya sangat dibutuhkan adanya kerja pengelolaan atau yang disebut dengan manajemen seni pertunjukan Bisri, 2000: 2. Menurut Riantiarno, manajemen dalam seni pertunjukan tidak lepas dari hakikat manajemen itu sendiri, berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan itu sendiri dalam Haryono, 2005: 4. Riantiarno menyatakan bahwa manajemen harus sanggup membantu para seniman untuk sampai pada pencapaian mutu artistiknya, bukan malah sebaliknya menjadi penghambat. Dalam seni pertunjukan, manajemen diharapkan dapat berfungsi sebagai bantuan bagi seniman dalam mengelola urusan-urusan di luar artistik sehingga seniman mampu menggarap karya seninya secara lebih terfokus.

2. Organisasi Seni Pertunjukan

Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan bagian penting dari produksi seni pertunjukan. Suatu produksi seni pertunjukan seperti teater, tari, dan musik dalam pelaksanaannya membutuhkan kontribusi lebih dari satu orang. Pada dasarnya baik disadari maupun tidak, pengorganisasian sudah selalu dilakukan oleh pelaku seni pertunjukan. Pembagian tugas dan wewenang dalam suatu produksi seni pertunjukan baik tradisional maupun modern merupakan bentuk pengorganisasian sehingga dapat dikatakan bahwa setiap kelompok seni pertunjukan sudah memiliki bentuk organisasinya masing-masing.

a. Jenis-jenis Organisasi Seni Pertunjukan

1 Menurut Profesionalitasnya Dalam penggolongan ini Jazuli 2014: 32 membagi pengelolaan seni pertunjukan dalam dua kategori, yaitu organisasi profesional dan amatir. Dalam Jazuli 2014: 33, profesional diartikan sebagai berikut: “…profesional dapat dimengerti sebagai suatu aktivitas usaha yang dilandasi sikap dan perilaku yang efisien, efektif, rasional, pragmatis, dan produktif. Profesional mempersyaratkan adanya kemampuan yang tinggi khusus, rancangan kerja yang matang, motivasi dan keinginan untuk bekerja keras, ulet, penuh kreativitas dan dedikasi. Sasaran profesional adalah untuk memperoleh prestise, keuntungan finansial, mencapai kualitas produk yang tinggi, dan boleh jadi dapat sebagai sandaran hidup.” Selanjutnya, Jazuli 2014: 33 menerangkan pengertian amatir sebagai berikut: “…amatir dapat dimengerti sebagai kegiatan yang lebih dilandasi oleh kesenangan, bukan sebagai sumber pendapatan utama, kurang berorientasi pada keuntungan finansial, dan perencanaan dan cara kerja relatif kurang serius, kurang matang, dan yang penting bisa berjalan lancar.” Sehingga dapat dipahami bahwa perbedaan mendasar antara organisasi profesional dan amatir terletak pada tujuan dan kualitas dari pekerjaan yang dilaksanakan. Organisasi profesional menitikberatkan pada kualitas yang tinggi dan bertujuan untuk mencari keuntungan finansial. Sebaliknya organisasi amatir didasari oleh hobi atau kesenangan sehingga tidak mementingkan kualitas, serta tidak bertujuan mencari keuntungan finansial. 2 Menurut Pembiayaannya Secara umum, menurut pembiayaannya terdapat tiga jenis organisasi yang dikenal dalam masyarakat yaitu organisasi pemerintahan publik, organisasi bisnis privat, dan organisasi nonprofit atau voluntary Salusu, 2006: 1. Organisasi sektor publik dijalankan oleh pemerintah dengan tujuan utama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Organisasi publik memperoleh pembiayaan dari negara dan pegawai atau anggota organisasinya mendapatkan gaji serta tunjangan-tunjangan berdasarkan kinerja.