Sosial Budaya Hasil dan Pembahasan

32 perkapita penduduk atas dasar harga konstan pada tahun 2006 sebesar Rp 4.505.719,76 dan meningkat sebanyak Rp 194.600,99 menjadi Rp 4.700.320,75 di tahun 2007. Merujuk pada kenyataan di atas, maka secara umum pertumbuhan ekonomi PDRB dan pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Buleleng dari tahun ke tahun semakin meningkat. Peningkatan ini kiranya akan sangat mendukung rencana pembangunan RS Kelas D Pratama dan memberi peluang dalam pengembangan pelayanan kesehatan rumah sakit.

e. Sosial Budaya

Kajian sosal budaya akan melihat kondisi dan kecenderungan jumlah penduduk Kabupaten Buleleng secara umum dan khususnya wilayah pelayanan RS Kelas D Pratama yang direncanakan berdasarkan agama, serta pengaruhnya terhadap kebiasaan, budaya, dan pola hidup masyarakat sekitar. Materi RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033, menyebutkan bahwa di Kabupaten Buleleng jumlah pemeluk agama terbesarmayoritas adalah pemeluk agama Hindu yaitu sebanyak 586.920 jiwa atau 91,24 pada Tahun 2007, sedangkan agama- agama lain seperti Islam sebanyak 49.702 jiwa 7,73, Budha 3.258 jiwa 0,51, Protestan sebanyak 2.208 jiwa 0,34 dan Katholik 1186 jiwa 0,18. Untuk wilayah empat kecamatan Gerokgak, Seririt, Busungbiu, dan Banjar yang diprediksi akan terdampak langsung dari rencana pembangunan RS Kelas D Pratama, komposisi penduduk menurut agama disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 : Penduduk Empat Kecamatan di Kabupaten Buleleng Menurut Agama Tahun 2007 No Kecamatan Islam Katholik Protestan Hindu Budha 1 Gerokgak 17.474 71 185 59.738 56 2 Seririt 4.443 33 147 69.307 161 3 Busungbiu 150 - 28 44.836 - 4 Banjar 1.497 9 125 65.769 250 Jumlah 23.564 113 485 239.650 467 Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng Tahun 2013-2033 diolah Jika dilihat dari data di atas, mayoritas penduduk di wilayah empat kecamatan ini adalah pemeluk agama Hindu. Seperti halnya di Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng, maka pengaruh agama Hindu dalam kehidupan masyarakat sangat besar. Ajaran pokok agama Hindu yang terkandung dalam tiga kerangka dasar, yaitu Tatwa filsafat keagamaan, 33 Susila moral keagamaan, dan Upacara upacara keagamaan, menjadi landasan utama dan memberikan corak khas bagi identitas masyarakat. Dalam keseharian, implementasi ajaran agama ini akan tercermin dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan berpengaruh penting terhadap integrasi dan pengendalian masyarakat. Kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersifat komunal dan guyub sangat mendukung khususnya penyebaran informasi tentang budaya bersih, kebiasaan hidup sehat, dan akan berimplikasi positif terhadap rencana pembangunan RS Kelas D Pratama.

f. SDM Kesehatan