PENGEMBANGAN MODUL POP-UP MUATAN LOKAL BAHASA JAWA “WAYANG PANDAWA” UNTUK KELAS III SD NEGERI KOTAGEDE I YOGYAKARTA.

(1)

i

PENGEMBANGAN MODUL POP-UP MUATAN LOKAL

BAHASA JAWA “

WAYANG PANDAWA”

UNTUK KELAS III

SD NEGERI KOTAGEDE I YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Vivi Isniati Kuswardani NIM 12105244026

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Hidup itu seperti pagelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah semesta yang dituliskan oleh Tuhanmu.


(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas limpahan Rahmat dan Karunia Allah Subhanahuwata’alla saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Kedua orangtua saya tercinta yang selalu mendukung dan menjadi motivasi terbesar.

2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, Nusa dan Bangsa.


(7)

vii

PENGEMBANGAN MODUL POP-UP MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

WAYANG PANDAWA” UNTUK KELAS III SD NEGERI

KOTAGEDE I YOGYAKARTA Oleh

Vivi Isniati Kuswardani NIM 12105244026

ABSTRAK

Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan modul pop-up

muatan lokal bahasa jawa wayang pandawa” yang layak untuk siswa kelas III SD, yang dapat digunakan sebagai penunjang sumber belajar dalam pembelajaran bagi guru maupun bagi siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model pengembangan (research and development) Borg & Gall. Pengembangan media pembelajaran ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu: studi pendahuluan dan pengumpulan informasi, melakukan perencanaan, melakukan pengembangan produk awal, melakukan uji coba lapangan awal, revisi produk I hasil uji coba lapangan awal, melakukan uji coba lapangan, revisi II hasil uji coba lapangan, melakukan uji coba pelaksanaan lapangan, penyempurnaan produk akhir. Subjek uji coba adalah siswa kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta, yang terdiri dari uji coba lapangan awal 4 siswa, uji coba lapangan 8 siswa, uji coba pelaksanaan lapangan 16 siswa. Teknik dan pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan angket. Data dianalisis menggunakan metode deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengembangkan modul pop-up yang layak menggunakan 9 tahapan pengembangan menurut Brog & Gall. Modul ini telah layak untuk digunakan, hal ini dibuktikan dari hasil penilaian produk yang telah dilakukan oleh ahli materi menunjukkan bahwa modul pop-up dinyatakan sangat baik dengan rerata skor 4,6, hasil penilaian produk oleh ahli media menunjukkan bahwa modul pop-up “wayang pandhawa” dinyatakan sangat baik dengan rerata skor 4,6, hasil uji coba lapangan awal dinyatakan layak dengan rerata skor 0,93, hasil uji coba lapangan dinyatakan layak dengan rerata skor 0,98 dan hasil uji coba pelaksanaan lapangan dinyatakan layak dengan rerata skor 1. Berdasarkan hasil dari uji kelayakan tersebut, pop-up muatan lokal bahasa jawa wayang pandawa” yang dikembangkan layak digunakan untuk pembelajaran bahasa Jawa di kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengembangan Modul pop-up Muatan Lokal Bahasa Jawa wayang pandawa” untuk kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta” dengan lancar.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan, saran, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Makadari itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama penulis menuntut ilmu.

2. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY Dr. Sugeng Bayu Wahyono, M.Si yang telah memberikan dukungan secara luas baik selama perkuliahan dan telah menyetujui penelitian ini.

3. Bapak Sungkono M. Pd., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan selama proses penyelesaian skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Suwardi, M.Hum, dan Ibu Suyantiningsih, M. Ed., selaku ahli

materi dan ahli media yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang berarti terhadap produk yang dikembangkan dalam penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah mendidik dan memberikan ilmu sebagai bekal penulisan skripsi ini. 6. Kepala Sekolah SD Negeri Kotagede I, Yogyakarta yang telah memberikan

izin melakukan penelitian.

7. Ibu Sutarti, S.Pd selaku wali kelas III A SD Negeri Kotagede I, Yogyakarta yang telah banyak memberikan bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian pengembangan ini.

8. Bapak dan Ibu tersayang atas dukungan, kesabaran, motivasi, serta doa yang tulus yang tiada henti

9. Mbak Widyah Hartati yang telah memberikan sumbangsih berupa nasehat, semangat, motivasi dan doa yang tiada henti.


(9)

(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

H. Spesifikasi Produk ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Modul ... 10

1. Pengertian Modul ... 10

2. Karakteristik Modul ... 11

3. Langkah Penyusunan Modul ... 14

4. Komponen dan Struktur Modul ... 18

5. Elemen Mutu Modul ... 20


(11)

xi

7. Fungsi dan Manfaat Modul ... 24

B. Kajian Tentang Modul Pop Up ... 25

1. Pengertian Modul Pop Up ... 25

2. Jenis Teknik Modul Pop Up ... 26

3. Manfaat Modul Pop Up ... 27

C. Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa ... 28

1. Pengertian Muatan Lokal Bahasa Jawa ... 28

2. Fungsi Muatan Lokal Bahasa Jawa ... 29

3. Tujuan Muatan Lokal Bahasa Jawa ... 30

4. Ruang Lingkup Muatan Lokal Bahasa Jawa ... 31

5. Tinjauan Materi Wayang Pandawa di dalamMuatan Lokal Bahasa Jawa ... 31

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 37

E. Kerangka Pikir ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 41

C. Validasi Produk ... 47

D. Subjek Uji Coba ... 47

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 48

G. Teknik Analisis Data ... ...51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 55

1. Hasil Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi ... 55

2. Hasil Perencanaan Pengembangan ... 56

3. Hasil Pengembangan Bentuk Awal Produk ... 57

4. Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 72

5. Hasil Revisi Uji Coba Lapangan Awal ... 73

6. Hasil Uji Coba Lapangan ... 73


(12)

xii

8. Hasil Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 74

9. Hasil Revisi Produk Akhir ... 75

B. Pembahasan ... 76

C. Keterbatasan Penelitian ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Ahli Materi ... 49

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Ahli Media ... 50

Tabel 3 Kisi-Kisi Instrumen Siswa ... 50

Tabel 4 Pedoman Pemberian Skor ... 52

Tabel 5 Konversi Data Kuantitatif ke data Kualitatif ... 52

Tabel 6 Pedoman Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 53

Tabel 7 Konversi Skor Skala Likert pada Tingkat Kelayakan ... 54

Tabel 8 Kriteria Penilaian Produk Uji Coba ... 54

Tabel 9 Hasil Validasi Ahli Materi terhadap Aspek Pendahuluan ... 59

Tabel 10 Hasil Validasi Ahli Materi terhadap Aspek Isi ... 59

Tabel 11 Hasil Validasi Ahli Materi terhadap Aspek Penutup ... 60

Tabel 12 Rekap Hasil Penilaian Materi oleh Dosen Ahli ... 60

Tabel 13 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Tampilan Tahap I ... 62

Tabel 14 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Bahasa Tahap I ... 63

Tabel 15 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Komponen Modul Tahap I ... 63

Tabel 16 Rekap Hasil Penilaian Media oleh Dosen Ahli Tahap I ... 64

Tabel 17 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Tampilan Tahap II ... 68

Tabel 18 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Bahasa Tahap II ... 69

Tabel 19 Hasil Penilaian Ahli Media terhadap Aspek Komponen Modul Tahap II ... 69

Tabel 20 Rekap Hasil Penilaian Media oleh Dosen Ahli Tahap II ... 70

Tabel 21 Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 72

Tabel 22 Hasil Uji Coba Lapangan ... 73


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Gambar Silsilah keluarga Pandawa ... 36

Gambar 2 Gambar Kerangka Berpikir ... 40

Gambar 3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Borg and Gall ... 46

Gambar 4 Desain Cover Depan & Belakang Modul ... 57

Gambar 5 Desain Isi Modul ... 58

Gambar 6 Tampilan gambar sebelum isi materi di revisi ... 61

Gambar 7 Tampilan gambar sesudah isi materi di revisi ... 62

Gambar 8 Tampilan gambar cover sebelum di revisi ... 65

Gambar 9 Tampilan gambar cover sesudah di revisi ... 66

Gambar 10 Tampilan gambar pendahulan sebelum di revisi ... 66

Gambar 11 Tampilan gambar pendahulan sesudah di revisi ... 67

Gambar 12 Tampilan isi dan ringkasan gambar sebelum di revisi ... 67

Gambar 13 Tampilan isi dan ringkasan gambar sesudah di revisi ... 68

Gambar 14 Tampilan cover gambar sebelum di revisi ... 71


(15)

xv

DAFTARLAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Silabus ... 85

Lampiran 2 Rpp... 89

Lampiran 3 Produk Modul Pop-up ... 97

Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru Kelas III... 99

Lampiran 5 Hasil Validasi Ahli Materi ... 101

Lampiran 6 Surat Keterangan Validasi Ahli Materi ... 104

Lampiran 7 Hasil Validasi Ahli Media Tahap I ... 105

Lampiran 8 Hasil Validasi Ahli Media Tahap II ... 108

Lampiran 9 Surat Keterangan Validasi Ahli Media ... 111

Lampiran 10 Instrumen Uji Coba Lapangan Awal ... 112

Lampiran 11 Instrumen Uji Coba Lapangan ... 114

Lampiran 12 Instrumen Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 116

Lampiran 13 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 118

Lampiran 14 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 119

Lampiran 15 Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Pelaksanaan Lapangan....120

Lampiran 16 Surat Ijin Penelitian dari FIP ... 121

Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian dari Dinas Perizinan Kota Yogyakarta ... . 122

Lampiran 18 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian... 123


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebudayaan Jawa merupakan salah satu bagian dari kebudayaan bangsa di Indonesia. Keberadaan Budaya Jawa sangat banyak ragamnya meliputi bahasa, batik dan berbagai kesenian. Salah satu warisan leluhur yang memiliki nilai historis dan filosofis dalam kehidupan masyarakat jawa adalah kesenian wayang. Kesenian wayang merupakan salah satu bagian dari kebudayaan Jawa yang masih terjaga kelestariannya sampai saat ini. Kekayaan budaya Jawa seperti kesenian wayang harus dilestarikan oleh semua generasi agar tidak hilang oleh perubahan zaman.

