80
Berdasarkan
Tabel 21 di atas, dapat dijelaskan beberapa hal sebagai berikut, yaitu :   Pendapatan RS Kelas D Pratama adalah pendapatan setiap hari dari semua pelayanan
yang diberikan pada ruang efektif yang telah diutarakan di atas, dijumlahkan dalam satu  tahun.  Dari  penjumlahan  ini  diperoleh  pendapatan  sebesar  Rp.  7.679.398.234,-
yang diasumsikan akan naik sebesar 5 dalam setahun secara simultan.   Jumlah pendapatan yang diperoleh dari pelayanan jasa dan perdagangan kantin, foto
copy,  apotik,  dll  diasumsikan  sebesar  Rp.  420.000,-  per  hari,  sehingga  dalam  satu tahun berjumlah Rp. 153.300.000,- yang juga diasumsikan akan naik sebesar 5 dalam
setahun secara simultan.   Vacancy  dan  pengeluaran  lain-lain  adalah  sebesar  5  dari  pendapatan  kotor,    yang
juga diasumsikan naik 5 setahun secara simultan.   Biaya  operasional  diasumsikan  sebesar  10  dari  pendapatan  kotor,  yang  juga
diasumsikan naik secara simultan sebesar 5 setiap tahun.   Tambahan  modal,  juga  diperlukan  setiap  5  tahun  untuk  biaya  perbaikan
pemeliharaanpenggantian,  yang  besarnya  diasumsikan  10  dari  besarnya  investasi dan naik 10 setiap 5 tahun secara simultan.
Dengan
metode
matrik  yang  dibuat  terlampir  dapat  disajikan  proyeksi  cash  flow  yang diinginkan  dengan  tingkat  pengembalian  modal  DRC  sebesar  12,56.  Metode  ini  juga
dapat dengan cepat memperlihatkan besarnya nilai dari Break Event Point BEP, Internal Rate of Return IRR, dan Net Present Value NPV.
e.  Nilai Break Event Point BEP
Sebagaimana  telah  disampaikan  di  atas,  maka  dengan  metode  matrik  terlampir  yang dipakai, diperoleh nilai Break Event Point BEP pada jumlah pendapatan sebesar 52,12
dari pendapatan normal atau sama dengan Rp. 4.002.255.553,- ditambah pendapatan lain- lain sebesar Rp. 153.300.000,- atau sama dengan Rp. 4.155.555.553,- setahun.
Dengan
nilai BEP pada 52,12 ini diperoleh besarnya  Net Present Value NPV  = 0; nilai Internal Rate of Return IRR = 12,56  sama dengan DRDRC Discount Rate of Capital;
dan  Benefit  Cost  Ratio  BCR  =  1,  yaitu  jumlah  pendapatan  dibagi  1+i  atau  DRC  secara simultan.
BCR  = n
t-0 Bt
1+i t
C
81
f.  Nilai Internal Rate of Return IRR
Besarnya nilai Internal Rate of Return IRR yang secara umum dibuat dengan rumus :
IRR  =
i
NPV 1 +
NPV
1
- NPV
2
Pada  analisis  discounted  cash  flow  yang  dibuat,  dengan  aspek-aspek  dan  nilai  yang disebutkan  di  atas,  dapat  memperlihatkan  besarnya  nilai  Internal  Rate  of  Return  IRR
dalam kondisi normal adalah sebesar  25,898, yang jauh lebih besar dari DRDRC yang besarnya  hanya  12,56,  sehingga  proyek  RS  Kelas  D  Pratama  ini  dinyatakan  sangat
layak untuk dibangun.
g.  Nilai Net Present Value NPV
Besarnya  merupakan  jumlah  pendapatan  setiap  tahun  yang  dibagi  dengan  1  ditambah besarnya  DRDRC  secara  simultan  selama  tahun  proyeksi  dikurangi  modal  investasi
awal.
NPV = n
t-1 Bt - Ct
1+i n-1
Dari  perhitungan  dengan  memakai  metode  matrik  discounted  cash  flow,  diperoleh besarnya  Net Present Value NPV adalah sebesar Rp. 31.047.585.660,-. Dengan demikan,
besarnya Benefit Cost Ratio BCR adalah 2,0662, sehingga proyek RS Kelas D Pratama ini
juga dapat dinyatakan layak untuk dibangun.
82
Bab 5. Kesimpulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Hasil analisis situasi dari aspek eksternal kebijakan, demografi, geografi, sosial ekonomi, sosial budaya menunjukkan bahwa kondisinya sangat mendukung rencana pembangunan
RS Kelas D Pratama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Demikian juga dari aspek internal
sarana kesehatan,
pola penyakit
dan epidemologi,
teknologi, SDMketenagakerjaan  rumah  sakit,  organisasi,  kinerja  dan  keuangan  menyatakan  bahwa
rencana pembangunan RS Kelas D Pratama ini sangat dibutuhkan. Analisis  permintaan  dari  aspek  lahan  dan  lokasi,  menyatakan  cukup  strategis  untuk
pembangunan  RS  Kelas  D  Pratama  yang  direncanakan  menyediakan  60  Tempat  Tidur TT  atau sebesar + 75 dari kebutuhan minimal 84 TT di Kecamatan Seririt tahun 2014.
Dari  aspek  teknis,  lahan  rencana  lokasi  pembangunan  rumah  sakit tidak  dijumpai adanya kendala,  sehingga  secara  teknis  pembangunan  RS  Kelas  D  Pratama  ini  layak  untuk
dilanjutkan dengan mengikuti konsep dan rancangan rencana penataan
site
dan bangunan yang  telah  dirumuskan.  Untuk  kebutuhan  peralatan  medis,  SDM,  serta  organisasi  dan
uraian tugas dijabarkan melalui pendekatan jenis pelayanan kesehatan dan jumlah TT yang disediakan.
Berdasarkan  metode  matrik  yang  dipakai,  diperoleh  nilai
Break  Event  Point
BEP  pada jumlah  pendapatan  sebesar  52,12  dari  pendapatan  normal  atau  sama  dengan  Rp.
4.002.255.553,-  ditambah  pendapatan  lain-lain  sebesar  Rp.  153.300.000,-  atau  sama dengan  Rp.  4.155.555.553,-  setahun.  Dengan  nilai  BEP  pada  52,12  ini  diperoleh
besarnya
Net  Present  Value
NPV    =  0;  nilai
Internal  Rate  of  Return
IRR  =  12,56 sama dengan DRDRC
Discount Rate of Capital
; dan
Benefit Cost Ratio
BCR = 1, yaitu jumlah pendapatan dibagi 1+i atau DRC secara simultan.
Pada  analisis
discounted  cash  flow
yang  dibuat,  dapat  memperlihatkan  besarnya  nilai
Internal  Rate  of  Return
IRR  dalam  kondisi  normal adalah  sebesar    25,898,  yang  jauh lebih  besar  dari  DRDRC  yang  besarnya  hanya  12,56,  sehingga  proyek  RS  Kelas  D
Pratama ini dinyatakan sangat layak untuk dibangun. Untuk nilai
Net Present Value
NPV besarnya merupakan jumlah pendapatan setiap tahun yang dibagi dengan 1 ditambah besarnya DRDRC secara simultan selama tahun proyeksi