35 Janaka, Permadi, Panduputra, Indratanaya, Kuntadi karena
memiliki panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan dan Danajaya karena tidak mementingkan harta.
Arjuna merupakan titisan dari Betara Indra yang merupakan dewa cuaca dan penguasa petir. Arjuna merupakan kesatria dari
Madukara. Arjuna merupakan sosok yang tampan, jantan, berjiwa
ksatria, suka menolong, berilmu tinggi tapi sombong. Arjuna memiliki banyak senjata dan aji-aji. Senjata-senjata Arjuna antara
lain adalah panah Sarotama, panah Pasopati, keris Pulanggeni, Minyak Jayangketon, cambuk Kyai Pamuk. Selain itu aji-aji yang
dimiliki Arjuna diantaranya aji PanglimunanKemayan sehingga dapat menghilang, aji Sepi Angin sehingga dapat berjalan tanpa
jejakberlari seperti angin, aji Mayabumi sehingga dapat melihat jin, selain itu aji Pengasih, Tunggengmaya, dan Asmaragama.
d. Nakula
Nakula merupakan anak dari Prabu Pandhu Dewanata dan Dewi Madrim. Nama lain Nakula ialah Pinten dan Tripala. Nakula
merupakan titisan dari dewa kembar Aswan. Nakula memiliki perwatakan yang jujur, setia, patuh pada orang tua dan tahu balas
budi serta mampu menjaga rahasia. Aji-aji yang dimiliki Nakula adalah Aji Pranawajati. Aji ini membuat Nakula tidak dapat lupa
akan hal apapun. Selain Aji Pranawajati, Nakula juga memiliki
36 cupu yang berisi Banyu Panguripan yang merupakan air
kehidupan. Nakula merupakan kesatria dari Sawojajar. e.
Sadewa Sadewa atau Tangsen merupakan saudara kembar Nakula.
Sadewa merupakan anak bungsu dari Raden Pandu. Sadewa merupakan titisan dari dewa Aswin. Sadewa memiliki perwatakan
jujur, setia, patuh pada orang tua dan tahu balas budi serta mampu menjaga rahasia. Sadewa memiliki ingatan yang kuat karena
memiliki Aji Purnamajati, dan memiliki Mantra Pangruwatan. Sadewa ahli dalam hal Metafisika, menganalisis sesuatu, dan
dapat mengetahui hal yang baru akan terjadi. Sadewa merupakan ksatria dari Bumiretawu.
c. Silsilah Keluarga Pandawa
Gambar 1 Gambar Silsilah keluarga Pandawa Dalam cerita Mahabarata, Pandawa merupakan anak Prabu Pandhu
Dewanata dari kerajaan Hastinapura. Pandhu memiliki dua orang istri,
37 yaitu Kunthi dan Madrim. Pandhu dan Kunthi memiliki tiga orang
keturunan bernama Yudhistira, Bima dan Arjuna. Bersama Madrim, Pandhu memiliki katurunan bernama Nakula dan Sadewa.
D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Ketika seorang memasuki usia sekolah dasar, yakni antara 6-12 tahun, pada masa ini anak mengalami transisi yang ditandai dengan berakhirnya
masa kanak kanak, yaitu suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua bidang dan mulai pada suatu fase perkembangan yang lebih
perlahan-lahan. Menurut Piaget Asri Budiningsih, 2005: 38-39 anak usia 78
– 1112 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Dalam tahap ini anak sudah
mulai menggunakan aturan – aturan yang jelas dan logis, dan ditandai
reversible dan kekekalan. Anak memiliki kecakapan berpikir yang logis, akan tetapi pada benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba
dan membuat kesalahan, karena anak sudah berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Anak sudah tidak
memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberikan gambaran konkret.