Dalam perkembangannya, kesenian wayang kurang di pelihara dengan baik oleh generasi muda di Indonesia terutama di daerah Jawa. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya apresiasi dan minat generasi muda akan pengetahuan maupun kebudayaan wayang tersebut. Sebuah pertunjukan wayang yang kaya akan pesan moral saat ini jarang ditemui baik melalui pertunjukan langsung maupun acara di televisi. Pertunjukan wayang saat ini semakin tergerus oleh acara – acara hiburan yang lebih modern dan memiliki pesan moral yang kurang.

Menyadari hal tersebut, melalui dunia pendidikan perlu diadakan penanaman nilai – nilai moral budi pekerti dan penguasaan bahasa jawa bagi siswa. Penerapan mata pelajaran muatan lokal bahasa jawa wajib dilaksanakan sejak sekolah dasar. Mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa merupakan sarana untuk melestarikan budaya Jawa sejak dini melalui institusi


(17)

2

pendidikan. Melalui mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa siswa dapat mengenal, memelihara dan mengembangkan budaya Jawa sehingga dapat terjaga.

Muatan lokal bahasa Jawa memiliki fungsi sebagai wahana untuk menyemaikan nilai-nilai pendidikan etika, estetika, moral, spiritual dan karakter pada siswa. Salah satu materi yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa Jawa ialah cerita wayang. Cerita wayang merupakan jenis sastra tradisional. Cerita wayang ini sarat akan nilai-nilai yang tercermin pada karakter tokoh maupun jalan ceritanya. Oleh sebab itu, wayang merupakan kebudayaan yang perlu dilestarikan agar tetap terjaga keeksistensiannya.

Pembelajaran cerita wayang banyak didominasi dengan teks bacaan dan disajikan dengan metode ceramah. Pembelajaran yang disajikan dengan metode ceramah sering membuat siswa merasa bosan, terlebih kata yang digunakan banyak yang terasa asing bagi siswa. Situasi ini dapat dicegah apabila guru mau menggunakan gambar atau benda-benda lainya untuk membantu memberikan contoh yang konkret dalam memberikan ilustrasi yang tak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata.

Penggunaan contoh konkret tokoh wayang kepada siswa dapat dilakukan dengan melakukan pengalaman langsung seperti melihat pertunjukan wayang secara langsung. Akan tetapi cara tersebut mempunyai keterbatasan, pertunjukan wayang saat ini sudah sangat jarang ditemui apabila ada pertunjukan wayang biasanya dilakukan pada malam hari yang tidak sesuai dengan jam belajar siswa. Cara lain yaitu dengan menggunakan


(18)

3

video, tetapi cara tersebut memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Dari kedua cara tersebut sangat tidak memungkinkan diterapkan dalam kelas. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan sebuah media yang praktis sehingga dapat membuat pembelajaran menjadi konkret secara efektif dan efisien dalam pelaksanaannya di kelas.

Berdasarkan observasi di SD Negeri Kotagede I dengan melakukan observasi dan wawancara guna mengetahui keadaan pembelajaran bahasa Jawa khususnya pembelajaran materi wayang untuk mendapatkan data awal. Hasil wawancara dengan guru ditemukan adanya beberapa kendala yang dialami seperti guru dan siswa seperti siswa tidak konsentrasi untuk mengikuti pembelajaran, dan merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran karena dirasa materi yang diajarkan kurang menarik, tingkat pemahaman siswa satu dengan yang lain berbeda sehingga waktu pembelajaran yang direnncanakan menjadi terhambat, hasil belajar siswa pada mata pelajaran muatan lokal bahasa Jawa rendah, guru hanya menggunakan buku pegangan utama (buku pegangan dan LKS) sebagai bahan ajar satu-satunya, LKS berisi bacaan tentang teks wayang Pandawa serta gambar wayang yang masih berwarna hitam putih. Belum pernah dikembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran Bahasa Jawa di SD Negeri Kotagede I.

Selain itu, guru menganggap waktu penyampaian materi cerita Wayang Pandawa sedikit sedangkan materi yang harus disampaikan banyak, sehingga siswa dituntut untuk belajar secara mandiri di rumah. Maka dari itu dibutuhkan sumber belajar lain yang dapat dipergunakan siswa belajar di


(19)

4

rumah secara mandiri agar materi dipahami dengan baik oleh siswa. Penggunaan media yang memungkinkan di SD Negeri Kotagede I adalah jenis media sederhana. Penggunaan media seperti multimedia interaktif akan sulit digunakan karena keterbatasan media elektronik komputer yang dimiliki sekolah.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka bahan ajar yang dianggap cocok digunakan di SD Negeri Kotagede I adalah media sederhana seperti modul

pop up. Modul pop up merupakan modul sederhana berbentuk buku yang ketika dibuka bisa menapilkan bentuk 3 dimensi atau timbul. Modul pop up

dapat dikembangkan sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang akan dicapai. Modul pop up berisikan kata-kata singkat tentang tokoh, aji-aji/kesaktian yang dimiliki tokoh dan gambar ilustrasi timbul tokoh wayang. Modul ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam mempelajari materi Wayang Pandawa.

Modul pop up Wayang Pandawa yang dikembangkan dalam penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan modul yang lain. Modul pop up

dapat dijadikan media pembelajaran mandiri karena siswa dapat berinteraksi langsung dengan materi. Dilihat dari desainnya, modul pop up Wayang Pandawa lebih menarik karena memadukan beberapa warna dan gambar yang disukai anak-anak. Gambar yang digunakan juga riil atau sesuai dengan kenyataan dan gambar yang timbul seperti gambar wayang kulit. Biaya produksi juga lebih murah dan dapat bertahan lama karena terbuat dari kertas jenis ivory yang tebal.


(20)

5

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh guru di SD Negeri Kotagede I tentang pembelajaran bahasa Jawa maka peneliti menyusun judul penelitian: “Pengembangan Modul Pop Up “Wayang Pandawa” Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa Untuk Kelas III SD Negeri Kotagede I”.

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang ditemui di SD Negeri Kotagede I adalah sebagai berikut.

1. Guru dan siswa hanya menggunakan buku pegangan utama (buku pegangan dan LKS) sebagai bahan ajar satu-satunya.

2. LKS berisikan gambar wayang yang masih berwarna hitam putih dan kurang menarik bagi siswa.

3. Belum pernah dikembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran bahasa jawa di SD Negeri Kotagede I.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Hal ini dilaksanakan agar hasil penelitian mendapat temuan yang lebih fokus, oleh karena itu peneliti membatasi masalah pada pengembangan modul pop up “Wayang Pandawa” untuk mempermudah pembelajaran tentang tokoh wayang pada mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa kelas III SD.


(21)

6

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut “Bagaimana menghasilkan modul pop up

“Wayang Pandawa” yang layak untuk pembelajaran bahasa Jawa di kelas III

SD Negeri Kotagede I ?”

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah dihasilkannya modul pop up “Wayang Pandawa” yang layak untuk pembelajaran bahasa Jawa di kelas III SD Negeri Kotagede I.

E. Manfaat Pengembangan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

a. Mempermudah siswa memahami meteri pembelajaran yang disampaikan mengenai cerita wayang Pandawa.

b. Melatih siswa belajar secara mandiri. c. Menambah sumber belajar siswa. 2. Bagi Guru

a. Membantu guru dalam menyampaikan materi cerita wayang Pandawa. b. Meyediakan media baru sebagai bahan ajar untuk mencapai tujuan


(22)

7 3. Bagi Sekolah

Menambah tersedianya sarana media pembelajaran, khususnya untuk mata pelajaran muatan lokal Bahasa Jawa.

F. Definisi Operasional

1. Modul Pop up

Modul pop up merupakan pengembangan media visual yang berbentuk bahan ajar disusun secara sistematis dan mempunyai unsur tiga dimensi dan gerak. Materi pada modul pop up disampaikan dalam bentuk gambar yang menarik karena terdapat bagian yang apabila dibuka mempunyai dimesnsi dan dapat bergerak, ditampilkan dengan menarik menggunakan bahasa yang komunikatif dan disusun dengan beberapa komponen modul sehingga membantu siswa menguasai pembelajaran.

2. Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa

Muatan lokal Bahasa Jawa merupakan pembelajaran untuk mengembangkan ciri khas potensi daerah jawa yang materinya meliputi wayang pandawa.

3. Wayang Pandawa

Wayang Pandawa merupakan salah satu bagian dari kekayaan budaya Jawa. Pandawa merupakan sebutan untuk kelima putra Pandhu Dewanata. Kelima anak Pandhu Dewanata tersebut adalah Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa.


(23)

8

Jadi pengembangan modul pop up“Wayang Pandawa” merupakan

pengembangan media visual yang di rancang berdasarkan materi sesuai dengan muatan lokal bahasa jawa. Modul pop up “Wayang

Pandawa” di desain dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dengan tampilan yang menarik dan menggunakan warna cerah dan disusun dengan beberapa komponen modul.

G. Spesifikasi Produk yang diharapkan

Spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian yang berjudul pengembangan Modul pop up“Wayang Pandawa” adalah sebagai berikut:

1. Modul yang dihasilkan berbentuk media cetak yang ditujukan untuk siswa kelas 3 SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta.

