I. Validitas Instrumen
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu instrumen. Menurut Suharsimi Arikunto 2006: 168, validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kesahihan instrumen. Sedangkan M. Ngalim Purwanto 2006: 137 menyebutkan validitas adalah kualitas yang menunjukkan
hubungan antara suatu pengukuran diagnosis dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Validitas instrumen menunjukkan bahwa hasil dari
suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: 228. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
instrumen observasi dan wawancara. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas logis.
Validitas logis dapat digunakan melalui penilaian dari ahli expert judgement. Ahli yang ditunjukkan untuk mengukur validitas instrumen
penelitian ini adalah ahli pendidikan luar biasa atau dosen pendidikan luar biasa, yakni dosen pembimbing penelitian. Aspek yang dipertimbangkan oleh
dosen ahli yaitu kejelasan instrumen, apakah sudah relevan dengan tujuan penelitian sehingga keputusan instrumen tidak menyimpang dari tujuan dalam
penelitian.
J. Analisis Data
Menurut Sugiyono 2008: 244 analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kuantitatif. Teknik kuantitatif digunakan untuk mengolah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil ketercapaian anak tunagrahita ringan atas perilaku disiplin
terhadap tugas harian sekolah. Kemudian hasil atas kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah yang diperoleh anak tunagrahita ringan dari hasil pre-test dan
post-test disajikan dalam bentuk tabel dan grafik sehingga dapat diketahui keberhasilan masing-masing subjek. Data-data kuantitatif yang diperoleh
melalui teknik observasi panduan yang berbentuk check list dengan 2 variasi jawaban diolah dengan cara menjumlahkan. Menurut Suharsimi Arikunto
2006: 242, check list dengan 2 variasi jawaban ya dan tidak dapat dilakukan dengan menjumlahkan.
Data-data yang diperoleh dari observasi yang berbentuk catatan lapangan dan wawancara dapat diolah menggunakan teknik analisis deskriptif. Teknik
analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan perilaku disiplin anak tunagrahita ringan terhadap tugas harian sekolah. Analisis data deskriptif yang
dilakukan melalui 3 tahapan Model Milies Huberman Sugiyono, 2008: 246- 252, meliput i:
1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan data-data yang diperoleh peneliti saat
melakukan penelitian. Data-data yang diperoleh perlu disederhanakan maupun dirangkum agar mempermudah peneliti dalam memberikan
gambaran yang jelas serta menyajikan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh melalui teknik observasi dan
wawancara. 2.
Penyajian data, yaitu data-data yang telah dirangkum dapat disajikan dalam bentuk grafik, tabel, serta uraian singkat teks bersifat naratif. Dengan
menyajikan data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi saat penelitian.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu penyampaian kesimpulan dari data-data
penelitian yang diperoleh peneliti. Penarikan kesimpulan dilakukan oleh peneliti dengan cara menguji hipotesis yang berdasarkan dari hasil
penelitian dan pembahasan. Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini adalah hasil dari
pengamatan yang dilakukan secara terus menerus pada setiap tindakan serta membandingkan hasil pre test, post test siklus I, dan post test siklus II.
Kemudian dilakukan tahap penyederhanaan data yakni data-data yang terkumpul dirangkumkan agar memberikan gambaran yang jelas. Tahap
selanjutnya yaitu proses berpikir yang dimulai dari keputusan-keputusan khusus, kemudian data disimpulkan secara umum.
Ketercapaiaan anak tunagrahita ringan atas kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah disesuaikan dengan standar keberhasilan yang sudah ditetapkan,
dan hasil ketercapaian yang diperoleh masing-masing anak tunagrahita ringan dari awal hingga akhir pertemuan tindakan merupakan hasil post test. Dengan
demikian hasil post test tersebut merupakan hasil akhir yang diperoleh masing-
masing anak tunagrahita ringan atas kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah. Pencapaian hasil pre test, post test siklus I, dan post test siklus II dibandingkan
agar dapat diketahui adanya peningkatan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah yang dilakukan oleh masing-masing anak tunagrahita ringan.
61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN