Kalimat Perintah Ajakan Pembahasan

banyak kasus Saya kira daya pancar efek dari kasus ini sendiri apa penyerangan ini tidak saja apa mengakibatkan banyak saksi di kalangan Lapas atau Polisi tapi juga menimbulkan satu terror yang luar biasa di publik. Suatu terror yang mengakibatkan ketakutan yang luar biasa kepada publik, karena itu saya kira penanganannya juga mesti luar biasa dan dalam konteks ini saya kira wibawa hukum dan penegakan hukum sudah sampai pada satu titik nadir seperti apa yang Bang Karni tadi sampaikan juga.......” 102, Hukum Rimba di Negara Hukum Tuturan 20 merupakan kalimat perintah persilahan ditandai dengan diakhiri dengan nada akhir menurun. Tuturan tersebut bermakna bahwa Karni Ilyas mempersilakan Hendardi untuk memaparkan pendapatnya. Karni Ilyas memutuskan untuk mempersilakan Hendardi setalah dialog dengan Haris Azhar selesai karena konteks pada saat itu Hendardi terlihat ingin sekali berbicara menanggapi apa yang dikatakan oleh Haris Azhar. 21. Konteks : Karni Ilyas mempersilakan Hendardi menjawab pertanyaan. Wujud Tuturan : Karni Ilyas : “Baik, pertanyaan... mm apa? Ooo pertanyaan tadi silakan” 113, Hukum Rimba di Negara Hukum Hendardi: Ya saya kira ini bukan nuduh ya tapi saya menggunakan formulasi jadi diduga kuat atas dasar motif dan dugaan atau sasaran...........................................................114, Hukum Rimba di Negara Hukum Tuturan 21 merupakan lokusi perintah persilakan yang dituturkan oleh Karni Ilyas kepada Hendardi untuk mempersilakan menjawab pertanyaan. Kalimat tersebut ditandai dengan kata silakan sebagai penegas bahwa Karni Ilyas sedang mempersilakan Hendardi. 22. Konteks : Karni Ilyas menghentikan keributan yang terjadi dan mempersilakan TB Hasanuddin untuk berbicara. Wujud Tuturan : Karni Ilyas : “Sebentar-sebentar praja militer Bang Hasanudin yang tahu persis BERBICARA BERSAMAAN . Silakan” 202, Hukum Rimba di Negara Hukum TB. Hasanudin : “Jadi begini undang-undang peradilan militer mengubah dari prajurit itu untuk kasus-kasus nonkegiatan militer atau perang dalam artian kalau prajurit TNI itu melakukan katakanlah pelanggaran biasa, pelanggaran umum maka atau kriminal biasa dia harus diadili di peradilan umum itu tahun 2004-2009 oleh DPR itu sudah hampir selesai tetapi kemudian oleh pemerintah ditarik kembali. Kita selama 2009 ke sini sudah juga ingin menyampaikan dalam prolegnas itu tetapi mohon diketahui dari pemerintah tidak terbuka, begitu. Ini memang perlu ... terpotong” 203, Hukum Rimba di Negara Hukum Tuturan 22 merupakan lokusi perintah persilahan yang dituturkan oleh Karni Ilyas kepada T.B. Hasanudin agar T.B. Hasanudin menjelaskan tentang perundang-undangan militer. Kalimat tersebut ditandai dengan pola intonasi kalimat perintah dan ditambah dengan kata “silakan” yang ditujukan kepada T.B Hasanudin. 23. Konteks : Joao Meco mengakhiri pendapatnya, lalu Karni Ilyas mempersilakan Kombes. Pol. Rikwanto untuk berpendapat. Wujud Tuturan : Karni Ilyas : “Ya baik saya ke Pak Rikwanto. Silakan menjawab”42, Premanisme: Perlukah Petrus Jilid 2? Rikwanto : “Terimakasih Pak Karni. Kita mungkin tidak masuk ke materinya ya.......” Tuturan 23 merupakan lokusi perintah persilakan karena diawali dengan kata “silakan” dan dituturkan dengan nada intonasi kalimat suruh. Kalimat tersebut dituturkan oleh Karni Ilyas kepada Kombes. Pol. Rikwanto untuk berpendapat. c Lokusi Bentuk Tanya Kalimat interogatif, yang juga dikenal dengan nama kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti “apa”, “siapa”, “berapa”, “kapan”, dan “bagaimana” dengan atau tanpa partikel –kah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan tanda tanya ? pada bahasa tulis atau suara turun Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003:357-358. Fungsi kalimat tanya adalah untuk menanyakan sesuatu. 24. Konteks : dialog Karni Ilyas dengan Rusdianto. Wujud Tuturan : Karni Ilyas : “Baik, kemudian. Apa biasa Polda menitipkan tahanan?” 4, Hukum Rimba di Negara Hukum Rusidanto :”Mmm kalau tidak salah Pak Kalapas ketika pada sisi lain melaporkan kepada saya. Ini kalau tidak salah ini yang kedua kali.” Tuturan pada data 24 merupakan kalimat tanya, mengandung maksud untuk menanyakan sesuatu sesuai seperti yang terkandung dalam kalimat tersebut. Secara lisan tuturan ini ditandai dengan intonasi tanya atau bernada akhir naik. Tuturan tersebut murni berisi suatu pertanyaan yaitu Karni Ilyas kepada Rusdianto, apakah Polda biasa menitipkan tahanan? 25. Konteks : dialog antara Karni Ilyas dengan Ujang mantan preman. Wujud Tuturan : Karni Ilyas: “Bapak sempat dikejar ga?” Ujang: “Sempat, Pak saya dikejar tapi saya juga ga ngerti itu sempat dikejar.” Tuturan 25 di atas merupakan lokusi tanya yang dituturkan oleh Karni Ilyas kepada Ujang. Kalimat-kalimat tanya tersebut berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi kalimat tanya tersebut adalah untuk menggali informasi lebih mendalam tentang yang dialami oleh lawan tutur atau Ujang dalam konteks dia sebagai mantan preman yang pada zamannya dikejar-kejar oleh polisi.

2. Bentuk Tindak Tutur Ilokusi dalam Indonesia Lawyers Club tanggal 2 April 2013- 23 April 2013.

Dalam penelitian yang sudah dilakukan, bentuk ilokusi yang ditemukan dalam Indonesia Lawyers Club tanggal 2 April 2013- 23 April 2013 ada empat yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif. Tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berfungsi menyampaikan sesuatu dengan maksud untuk melakukan tindakan yang ingin dicapai oleh penuturnya pada waktu menuturkan sesuatu kepada lawan tutur.

a. Bentuk Ilokusi Asertif

Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran proposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan. 26. Konteks : dialog antara Karni Ilyas dengan Rusdianto Wujud Tuturan : Karni Ilyas : “Baik, kemudian. Apa biasa Polda menitipkan tahanan?”