2. Modul ini memuat beberapa komponen yakni; komponen pendahuluan berupa halaman sampul (cover), kata pengantar, petunjuk penggunaan modul, kompetensi inti, komponen isi kegiatan belajar yang meliputi uraian materi, ringkasan, evaluasi, serta komponen penutup yaitu daftar pustaka, biografi penulis, dan kunci jawaban.

3. Isi atau materi dalam modul ini disajikan menggunakan bahasa yang komunikatif dan dikemas secara menarik baik dari segi cover maupun dalam isi atau materi.


(24)

9 4. Bentuk fisik produk:

a. Ukuran : A4 ( 21 cm x 29,7 cm ) b. Bentuk cover : Hardcover

c. Bahan cover : Ivory 260 gram d. Halaman uraian materi : Ivory 260 gram

e. Warna : Merah, orange, kuning, hijau, biru. f. Jenis huruf : KGPrimaryPenmanship,

KGSecondChancesSolid, olivier_demo.

g. Ukuran huruf : Judul 72, Materi 20


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang Modul

1. Pengertian Modul

Salah satu tugas pendidik adalah menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi menyenangkan adalah dengan menggunakan bahan ajar yang menyenangkan, yaitu bahan ajar yang dapat membuat siswa merasa tertarik dan senang mempelajari bahan ajar tersebut. Salah satu bentuk bahan ajar cetak yang dapat dipelajari siswa adalah modul.

Menurut Daryanto, (2013: 9) berpendapat bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik.

Menurut Goldscmid dalam Cece Wijaya, (1992: 96) modul sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, didesain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar. Dari satu paket program belajar, modul terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, materi pelajaran, metode belajar, alat, sumber dan sistem evaluasi.

Menurut Nana Sudjana, (2003: 132) mengungkapkan bahwa Modul adalah suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Pada kenyataannya modul merupakan jenis


(26)

11

kesatuan kegiatan belajar yang terencana, dirancang untuk membantu para siswa secara individual dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.

Sedangkan S. Nasution, (2011: 66) menjelaskan pengertian modul adalah merupakan suatu kesatuan yang bulat dan lengkap yang terdiri dari serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif untuk mencapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul merupakan sebuah bahan ajar yang secara sistematis yang memuat beberapa tujuan pembelajaran yaitu tujuan belajar, materi, metode, batasan sumber serta evaluasi yang disusun secara sistematis dan menarik.

2. Karakteristik Modul

Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai, (2003: 133) modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, diantaranya:

a. Berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap

b. Berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis c. Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus d. Memungkinkan siswa belajar mandiri

e. Merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individu.

Selain itu Daryanto, (2013: 9) mengungkapkan untuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik, hendaknya memperhatikan karakteristik modul sebagai berikut:


(27)

12 a. Self Instrcution

Merupakan karakter terpenting dalam modul, dengan karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter Self Instruction, hendaknya modul mampu memenuhi beberapa hal, diantaranya:

1) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2) Memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang kecil/ spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas. 3) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan

materi pembelajaran.

4) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan peserta didik.

5) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas, atau konteks kegiatan dan lingkungan peserta didik.

6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif. 7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

8) Terdapat instrumen penilaian, yang memungkinkan peserta didik melakukan pemeliharaan mandiri (Self Assesment).

9) Terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi.

10) Terdapat informasi tentang rujukan/ pengayaan/ referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud.


(28)

13 b. Self Contained

Modul dikatan Self Contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

c. Stand Alone

Stand Alone merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/ media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar/ media lain. Dengan menggunakan modul, peserta didik tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.

d. Adaptive

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Modul dapat dikatakan adaptif apabila modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu dan teknologi, serta fleksibel/ luwes digunakan di berbagai perangkat keras

(hardware).

e. User Friendly

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau mudah digunakan dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya,


(29)

14

termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

Dari pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa modul yang baik untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar hendaknya memiliki karakteristik yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain, materi pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul, tidak tergantung pada bahan ajar/ media lain, dapat menyesuaikan perkembangan ilmu dan teknologi , serta mudah digunakan dengan pemakainya.

3. Langkah Penyusunan Modul

Menurut Daryanto, (2013: 16) penulisan modul dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Analisis kebutuhan modul

Analisis modul merupakan kegiatan menganalisis silabus dan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan peserta didik dalam mempelajari kompetensi yang telah diprogramkan. Tujuan analisis kebutuhan modul adalah untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan judul modul yang harus dikembangkan dalam satu kesatuan program tertentu.

Analisis kebutuhan modul dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Tetapkan satuan program yang akan dijadikan batas/lingkup kegiatan.


(30)

15

2) Periksa apakah sudah ada program atau rambu-rambu operasional untuk pelaksanaan program tersebut.

3) Identifikasi dan analisis standar kompetensi yang akan dipelajari, sehingga diperoleh materi pembelajaran yang perlu dipelajari untuk menguasai standar kompetensi tersebut.

4) Susunan dan organisasi satuan atau unit bahan belajar yang dapat mewadahi materi-materi tersebut.

5) Dari daftar satuan atau unit modul yang dibutuhkan tersebut, identifikasi mana yang sudah ada dan yang belum ada/ tersedia di sekolah.

6) Lakukan penyusunan modul berdasarkan prioritas kebutuhannya. b. Desain modul

Desain penulisan modul yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun oleh guru. Di dalam RPP telah memuat strategi pembelajaran dan media yang digunakan, garis besar materi pembelajaran dan metode penilaian serta perangkatnya. Dengan demikian, RPP diacu sebagai desain dalam penyusunan/ penulisan modul.

c. Implementasi

Implementasi modul dalam kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, media dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran diupayakan dapat dipenuhi agar tujuan


(31)

16

pembelajaran dapat tercapai. Strategi pembelajaran dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan skenario yang ditetapkan.

d. Penilaian

Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik setelah mempelajari seluruh materi yang ada dalam modul. Penilaian mengikuti ketentuan yang telah dirumuskan di dalam modul. Penilaian hasil belajar dilakukan menggunakan instrumen yang telah dirancang atau disiapkan pada saat penulisan modul.

e. Evaluasi dan validasi

Kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui dan mengukur apakah implementasi pembelajaran dengan modul dapat dilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Untuk keperluan evaluasi dapat dikembangkan suatu instrument evaluasi yang didasarkan pada karakteristik modul tersebut. Instrumen ditujukan baik untuk guru maupun peserta didik, karena keduanya terlibat langsung dalam proses implementasi suatu modul.

Validasi merupakan proses untuk menguji kesesuaian modul dengan kompetensi yang menjadi target belajar. Bila isi modul sesuai, artinya efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target belajar, maka modul dinyatakan valid (sah). Validasi dapat dilakukan dengan cara meminta bantuan ahli yang menguasai kompetensi yang dipelajari.


(32)

17 f. Jaminan kualitas

Untuk menjamin bahwa modul yang disusun telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangan suatu modul, maka selama proses pembuatannya perlu dipantau untuk meyakinkan bahwa modul telah disusun sesuai dengan desain yang ditetapkan. Modul yang dihasilkan juga perlu diuji apakah telah memenuhi setiap elemen mutu yang berpengaruh terhadap kualitas suatu modul.

Sedangkan, menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai, (2003: 133) langkah-langkah dalam menyusun modul adalah sebagai berikut:

a. Menyusun kerangka modul

1) Menetapkan atau merumuskan tujuan instruksional umum.

2) Merinci tujuan instruksional umum menjadi tujuan instruksional khusus.

3) Menyusun butir-butir evaluasi.

4) Mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan tujuan khusus.

5) Menyusun pokok-pokok materi dalam urutan yang logis. 6) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa.

7) Memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan.

8) Mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul tersebut.


(33)

18 b. Menulis Program secara rinci:

1) Pembuatan petunjuk guru 2) Lembaran kegiatan siswa 3) Lembar kerja siswa 4) Lembar jawaban 5) Lembaran tes

6) Lembaran jawaban tes

Berdasarkan penjelasan di atas, maka menyusun modul yang baik harus memenuhi beberapa tahapan. Modul yang disusun harus memenuhi semua tahapan agar modul layak untuk diterapkan di sekolah. Adapun tahapan dalam penyusunan modul yaitu analisis kebutuhan, mendesain modul, implementasi, penilaian, evaluasi dan validasi.

4. Komponen dan Struktur Modul

Menurut Daryanto (2013: 25-26) menjelaskan bahwa modul terdiri dari tiga komponen utama yaitu: (1) Pendahuluan, meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, deskripsi, waktu, prasarat, petunjuk kegunaan modul, tujuan akhir, serta cek penguasaan standar kompetensi, (2) Pembelajaran, meliputi kegiatan belajar siswa, indikator keberhasilan, (3) Evaluasi, meliputi tes kognitif, tes psikomotor, dan penilaian sikap. Selain itu komponen lainnya yaitu halaman sampul, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan modul, glosarium, kunci jawaban dan daftar pustaka. Martiyono (2012: 134) menjelaskan bahwa bentuk struktur modul terdiri dari berbagai bagian yaitu sebagai berikut:


(34)

19

a) Pendahuluan; tujuan, pengenalan terhadap topik yang akan dipelajari, informasi tentang pelajaran, hasil belajar, dan orientasi.

b) Kegiatan belajar

Kegiatan belajar I: Judul 1. Tujuan

2. Materi pokok

3. Uraian materi, berisi penjelasan, contoh, ilustrasi, aktivitas, tugas/latihan, rangkuman

4. Tes mandiri 1

c) Penutup; salam, rangkuman, aplikasi, tindak lanjut, kaitan dengan modul berikutnya, daftar kata penting, daftar pustaka, kunci tes mandiri

Berdasarkan penjelasan komponen dan struktur modul di atas, pengembangan modul pop up maka dapat disimpulkan memiliki tiga komponen yaitu pendahuluan, isi materi, dan penutup.

a. Pendahuluan

1) Judul; halaman utama yang akan menjadi identitas utama modul pop up.