Dalam tahap perkembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD Negeri Kotagede 1 termasuk dalam tahap operasional konkret karena
sudah memiliki kecakapan berpikir logis tetapi hanya dengan benda – benda
yang bersifat konkret. Adanya gambaran konkret dapat menghindarkan anak dari keterbatasan berpikir. Di dalam pembelajaran bahasa jawa, siswa
38 membutuhkan gambaran yang nyata seperti penggunaan media pembelajaran
untuk memudahkan dalam menerima materi pelajaran. Salah satu bentuk gambaran konkret dalam pembelajaran yaitu dengan penggunaan modul pop
up “wayang pandawa” dalam mata pelajaran muatan lokal bahasa jawa.
Dengan menggunakan modul tersebut siswa dapat memperoleh gambaran konkret tentang tokoh wayang sehingga mampu menyelesaikan persoalan
seputar materi tokoh wayang pandawa.
E. Kerangka Pikir
Lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar SD terus berupaya memperbaiki dan melestarikan kebudayaan daerah. Salah satu upaya
pemerintah dalam melestarian budaya daerah ialah dengan memasukkan mata pelajaran muatan lokal ke dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah
menengah. Seiring dengan adanya surat Keputusan dan Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 mata pelajaran bahasa Jawa menjadi mata pelajaran
muatan lokal wajib yang diajarkan mulai sejak sekolah dasar. Salah satu ruang lingkup materi yang harus dipelajari siswa dalam Mata
Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar adalah materi Wayang Pandawa. Materi wayang umumnya disajikan dengan menggunakan teks bacaan dan
ilustrasi hitam putih. Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas III di SD Negeri Kotagede I
Yogyakarta sebagian siswa masih mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi wayang pandawa.Hal ini dikarenakan bacaan yang banyak
39 serta sumber belajar yang hanya terbatas pada LKS terkesan monoton dan
belum tersedianya media penyampai materi wayang Pandawa. Salah satu upaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman belajar bahasa jawa khususnya materi cerita wayang Pandawa adalah dengan adanya pengembangan bahan ajar berbentuk buku yang
menggambarkan secara nyata bentuk wayang tersebut, salah satunya dengan mengembangkan modul pop up.
Modul pop up merupakan bahan ajar cetak berbentuk buku tiga dimensi yang dapat memberikan tampilan menarik serta menyajikan materi dalam
bentuk cerita. Konsep tersebut hanya disampaikan dalam bentuk teks untuk dihafal sehingga perlu disajikan dalam bentuk yang lebih menarik. Adanya
modul pop up tersebut, diharapkan dapat membantu siswa dalam memudahkan dan memahami materi pembelajaran serta memudahkan guru
dalam menyampaikan materi kepada siswa.
40 Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan melalui alur sebagai
berikut.
Gambar 2 Gambar Kerangka Berpikir Pembelajaran
Bahasa Jawa “ Wayang
Pandawa”
Kurangnya Media Bahasa
Jawa yang mendukung
siswa belajar Perlu media
berbentuk buku untuk
membantu dalam pemahaman
materi
Mengembangkan media modul pop up
Modul pop up yang layak Bahasa Jawa dengan
materi “Wayang Pandawa”
41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan research and development dengan produk yang dihasilkan adalah bahan ajar pop up mata
pelajaran Bahasa Jawa untuk siswa kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta. Menurut Borg Gall 1989 : 772, educational research and
development is a process used to develop and validate educational product. Penelitian pengembangan menurut Sugiyono 2012 : 407 merupakan
penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dengan demikian, penelitian dan pengembangan
pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk-produk pendidikan.
B. Prosedur Pengembangan
Mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg and Gall Nana Syaodih, 2015: 169-170. Borg dan Gall menjelaskan bahwa ada
sepuluh prosedur dalam penelitian pengembangan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan modul pop up sebagai berikut.
1. Penelitian dan pengumpulan data
2. Perencanaan
3. Pengembangan draf produk
4. Uji coba lapangan awal
5. Merevisi hasil uji coba
6. Uji coba lapangan