salah satu subjek yaitu Ald masih belum optimal karena tidak mencapai keberhasilan minimal yaitu 7 indikator keberhasilan. Oleh karena itu
pelaksanaan tindakan dilakukan pada siklus II dengan beberapa perubahan. Pada pelaksanaan tindakan siklus II, masing-masing anak tunagrahita ringan
mampu meningkatkan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah dengan token economy, sehingga pada post test siklus II pencapaian yang diperoleh
masing-masing subjek yaitu Ald mampu meningkatkan kedisiplinannya menjadi 8 indikator keberhasilan dan Irw mampu mempertahankan 7
kedisiplinannya terhadap tugas harian sekolah.
D. Pembahasan
Menurut Y. B. Suparlan 1983: 30, anak tunagrahita ringan merupakan anak yang dapat dilatih mengenai tugas-tugas dalam kehidupan sehari-hari
dan dididik dalam bidang sosial dan intelektual hingga batas tertentu. Ketika anak tunagrahita ringan mulai memasuki usia sekolah, guru selaku pendidik
dapat mengajarkan kepada anak tunagrahita ringan mengenai berperilaku disiplin. Penanaman disiplin bagi anak tunagrahita ringan lebih difokuskan
pada tugas harian sekolah, karena salah satu hambatan belajar yang sering dijumpai pada anak tunagrahita ringan adalah kurang mampu mengatur
tindakan disiplin dan mematuhi peraturan yang berlaku ketika mengerjakan tugas harian sekolah. Upaya meningkatkan kedisiplinan terhadap tugas harian
sekolah menggunakan token economy.
Token economy sering disebut dengan penguatan tanda, menurut Syaiful Bahri Djamarah 2005: 122 token economy adalah penggunaan berbagai
macam simbol baik benda maupun tulisan yang ditujukan kepada anak untuk penghargaan terhadap suatu tingkah laku . Token economy termasuk dalam
pendekatan behavioristik yaitu operant conditioning, karena dalam penerapan token economy terdapat pemberian hadiah. Dengan adanya hadiah reward
yang digunakan dalam token economy dapat memperkuatkan perilaku dan memotivasi anak tunagrahita ringan untuk menerapkan kedisiplinan terhadap
tugas harian sekolah. Selain itu hadiah dapat menumbuhkan rasa percaya diri dari dalam diri anak, sehingga anak tunagrahita ringan merasa bangga atas
keberhasilan dalam menerapkan kedisiplinan terhada tugas harian sekolah. Upaya peningkatkan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah dengan
token economy merupakan hal baru yang diterapkan pada anak tunagrahita ringan di kelas VIC SLB Negeri 2 Yogyakarta sehingga anak tunagrahita
ringan tampak antusias mengikuti pelaksanaan tindakan baik pada siklus I maupun siklus II. Dalam penerapan kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah
dengan token economy ini terdapat kontrak perjanjian antara masing-masing anak tunagrahita ringan dengan guru untuk menurunkan ketidakdisiplinan
terhadap tugas harian sekolah. Pembuatan kontrak perjanjian dilakukan agar anak tunagrahita ringan dapat menurunkan ketidakdisiplinannya dan
meningkatkan kedisiplinannya selama mengerjakan tugas. Selain itu dalam token economy terdapat pula penghargaan bagi anak tunagrahita ringan jika
menerapkan setiap kriteria kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah yaitu
simbol bintang yang merupakan reinforcer sementara. Simbol bintang dijadikan sebagai reinforcer sementara pada token economy atas kedisiplinan
terhadap tugas harian sekolah karena menarik dan disukai anak, dapat dipegang maupun dibagikan. Simbol bintang yang diperoleh anak dapat
ditukarkan dengan reinforcer asli yaitu hadiah apabila anak dapat menurunkan sesuai kontrak maupun meningkatkan kedisiplinan terhadap tugas harian
sekolah sebanyak 7 indikator keberhasilan. Anak tunagrahita ringan terlihat makin senang saat pemberian hadiah atas kedisiplinan terhadap tugas harian
sekolah yang telah ditaati. Menurut Dian Ibung 2009: 99, ketika suatu perilaku kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah mendapat penghargaan
hadiah, anak memahami bahwa ia menampilkan perilaku sesuai harapan. Dengan adanya penghargaan berupa hadiah atas kedisiplinan terhadap tugas
harian sekolah pada pelaksanaan tindakan, anak tunagrahita ringan termotivasi dengan berlomba-lomba untuk menerapkan kedisiplinan selama mengerjakan
tugas harian sekolah di kelas. Pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai hasil yang optimal, karena
salah satu subjek Ald memperoleh 6 bintang atas 6 indikator keberhasilan sehingga tidak mencapai tingkat keberhasilan minimal yaitu 7 indikator
keberhasilan atas kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pada siklus II. Setelah pemberian tindakan pada
siklus II, semua subjek telah mencapai kriteria keberhasilan minimal yang sudah ditentukan. Berdasarkan pencapaian subjek dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan token economy dapat meningkatkan
kedisiplinan terhadap tugas harian sekolah pada anak tunagrahita ringan kelas VIC SLB Negeri 2 Yogyakarta.
E. Hambatan Penelitian