2) Kata pengantar; pengenalan modul pop up secara singkat. 3) Petunjuk penggunaan; pentunjuk atau cara menggunakan

modul pop up

4) Daftar isi; berisi tentang topik-topik yang terdapat di dalam modul pop up


(35)

20

5) Kompetensi inti; berisi tentang kemampuan apa saja yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari modul pop up.

b. Isi pembahasan

1) Uraian materi; berisi tentang penjelasan materi, contoh, dan gambar pop up

2) Rangkuman; berisi uraian materi yang sudah diringkas menjadi inti.

c. Penutup

1) Evaluasi sumatif; evaluasi yang disusun secara keseluruhan dalam satu kegiatan pembelajaran.

2) Daftar pustaka; berisi tentang merupakan kumpulan sumber referensi yang digunakan dalam penyusunan modul pop up

3) Kunci jawaban; berisi tentang jawaban dari evaluasi sumatif. 4) Biografi penulis; berisi tentang riwayat penulis.

5. Elemen Mutu Modul

Menurut Daryanto (2013:13) untuk menghasilkan modul pembelajaran yang mampu memerankan fungsi dan perannya dalam pembelajaran yang efektif, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen yang mensyaratkan yaitu:

a. Format

Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional. Dalam penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentuk dan ukuran kertas yang digunakan.


(36)

21

1) Gunakan format kertas (vertikal atau horizontal) yang tepat penggunaan format kertas secara vertikal atau horizontal harus memperhatikan tata letak dan format pengetikan.

2) Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuan untuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus.

3) Tanda dapat berupa gambar, cetak tebal, cetak miring atau lainnya. b. Organisasi

1) Tampilkan bagan yang membahas cakupan materi yang akan dibahas dalam modul.

2) Organisasikan isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunan yang sistematis agar mudah dipelajari siswa

3) Susun gambar, naskah dan ilustrasi sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh siswa.

4) Organisasikan antar bab, antar unit, antar paragraph dengan susunan alur yang jelas agar mempermudah siswa memahami modul.

5) Organisasikan judul dan uraian yang mudah dipahami oleh siswa. c. Daya Tarik

Daya Tarik modul dapat ditempatkan dalam beberapa bagian sebagai berikut:

1) Bagian sampul (cover) depan dengan mengkombinasikan warna, gambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.


(37)

22

2) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsangan berupa gambar atau ilustrasi, pencetakan huruf tebal, miring, garis bawah atau warna.

3) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik. 4) Bentuk dan ukuran huruf

a) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuai dengan karakteristik umum peserta didik.

b) Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antar judul, sub judul, dan isi naskah.

c) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapat membuat proses membaca menjadi sulit.

5) Ruang spasi (kosong)

Gunakan ruang spasi atau ruang kosong tanpa naskah atau gambar untuk menambah kontras penampilan modul. Spasi kosong dapat berfungsi untuk menambahkan catatan penting dan memberikan kesempatan jeda kepada siswa. Gunakan dan tempatkan spasi kosong tersebut secara proporsional. Penempatan ruang kosong dapat dilakukan dibeberapa tempat.

Berdasarkan uraian di atas, modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikan beberapa elemen format modul yaitu vertikal, susunan modul sisusun secara sistematis mulai pendahuluan, materi, gambar yang dibuat sesuai dengan karakter siswa agar siswa lebih tertarik,


(38)

23

bentuk dan ukuran huruf akan disesuaikan dengan karakter siswa pada umumnya agar dapat mudah dibaca oleh siswa.

6. Penggunaan Bahasa Modul

Sukiman (2012: 139-143) menjelaskan dalam pengembangan modul perlu diperhatikan penggunaan bahasa yang baik dan benar serta mudah dipahami oleh siswa. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) Bahasa yang digunakan dalam modul harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.

b) Setiap paragraf hanya terdiri atas satu ide pokok atau gagasan pikiran c) Modul ditulis dengan menggunakan bahasa percakapan, bersahabat,

dan komunikatif.

d) Buat Bahasa lisan dalam bentuk tulisan

e) Gunakan sapaan akrab yang menyentuh secara pribadi (gunakan kata ganti orang).

f) Pilih kalimat sederhana, pendek, tidak beranak cucu. g) Hindari istilah yang sangat asing dan terlalu teknis. h) Hindari kalimat pasif dan negatif ganda.

i) Gunakan pertanyaan retorik

j) Sesekali bisa digunakan kalimat santai, humoris, ngetrend

k) Gunakan bantuan ilustrasi untuk informasi yang abstrak. l) Berikan ungkapan pujian dan motivasi.


(39)

24

Berdasarkan uraian tersebut, pengembangan modul dirancang dan di kembangkan menggunakan bahasa yang komunikatif, santai, sederhana agar modul terkesan lebih hidup sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.

7. Fungsi dan Manfaat Modul

Dalam pelaksanaan pembelajaran, penggunaan modul dapat diartikan sebagai pengajaran modul. pengajaran modul adalah pengajaran yang sebagian atau seluruhnya didasarkan atas modul. Menurut S. Nasution (2011: 205) pengajaran modul memiliki fungsi dan manfaat sebagai berikut:

a. Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing.

b. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing. Karena mereka menggunakan teknik belajar yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing.

c. Memberikan pilihan topik dari suatu mata pelajaran. Dengan maksud modul sebagai sumber belajar mandiri, siswa bisa memilih materi mana yang akan dipelajari terlebih dahulu. Satu siswa dengan siswa lain dapat berbeda dalam pemilihan materi yang akan dipelajari.

d. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangan dalam belajar. Karena di dalam modul terdapat lembar


(40)

25

evaluasi yang bisa mengukur sejauh mana tingkat ketercapaian materi yang dimengerti siswa.

Andi Prastowo (2011: 108-109) mengemukakan fungsi dan manfaat modul dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

a. Agar siswa bisa belajar mandiri dengan bimbingan atau tanpa bimbingan guru.

b. Agar guru tidak terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran. c. Agar kejujuran siswa dapat dilatih.

d. Agar bisa menjangkau berbagai tingkat pemahaman serta kecepatan belajar siswa.

e. Agar siswa bisa mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang disampaikan dalam modul.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat modul yaitu guru tidak dominan dalam pembelajaran, memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing, siswa dapat memilih materi yang siswa dapat mengukur penguasaan materi yang disampaikan, serta dapat memperjelas dan mempermudah penyajian materi yang disampaikan.

B. Kajian tentang Modul Pop up

1. Pengertian Modul Pop up

Definisi pop up menurut Nancy dan Rondha dalam Aulia Azmi Masna (2015 : 11) , a book that offers the potential for motion and interactive through the use of paper mechanism such as fold scrolls,


(41)

26

slides, tabs, or wheels. mengemukakan bahwa buku pop up dianggap mempunyai daya tarik tersendiri bagi remaja yaitu dengan menyajikan visualisasi dalam bentuk-bentuk yang dibuat melipat dan sebagainya.

Menurut Aan Montanaro (2000) menambahkan bahwa sekilas pop up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan teknik melipat kertas. Sedangkan pop up menurut Dewantari (2014) adalah kartu atau buku yang ketika dibuka bisa menampilkan bentuk tiga dimensi atau timbul.

Dari beberapa pendapat tersebut modul pop up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur tiga dimensi (3D) dan berisikan materi yang disusun secara sistematis dengan cara dicetak. Modul pop up wayang pandhawa mempunyai kelebihan diantaranya dapat menvisualisasikan tokoh – tokoh wayang pandhawa menjadi lebih nyata seperti bentuk wayang asli, tampilan gambar memiliki dimensi dan dapat bergerak saat dibuka dapat menarik siswa.

2. Jenis Teknik Modul Pop up

Menurut Sabuda dalam Jatu Pramesti (2015 :23) terdapat beberapa macam teknik pop-up diantaranya sebagai berikut.

a. Transformations.Yaitu bentuk tampilan yang terdiri dari potongan potongan pop-up yang disusun secara vertikal

b. Volvelles.Yaitu bentuk tampilan yang menggunakan unsur lingkaran dalam pembuatannya


(42)

27

c. Peepshow.Yaitu tampilan yang tersusun dari serangkaian tumpukan kertas yang disusun bertumpuk menjadi satu sehingga menciptakan ilusi kedalaman dan perspektif

d. Pull-tabs.Yaitu sebuah tab kertas geser atau bentuk yang ditarik dan didorong untuk memperlihatkan gerakan gambaran baru

e. Carousel.Teknik ini didukung dengan tali, pita atau kancing yang apabila dibuka dan dilipat kembali berbentuk benda yang komplek f. Box and cylinder atau kotak dan silinder adalah gerakan sebuah kubus

atau tabung yang bergerak naik dari tengah halaman ketika halaman dibuka.

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat beberapa macam teknik

pop up yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembuatan modul

pop up. Dalam pembuatan modul pop up ini peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu teknik box and cylinder dan teknik peepshow.

3. Manfaat Modul Pop up

Menurut Dzuanda (2011: 5-6) manfaat dari modul pop up yaitu.

a. Mengajarkan anak untuk menghargai buku dan merawatnya dengan baik.

b. Mendekatkan anak dengan orang tua karena modul pop up memberi kesempatan orang tua mendampingi anak saat menggunakannya. c. Mengembangkan kreatifitas anak


(43)

28

e. Dapat digunakan sebagai media untuk menumbuhkan minat baca pada anak

Berdasarkan paparan manfaat tersebut, diharapkan modul pop up

dapat membantu guru dalam penyampaian materi wayang pandawa pada saat proses pembelajaran serta merangsang imajinasi anak dan pengetahuan siswa dalam pengenalan wayang pandawa.

C. Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Jawa

1. Pengertian Muatan Lokal Bahasa Jawa

Muatan lokal merupakan mata pelajaran untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah, termasuk keunggulan daerah. Materi pelajarannya tidak sesuai dengan mata pelajaran lain sehingga menjadi mata pelajaran tersendiri. Proses pelaksanaan pembelajaran muatan lokal juga merupakan salah satu peranan penting bagi keberhasilan pembelajaran.

Saat ini keberadaan kurikulum muatan lokal bahasa jawa perlu disempurnakan sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan Bahasa Jawa di sekolah. Mutu pendidikan bahasa jawa dirasakan masih belum memuaskan. Keberadaan Bahasa Jawa yang di dalamnya sarat nilai-nilai luhur seakan tergerus oleh arus globalisasi.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, salah satu isinya menjelaskan bahwa struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata


(44)

29

pelajaran dengan ketentuan bahwa dalam kurikulum SD/MI memuat delapan mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Seiring dengan adanya surat keputusan dan peraturan tersebut maka mata pelajaran bahasa jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib yang diajarkan mulai sejak sekolah dasar.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Jawa proses interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam kurikulum muatan lokal bahasa Jawa. Bahasa Jawa mulai diajarkan di kelas I hingga kelas VI jenjang sekolah dasar.

2. Fungsi Muatan lokal Bahasa Jawa

Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY nomor 64 tahun 2013, dalam Kurikulum Muatan Lokal Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa Provinsi DIY, dijelaskan bahwa fungsi mata pelajaran bahasa Jawa sebagai berikut.

a. Sarana pembina rasa bangga terhadap bahasa Jawa.

b. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya Jawa.

c. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka meraih dan mengembangkan ilmu pengatahuan, teknologi dan seni. d. Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang baik dan benar

untuk berbagai keperluan.


(45)

30

Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat beberapa fungsi pembelajaran bahasa jawa yaitu guna membangun rasa bangga dalam diri siswa terhadap kebudayaan jawa serta mampu meningkatkan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman budaya Jawa melalui kesastraan Jawa.

3. Tujuan Muatan lokal Bahasa Jawa

Berdasarkan Peraturan Gubernur DIY nomor 64 tahun 2013, dijelaskan mengenai tujuan muatan lokal bahasa Jawa di sekolah/madrasah. Adapun tujuan tersebut adalah sebagai berikut .

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan tata bahasa yang baik dan benar.

b. Menghargai dan menggunakan bahasa Jawa sebagai sarana berkomunikasi, lambang kebanggaan dan identitas daerah.

c. Menggunakan bahasa Jawa untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan sosial.

d. Memanfaatkan dan menikmati karya sastra dan budaya Jawa untuk memperhalus budi pekerti dan meningkatkan pengetahuan.

e. Menghargai bahasa dan sastra Jawa sebagai khazanah budaya dan intekeltual manusia Indonesia.

Berdasarkan ulasan di atas, pembelajaran bahasa Jawa khususnya pada materi Wayang Pandawa diharapkan mampu menjadikan sarana para siswa untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya Jawa serta meningkatkan


(46)

31

kemampuan intelektual, menghargai bahasa Jawa sebagai identitas daerah dan memperhalus budi pekerti melalui karya sastra yaitu cerita wayang.

4. Ruang Lingkup Muatan Lokal Bahasa Jawa

Ruang lingkup materi yang harus dipelajari dalam muatan lokal bahasa Jawa kelas 3 di sekolah dasar diantaranya adalah. (1) Cangkriman; (2) Panyuwunan lan Matur Nuwun; (3) Pagawean ; (4) Kagiyatan Saben Dina; (5) Transportasi; (6) Cerita wayang pandawa ; (7) Budi pekerti; (8) Hiburan.

Ruang lingkup yang akan dijadikan fokus penelitian adalah materi wayang meliputi. memahami wayang dan menceritakan wayang. Agar lebih jelas penelitian ini dibatasi pada wayang pandawa.

5. Tinjauan Materi Wayang Pandawa di dalam Muatan lokal Bahasa

Jawa

1. Standar Kompetensi

Mampu mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan cerita teman, cerita rakyat, cerita wayang, drama, dan ungkapan teman tentang kegemaran.

2. Kompetensi Dasar

Membaca pemahaman cerita sederhana tentang tokoh wayang Pandawa.

3. Indikator

- Menjawab pertanyaan tentang sifat tokoh – tokoh wayang Pandhawa


(47)

32

- Menceritakan watak/ sifat tokoh Pandhawa. 4. Literatur

Materi yang terdapat dalam modul pop up bahasa jawa bersumber dari buku pegangan siswa dan buku pegangan guru yaitu Buku Kulina Basa Jawa yang dikarang oleh Haryo W, Buku Marsudi Basa Jawa dikarang oleh Lasmirin dkk, Buku Sinau Basa Jawa yang dikarang oleh Drs. Haryono dkk.

5. Materi

a. Pengertian Wayang

Menurut Poerwadarminta dalam Ivan Aryndra (2011), kata wayang dapat diartikan sebagai gambar atau tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kayu dan sebagainya untuk mempertunjukan sesuatu lakon/cerita.

Sedangkan Jasawidagdo dalam Ivan Aryndra (2011), wayang adalah ayang – ayang (bayangan), karena yang dilihat adalah bayangan dalam kelir (tabir).

Dari paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa wayang merupakan tiruan manusia yang terlihat seperti bayangan terbuat dari kulit yang biasanya mempertunjukan seuatu lakon cerita.

b. Wayang Pandawa

Penelitian ini difokuskan pada materi wayang Pandawa di kelas III yang meliputi nama tokoh Pandawa, orang tua tokoh Pandawa, titisan, pusaka yang dimiliki tokoh, aji-aji yang dimiliki tokoh, kerajaan serta


(48)

33

watak tokoh. Adapun materi wayang dalam buku Kulina Basa Jawa yang dikarang oleh Haryo W, buku Marsudi Basa Jawa dikarang oleh Lasmirin dkk, dan buku Sinau Basa Jawa yang dikarang oleh Drs. Haryono dkk. adalah sebagai berikut .

Pandawa adalah sebuah kata dari bahasa Sansekerta Pandava yang secara harfiah berarti anak Pandhu. Kisah wayang Pandawa diambil dari sebuah kitab (epos) yang berjudul Mahabharata yang berasal dari India. Cerita wayang Pandawa asli mendapat perubahan yang disesuaikan dengan keadaan di Indonesia sehingga agar mudah diterima oleh masyarakat.

Pandawa sendiri merupakan sebutan untuk kelima putra Pandhu Dewanata dari kerajaan Hastinapura. Kelima anak Pandhu tersebut adalah Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Penjelasan tentang tokoh-tokoh wayang Pandawa adalah sebagai berikut.

a. Yudhistira

Yudhistira merupakan anak sulung dari Prabu Pandhu Dewanata dan Dewi Kunthi Talibrata. Yudhistira memiliki nama lain, diantaranya ialah Raden Wijakangka, Puntadewa, Samiaji dan Dharmaputra. Menurut budaya Hindu, Pandawa merupakan titisan para dewa. Dalam wayang Jawa, Yudhistira atau Puntadewa merupakan titisan dari Bethara Darma atau dewa keadilan dan kebijaksanaan. Yudhistira memiliki watak sabar, tenang, suka mengalah, jujur, cinta perdamaian dan tidak suka


(49)

34

marah meskipun telah disakiti hatinya. Yudhistira merupakan raja Amarta dengan gelar Darma Kusuma. Yudhistira memiliki kitab Jamus Kalimasada, sedangkan pusaka yang dimiliki ialah Payung Tunggulnaga, Kalung Robyong Mustikawarih, dan Tombak Karawelang.

b. Bima

Bima atau Raden Werkudara merupakan anak kedua dari Prabu Pandu Dewanata dan Dewi Kunthi. Bima memiliki nama lain, diantaranya Werkudara, Bimasena, Bratasena, Bayusiwi, Kusuma Dilaga, Jayalaga dan Abilawa. Bima merupakan titisan dari Bethara Bayu atau dewa angin sehingga ia memiliki kesaktian untuk menguasai angin serta apabila berlari membawa suara angin. Bima memiliki watak kesatria yaitu berani, tegas, lugu, jujur, berpendirian kuat dan teguh iman. Bima juga gemar menolong, berbakti, selalu menepati janji, cinta pada saudara dan sesama. Kediaman Bima berada di Jodipati atau Tunggul Pamenang. Bima memiliki aji, diantaranya Bandung Bandawasa, Ungkal Bener, Blabak Pangatol-atol, aji Ketuklindu dan Bayu Bajra. Pusaka yang dimiliki yaitu Kuku Pancanaka, Gada Rujakpolo, Kapak Bargawa dan Lambitamuka.

c. Arjuna

Arjuna merupakan anak ketiga dari pasangan Prabu Pandhu Dewanata dan Dewi Kunthi. Nama lain Arjuna diantaranya adalah


(50)

35

Janaka, Permadi, Panduputra, Indratanaya, Kuntadi karena memiliki panah pusaka, Palguna karena pandai mengukur kekuatan lawan dan Danajaya karena tidak mementingkan harta. Arjuna merupakan titisan dari Betara Indra yang merupakan dewa cuaca dan penguasa petir. Arjuna merupakan kesatria dari Madukara.

Arjuna merupakan sosok yang tampan, jantan, berjiwa ksatria, suka menolong, berilmu tinggi tapi sombong. Arjuna memiliki banyak senjata dan aji-aji. Senjata-senjata Arjuna antara lain adalah panah Sarotama, panah Pasopati, keris Pulanggeni, Minyak Jayangketon, cambuk Kyai Pamuk. Selain itu aji-aji yang dimiliki Arjuna diantaranya aji Panglimunan/Kemayan sehingga dapat menghilang, aji Sepi Angin sehingga dapat berjalan tanpa jejak/berlari seperti angin, aji Mayabumi sehingga dapat melihat jin, selain itu aji Pengasih, Tunggengmaya, dan Asmaragama. d. Nakula

Nakula merupakan anak dari Prabu Pandhu Dewanata dan Dewi Madrim. Nama lain Nakula ialah Pinten dan Tripala. Nakula merupakan titisan dari dewa kembar Aswan. Nakula memiliki perwatakan yang jujur, setia, patuh pada orang tua dan tahu balas budi serta mampu menjaga rahasia. Aji-aji yang dimiliki Nakula adalah Aji Pranawajati. Aji ini membuat Nakula tidak dapat lupa akan hal apapun. Selain Aji Pranawajati, Nakula juga memiliki


(51)

36

cupu yang berisi Banyu Panguripan yang merupakan air kehidupan. Nakula merupakan kesatria dari Sawojajar.

e. Sadewa

Sadewa atau Tangsen merupakan saudara kembar Nakula. Sadewa merupakan anak bungsu dari Raden Pandu. Sadewa merupakan titisan dari dewa Aswin. Sadewa memiliki perwatakan jujur, setia, patuh pada orang tua dan tahu balas budi serta mampu menjaga rahasia. Sadewa memiliki ingatan yang kuat karena memiliki Aji Purnamajati, dan memiliki Mantra Pangruwatan. Sadewa ahli dalam hal Metafisika, menganalisis sesuatu, dan dapat mengetahui hal yang baru akan terjadi. Sadewa merupakan ksatria dari Bumiretawu.

c. Silsilah Keluarga Pandawa

Gambar 1 Gambar Silsilah keluarga Pandawa

Dalam cerita Mahabarata, Pandawa merupakan anak Prabu Pandhu Dewanata dari kerajaan Hastinapura. Pandhu memiliki dua orang istri,


(52)

37

yaitu Kunthi dan Madrim. Pandhu dan Kunthi memiliki tiga orang keturunan bernama Yudhistira, Bima dan Arjuna. Bersama Madrim, Pandhu memiliki katurunan bernama Nakula dan Sadewa.

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Ketika seorang memasuki usia sekolah dasar, yakni antara 6-12 tahun, pada masa ini anak mengalami transisi yang ditandai dengan berakhirnya masa kanak kanak, yaitu suatu masa ketika anak tumbuh dan berkembang dalam semua bidang dan mulai pada suatu fase perkembangan yang lebih perlahan-lahan.

Menurut Piaget (Asri Budiningsih, 2005: 38-39 ) anak usia 7/8 – 11/12 tahun termasuk dalam tahap operasional konkret. Dalam tahap ini anak sudah mulai menggunakan aturan – aturan yang jelas dan logis, dan ditandai reversible dan kekekalan. Anak memiliki kecakapan berpikir yang logis, akan tetapi pada benda yang bersifat konkret. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah berpikir dengan menggunakan

model “kemungkinan” dalam melakukan kegiatan tertentu. Anak sudah tidak

memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberikan gambaran konkret.

Dalam tahap perkembangan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas III SD Negeri Kotagede 1 termasuk dalam tahap operasional konkret karena sudah memiliki kecakapan berpikir logis tetapi hanya dengan benda – benda yang bersifat konkret. Adanya gambaran konkret dapat menghindarkan anak dari keterbatasan berpikir. Di dalam pembelajaran bahasa jawa, siswa


(53)

38

membutuhkan gambaran yang nyata seperti penggunaan media pembelajaran untuk memudahkan dalam menerima materi pelajaran. Salah satu bentuk gambaran konkret dalam pembelajaran yaitu dengan penggunaan modul pop up “wayang pandawa” dalam mata pelajaran muatan lokal bahasa jawa. Dengan menggunakan modul tersebut siswa dapat memperoleh gambaran konkret tentang tokoh wayang sehingga mampu menyelesaikan persoalan seputar materi tokoh wayang pandawa.

E. Kerangka Pikir

Lembaga pendidikan formal seperti Sekolah Dasar (SD) terus berupaya memperbaiki dan melestarikan kebudayaan daerah. Salah satu upaya pemerintah dalam melestarian budaya daerah ialah dengan memasukkan mata pelajaran muatan lokal ke dalam kurikulum sekolah dasar dan sekolah menengah. Seiring dengan adanya surat Keputusan dan Peraturan Menteri No. 22 tahun 2006 mata pelajaran bahasa Jawa menjadi mata pelajaran muatan lokal wajib yang diajarkan mulai sejak sekolah dasar.

Salah satu ruang lingkup materi yang harus dipelajari siswa dalam Mata Pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar adalah materi Wayang Pandawa. Materi wayang umumnya disajikan dengan menggunakan teks bacaan dan ilustrasi hitam putih. Berdasarkan hasil penelitian awal yang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas III di SD Negeri Kotagede I Yogyakarta sebagian siswa masih mengalami kesulitan belajar dalam memahami materi wayang pandawa.Hal ini dikarenakan bacaan yang banyak


(54)

39

serta sumber belajar yang hanya terbatas pada LKS terkesan monoton dan belum tersedianya media penyampai materi wayang Pandawa.

Salah satu upaya untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemahaman belajar bahasa jawa khususnya materi cerita wayang Pandawa adalah dengan adanya pengembangan bahan ajar berbentuk buku yang menggambarkan secara nyata bentuk wayang tersebut, salah satunya dengan mengembangkan modul pop up.

Modul pop up merupakan bahan ajar cetak berbentuk buku tiga dimensi yang dapat memberikan tampilan menarik serta menyajikan materi dalam bentuk cerita. Konsep tersebut hanya disampaikan dalam bentuk teks untuk dihafal sehingga perlu disajikan dalam bentuk yang lebih menarik. Adanya modul pop up tersebut, diharapkan dapat membantu siswa dalam memudahkan dan memahami materi pembelajaran serta memudahkan guru dalam menyampaikan materi kepada siswa.


(55)

40

Kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan melalui alur sebagai berikut.

Gambar 2 Gambar Kerangka Berpikir Pembelajaran

Bahasa Jawa “

Wayang

Pandawa”

Kurangnya Media Bahasa

Jawa yang mendukung siswa belajar

Perlu media berbentuk buku untuk

membantu dalam pemahaman

materi

Mengembangkan media

modul pop up

Modul pop up yang layak Bahasa Jawa dengan

materi “Wayang Pandawa”


(56)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (research and development) dengan produk yang dihasilkan adalah bahan ajar pop up mata pelajaran Bahasa Jawa untuk siswa kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta. Menurut Borg & Gall (1989 : 772), educational research and development is a process used to develop and validate educational product.

Penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2012 : 407) merupakan penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Dengan demikian, penelitian dan pengembangan pendidikan adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan menvalidasi produk-produk pendidikan.

B. Prosedur Pengembangan

Mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg and Gall (Nana Syaodih, 2015: 169-170). Borg dan Gall menjelaskan bahwa ada sepuluh prosedur dalam penelitian pengembangan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan modul pop up sebagai berikut. 1. Penelitian dan pengumpulan data

2. Perencanaan

3. Pengembangan draf produk 4. Uji coba lapangan awal 5. Merevisi hasil uji coba 6. Uji coba lapangan


(57)

42

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan 8. Uji pelaksanaan lapangan

9. Penyempurnaan produk akhir 10. Diseminasi dan implementasi

Berdasarkan langkah-langkah tersebut peneliti membatasi langkah-langkah hanya sampai tahap penyempurnaan produk akhir sehingga tidak sampai pada tahap mendesiminasikan dan mengimplementasikan produk dikarenakan biaya yang masih minim. Prosedur yang akan dilakukan oleh peneliti dalam pengembangan modul pop up sebagai berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan data

Langkah awal dalam pengembangan media ini adalah melakukan pengumpulan data melalui observasi dan wawancara di SD Negeri Kotagede I pada mata pelajaran muatan lokal bahasa jawa di kelas tiga. Wawancara dilakukan kepada guru pengampu kelas III dan siswanya. Kemudian melakukan pengamatan pada proses pembelajaran di dalam kelas. Kegiatan ini dilakukan untuk menganalisis permasalahan yang dihadapi pada saat pembelajaran. Informasi yang telah terkumpul akan dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan media sederhana ini.

2. Perencanaan

Setelah melakukan pengumpulan data, pengembang memberikan solusi untuk memecahkan permasalahan dalam pembelajaran Muatan lokal Bahasa Jawa kelas tiga di SD Negeri Kotagede I dengan mengembangkan


(58)

43

sebuah media pembelajaran yaitu modul pop up. Langkah yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Merencanakan isi pengembangan modul berdasarkan materi pembelajaran bahasa jawa yang berpedoman pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada silabus kelas III SD. Isi pengembangan modul yaitu terdapat beberapa karakter wayang pandawa serta penjelasan dari masing – masing tokoh wayang.

b. Study pustaka. peneliti mencari buku referensi yang akan digunakan dalam pembuatan media modul yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pada kurikulum muatan lokal bahasa jawa. Mengkaji materi tentang media dan teknik-teknik pop-up sebagai dasar dalam memilih bentuk dan desain modul pop up.

c. Mempersiapkan alat dan bahan. Software (perangkat lunak)utama yang diperlukan untuk mengembangkan modul adalah Corel Draw X7 yang digunakan untuk mengedit kumpulan gambar dan kalimat untuk dijadikan menjadi sebuah halaman dan software Microsoft Word 2013 yang berperan dalam penulisan materi.

3. Pengembangan draf produk

Melakukan perencanaan pembuatan produk yang dikembangkan, hal-hal yang dilakukan sebagai berikut:

a. Penyusunan Komponen. Penyusunan komponen yang digunakan meliputi: Pendahuluan: berisikan judul, kata pengantar, petunjuk penggunaan, daftar isi, kompetensi dasar. Isi pembahasan: berisikan


(59)

44

uraian materi, rangkuman. Penutup: berisikan evaluasi sumatif, daftar pustaka, kunci jawaban, biografi penulis.

a. Desain. Desain yang harus dibuat adalah desain cover modul dan desain isi modul yang meliputi pemilihan warna-warna yang cerah, tokoh wayang dan pemilihan huruf (typography). Adapun desain produk bahan ajar ini dibuat dengan menggunakan aplikasi corel draw x7. b. Validasi Ahli. Pada tahap validasi ahli ini, bentuk awal produk akan

divalidasi untuk diberikan penilaian oleh para ahli, yakni ahli materi dan ahli media. Ahli materi memberikan penilaian terhadap produk meliputi tiga aspek yaitu pendahuluan, isi, penutup. Sedangkan ahli media memberikan penilaian terhadap produk meliputi tiga aspek yaitu tampilan, bahasa, dan komponen modul. Validasi ahli bertujuan untuk menguji kelayakan produk sebelum dilakukan uji coba kepada pengguna, yakni siswa.

4. Uji coba lapangan awal

Setelah melakukan revisi terhadap produk sesuai saran dan komentar para ahli, maka langkah selanjutnya adalah uji coba lapangan awal. Dalam uji coba ini melibatkan 4 orang siswa kelas 3 SD Negeri Kotagede I. Teknis pelaksanaan, pengembang menerangkan tata cara penggunaan dari media kemudian siswa diberi kesempatan menggunakan media. Untuk mendapatkan masukan sebagai bahan revisi, maka diperlukan pengamatan saat siswa menggunakan media tersebut, dan pemberian angket sebagai


(60)

45

bahan analisis. Dari data hasil uji coba lapangan awal ini akan dijadikan dasar dalam revisi.

5. Merevisi hasil uji coba

Revisi uji coba lapangan awal dimaksudkan untuk mengetahui kekurangan serta memperbaiki pop up book “wayang pandawa”. Hasil komentar dan saran yang telah diberikan agar produk yang dikembangkan nantinya dapat di uji cobakan kembali pada uji coba lapangan.

6. Uji coba lapangan

Dari hasil uji coba lapangan awal, maka diperoleh masukan ataupun saran yang digunakan sebagai acuan dalam merevisi produk tersebut. Selanjutnya, hasil revisi dari produk tersebut digunakan dalam uji coba lapangan. Uji coba ini merupakan uji coba tahap kedua dan melibatkan 8 orang siswa kelas tiga SD Negeri Kotagede 1. Siswa tersebut diberi kesempatan untuk menggunakan media pembelajaran yang telah direvisi dari hasil uji coba lapangan awal. Untuk mendapatkan masukan sebagai bahan revisi, maka diperlukan pengamatan saat siswa menggunakan media tersebut, dan pemberian angket sebagai bahan analisis untuk revisi produk. 7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan

Dari hasil uji coba lapangan diidentifikasi terlebih dahulu, setelah memperoleh kesimpulan kekurangan dan kesalahannya akan dijadikan bahan acuan untuk perbaikan/revisi produk.


(61)

46 8. Uji pelaksanaan lapangan

Pada Uji coba tahap akhir atau uji pelaksanaan lapangan melibatkan 16 siswa kelas tiga SD Negeri Kotagede I. Pada uji pelaksanaan lapangan ini pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner) dan dokumentasi yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk akhir.

9. Penyempurnaan produk akhir

Modul yang sudah diujicobakan disempurnakan lagi melalui kegiatan revisi produk akhir. Revisi produk akhir ini dilakukan berdasarkan dari hasil analisis uji pelaksanaan lapangan.

Berikut peneliti menampilkan bagan prosedur pengembangan modul pop up book “Wayang Pandawa” untuk siswa kelas tiga SD Negeri

Kotagede I adaptasi dari Borg and Gall :

Gambar 3 Prosedur Penelitian dan Pengembangan Borg and Gall Penelitian dan

pengumpulan data

Perencanaan Pengembangan

Produk

Uji coba lapangan awal Revisi Uji coba

lapangan awal Uji coba lapangan Revisi Uji coba lapangan Uji pelaksanaan lapangan Penyempurnaan Produk Akhir Validasi Materi Validasi Media


(62)

47

C. Validasi Produk

Validasi produk penelitian pengembangan ini dilakukan sebelum peneliti melakukan uji coba di lapangan. Validasi produk dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Ahli Media

Dalam penelitian pengembangan ini, ahli media yang dimaksudkan adalah Suyantiningsih M.Ed, dosen Teknologi Pendidikan UNY yang

expert dalam hal pengembangan media pembelajaran. Validasi media ini menentukan apakah media yang telah dibuat sudah layak atau tidak untuk digunakan.

2. Ahli Materi

Dalam penelitian pengembangan modul pop up“Wayang Pandawa”

untuk siswa kelas 3 SD yang mengvalidasi isi materi pada modul adalah Prof. Dr. Suwardi. M.Hum, dosen Bahasa Jawa FBS UNY . Validasi materi ini untuk menilai produk media dari aspek konkrit, yaitu dari segi isi materi, keluasan materi, kesesuaian materi dan lain-lain.

D. Subjek Uji Coba

Sesuai dengan rancangan uji coba yang akan dilaksanakan, subjek uji coba dalam penelitian pengembangan media pembelajaran bahasa jawa adalah siswa kelas 3 SD. Jumlah subjek yang peneliti gunakan berjumlah 28 orang, siswa kelas III SD Negeri Kotagede I Yogyakarta. Adapun rincian subjek uji coba sebagai berikut.


(63)

48

2. Uji coba lapangan (kelompok sedang) sebanyak 8 siswa. 3. Uji pelaksanaan (kelompok besar) sebanyak 16 siswa

E. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada semester ganjil 2016

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013: 194-205) metode pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan angket.

a. Metode Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan guna mengetahui permasalahan pembelajaran. Metode wawancara ini digunakan pada tahap pengumpulan informasi awal yaitu wawancara dengan salah satu guru kelas III SD Negeri Kotagede I.

b. Metode Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti. Metode observasi ini digunakan pada tahap awal untuk mengetahui kondisi proses pembelajaran. Peneliti melakukan pengamatan pada guru, siswa, dan sumber belajar.

c. Metode Angket

Menurut (Sugiyono, 2013: 199) Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau


(64)

49

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Metode angket yang digunakan guna mengumpulkan data tentang penilaian dari ahli media, ahli materi, dan siswa kelas III.

Instrumen yang digunakan dalam pengembangan Modul Pop up ini mengadopsi dari(Aulia Azmi Masna : 84-86) dan telah dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan materi pada bab II , ada tiga sebagai berikut.

1) Lembar angket penilaian produk untuk ahli materi Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi

No Aspek Indikator Butir

1 Pendahuluan Kejelasan petunjuk penggunaan 1

Kejelasan panduan belajar 1

Kesesuaian kompetensi inti dengan kompetensi dasar

1 Kesesuaian kompetensi dasar

dengan materi bahan ajar

1 2 Isi Kemenarikan isi materi dalam

memotivasi pengguna

1 Ketepatan dalam penjelasan materi 1 Cakupan materi yang disajikan 1 Kejelasan materi yang disajikan 1 Keruntutan materi ysng disajikan 1 Kejelasan bahasa yang digunakan 1 Kesesuaian contoh dan gambar

yang disertakan

1 3 Penutup Kesesuaian soal dengan materi 1

Tingkat kesulitan soal 1

Kejelasan rangkuman 1

Kesesuaian daftar pustaka yang digunakan

1


(65)

50

2) Lembar angket penilaian produk untuk ahli media Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Ahli Media

No Aspek Indikator Butir

1 Tampilan Proporsional layout ( tata letak teks dan gambar)

1 Kesesuaian pilihan background 1 Kesesuaian proporsi warna 1 Kesesuaian pemilihan jenis huruf 1

Kesesuaian ukuran huruf 1

Kemenarikan sajian gambar 1 Kesesuaian gambar ilustrasi

dengan materi

1

Kemenarikan desain cover 1

2 Bahasa Ketepatan struktur kalimat 1 Bahasa yang digunakan

komunikatif

1 Kesesuaian bahasa dengan

karakteristik siswa

1 3 Komponen

modul

Pop up

Kejelasan judul 1

Keruntutan daftar isi 1

Kejelasan petunjuk belajar 1 Kejelasan kompetensi inti 1 Kejelasan isi kata pengantar 1 Kesesuaian materi dengan

kompetensi dasar

1

Kejelasan soal evaluasi 1

Kejelasan rangkuman 1

Kebenaran kunci jawaban 1

Kebenaran daftar pustaka 1

Jumlah 21

3) Lembar angket penilaian produk untuk siswa

Tabel 3 Kisi-kisi Instrumen Siswa

No Aspek Indikator Butir

1 Pembelajaran Kemudahan materi 1

Kemudahan Penyampaian Bahasa tulisan

1 Kejelasan penggunaan bahasa 1


(66)

51

No Aspek Indikator Butir

Pembelajaran dapat menumbuhkan minat belajar siswa

1 Ketertarikan menggunakan pop up 1 2 Media Kemenarikan desain modul cover 1 Kemenarikan desain modul layout 1

Kesesuaian ukuran huruf 1

Keterbacaan teks 1

Kesesuaian gambar 1

Kesesuaian perpaduan warna 1

Jumlah 11

G. Teknik Analisis Data

Terdapat dua jenis data yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

1) Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan data-data yang dinyatakan dengan kata-kata dan kalimat. 2) Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis

data-data yang berbentuk angka yang diperoleh dari angket hasil validasi dari ahli materi, ahli media, uji coba lapangan awal, uji coba lapangan, dan uji pelaksanaan lapangan.

Data-data yang telah diperoleh dikonversikan ke data kualitatif menggunakan skala likert dengan skala penilaian 1-5. Skala 1-5 tersebut memiliki penjelasan, angka 1) sangat kurang, 2) kurang, 3) cukup, 4) baik dan 5) sangat baik. Konversi data dilakukan dengan mengacu pada rumus konversi dari Sukardjo (2008).

Selanjutnya kelayakan modul pop up “Wayang Pandawa” ini dihasilkan melalui beberapa tahapan analisis dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(67)

52

1. Melakukan rekapitulasi data hasil penelitian. Merubah penilaian bentuk kualitatif menjadi kuantitatif menggunakan Skala Likert dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 4 Pedoman Pemberian Skor

Data Kualitatif Skor

SB (Sangat Baik) 5

B (Baik) 4

C (Cukup) 3

KB (Kurang Baik) 2

TB (Tidak Baik) 1

2. Menghitung skor rata-rata dari instrumen dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

: Skor rata-rata

∑ x : Jumlah skor

N : Jumlah subjek uji coba

3. Menginterpretasi secara kualitatif jumlah rerata skor tiap aspek menggunakan rumus konvensi skala 5. Konversi yang dilakukan terhadap data kualitatif mengacu pada rumus konversi yang dikemukakan oleh Sukardjo (Sukardjo, 2008: 52-53). Ketentuan sebagai berikut.

Tabel 5 Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Skor Interval Skor Kategori

5 Sangat Baik

4 Baik


(68)

53

2 Kurang Baik

1 Tidak Baik

Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Skor Maksimal Skor Minimal

Skor Maksimal Ideal Skor Minimal Ideal X

Rerata Ideal

Simpangan baku skor ideal (Sbi)

= 5 = 1

= Jumlah Indikator x Skor Tertinggi = Jumlah Indikator x Skor Terendah = Skor yang diperoleh

= (skor maks.ideal + skor min.ideal) = (skor maks.ideal + skor min.ideal)

Berdasarkan rumus konversi data di tersebut, maka didapatkan data-data kuantitatif ke dalam data kualitatif skala 5 sebagai berikut.

Tabel 6 Pedoman Hasil Konversi Data Kuantitatif Ke Kualitatif (Adaptasi Sukardjo, 2008: 52-53)

Skor Rentang Kriteria

5 X > 4,08 Sangat baik

4 3,36 < X ≤ 4,08 Baik 3 2,64 < X ≤ 3,36 Cukup 2 1,92 < X ≤ 2,64 Kurang

1 X ≤ 1,92 Sangat kurang

Mencari skor (X) dengan menggunakan rumus rata-rata. X =

X = skor rata-rata

∑x = jumlah skor n = jumlah responden

Berdasarkan langkah-langkah di atas, dalam penelitian ini nilai

kelayakan ditentukan dengan nilai minimum “B” dengan kategori baik.


(69)

54

akhir “B”, maka produk Pengembangan Modul Pop up “Wayang Pandawa” layak untuk digunakan.

Tabel 7 Konversi Skor Skala Likert Pada Tingkat Kelayakan

Rentang Kriteria Tingkat Kelayakan

X > 4,08 Sangat baik

Layak 3,36 < X ≤ 4,08 Baik

2,64 < X ≤ 3,36 Cukup

Tidak Layak 1,92 < X ≤ 2,64 Kurang

X ≤ 1,92 Sangat kurang

Sedangkan teknik analisis data yang digunakan untuk instrumen siswa adalah skala Guttman, dengan kriteria penilaian pada tabel 3.8 menurut Eko Putro Widyoko (2012: 109) yaitu:

Tabel 8 Kriteria Penilaian Produk Uji Coba

Nilai Interval Kategori Konversi

1 0,5 < ≤ 1 Ya Layak

0 0 < ≤ 0,5 Tidak Tidak layak

Jika analisis data respon siswa yang dihasilkan menunjukan

konversi kategori „‟layak‟‟ atau memperoleh skor dengan rentang nilai 0,5

< ≤ 1 maka modul pop up “wayang pandawa” dapat digunakan dan layak untuk digunakan. Apabila data respon siswa yang dihasilkan

menunjukan konversi kategori „‟tidak layak‟‟ atau memperoleh skor rata -rata rentang 0 < ≤ 0,5 maka modul pop up “wayang pandawa” belum layak untuk digunakan dan harus dilakukan revisi.


(70)

55 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi

Pada tahap hasil penelitian awal dan pengumpulan informasi dilakukan melalui observasi dan wawancara guru serta murid kelas III SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Observasi dilakukan dengan mengamati siswa secara langsung saat proses kegiatan belajar mengajar muatan lokal bahasa jawa. Sedangkan wawancara dilakukan kepada guru kelas mengenai proses pembelajaran bahasa jawa, kendala dalam pembelajaran, media pembelajaran yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran bahasa jawa, dan karakter subjek penelitian. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan di SD Negeri Kotagede 1 Yogyakarta. Maka didapatkan beberapa permasalahan sebagai berikut.

a. Guru dan siswa hanya menggunakan buku pegangan utama (buku pegangan dan LKS) sebagai bahan ajar satu-satunya.

b. LKS berisikan gambar wayang yang masih berwarna hitam putih dan kurang menarik bagi siswa.

c. Belum pernah dikembangkan bahan ajar berupa modul pembelajaran bahasa jawa di SD Negeri Kotagede I.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa, peneliti mempunyai gagasan penelitian untuk membantu kesulitan belajar dengan mengembangkan media pembelajaran yang dapat digunakan oleh


(71)

56

siswa yaitu bahan ajar cetak berbentuk modul pop-up. Diharapkan dapat menjadi modul yang layak dan dapat memudahkan siswa belajar.

2. Hasil Perencanaan Pengembangan

Hasil perencanaan pengembangan modul pop-up wayang pandawa sebagai berikut.

b. Merencanakan isi pengembangan modul berdasarkan materi pembelajaran bahasa jawa yang berpedoman pada standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada silabus kelas III SD. Isi pengembangan modul yaitu terdapat beberapa karakter wayang pandawa serta penjelasan dari masing – masing tokoh wayang.

c. Study pustaka. peneliti mencari buku referensi yang akan digunakan dalam pembuatan media modul yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan kompetensi inti pada kurikulum muatan lokal bahasa jawa. Mengkaji materi tentang media dan teknik-teknik pop-up sebagai dasar dalam memilih bentuk dan desain modul pop up. Pemilihan teknik pop-up bertujuan untuk menentukan teknik yang akan digunakan pada pengembangan modul pop-up. Adapun teknik pop-up

yang digunakan yakni, box and sylinder and peepshow.

d. Mempersiapkan alat dan bahan. Software (perangkat lunak)utama yang diperlukan untuk mengembangkan modul adalah Corel Draw X7 yang digunakan untuk mengedit kumpulan gambar dan kalimat untuk dijadikan menjadi sebuah halaman dan software Microsoft Word 2013 yang berperan dalam penulisan materi.


(1)

119

Lampiran 14. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Lapangan

No. Penilaian

Subjek

AEF ARM APN ALR AZM RAP NSF ANF

1 Materi pada modul mudah dipahami 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Bahasa yang digunakan sederhana,aku dapat memahami materi dengan mudah 1 1 1 1 1 1 1 1

3 Bahasa yang digunakan sangat jelas, aku dapat memahami materi dengan mudah 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Materi pada modul sangat jelas 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Modul ini jelas dan menarik, aku jadi minat untuk belajar 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Aku ingin menggunakan modul pop up ini pada saat belajar wayang pandawa 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Sampul modul menarik, aku jadi ingin melihat dan membaca isi modulnya 1 1 1 1 1 1 1 1

8 Huruf-huruf yang digunakan jelas dan menarik, aku jadi senang membacanya 1 1 1 1 1 1 0 1

9 Tulisan dalam modul tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, aku bisa membaca semua

tulisannya dengan jelas 1 1 1 1 1 1 1 1

10 Semua gambar pada modul terlihat dengan jelas dan menarik, aku jadi lebih paham 1 1 1 1 1 1 1 1

11 Aku suka warna modulnya cerah dan menarik 1 1 1 1 1 1 1 1


(2)

120

Lampiran 15. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Pelaksanaan Lapangan

No

Penilaian

Subjek

Z S A M G K S C A R D T F D

NS W

I

RN N

L

MH N

S Z A R A DL

1 Materi pada modul mudah dipahami 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 Bahasa yang digunakan sederhana,aku dapat memahami materi dengan mudah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 Bahasa yang digunakan sangat jelas, aku dapat memahami materi dengan mudah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Materi pada modul sangat jelas 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 Modul ini jelas dan menarik, aku jadi minat untuk belajar 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 Aku ingin menggunakan modul pop up ini pada saat belajar wayang pandawa 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 7 Sampul modul menarik, aku jadi ingin melihat dan membaca isi modulnya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Huruf-huruf yang digunakan jelas dan menarik, aku jadi senang membacanya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 Tulisan dalam modul tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, aku bisa membaca semua

tulisannya dengan jelas

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 Semua gambar pada modul terlihat dengan jelas dan menarik, aku jadi lebih paham 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 Aku suka warna modulnya cerah dan menarik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(3)

121


(4)

122


(5)

123

Lampiran 18. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian


(6)

124

Lampiran 19. Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian

Foto Uji Coba Lapangan Awal

Foto Uji Coba Lapangan