136
tindakan I yaitu 36,67 dan peningkatan pasca tindakan II sebesar 50. Pengetahuan subyek pada kemampuan awal yaitu kemampuan teknik
penggunaan tongkat yang baik dan benar.Pada tes pasca tindakan I, pengetahuan subyek meningkat menjadi mengetahui teknik penggunaan
tongkat saat menyusuri jalan sempit, jalan berlubang, naik turun tangga, dan teknik menyilang tubuh yang baik dan benar.Pada tes pasca tindakan
II meningkat lagi menjadi memamahi dan mengaplikasikan teknik naik turun tangga pada saat kegiatan dan mampu mengaplikasikan proses
kegiatan pada tempat-tempat diluar kegiatan pramuka. Teknik penggunaan tongkat saat menyusuri jalan sempit, jalan berlubang, naik turun tangga,
dan teknik menyilang tubuh. 2. Subyek 2 JJG
Perolehan persentase skor subyek pada kemampuan awal sebesar 30, meningkat menjadi 50 pada tindakan I dan meningkat menjadi
70 pada tindakan II.Pencapaian peningkatan pada tindakan I yaitu 20 dan peningkatan pada tindakan II sebesar 40.Pengetahuan subyek pada
kemampuan awal teknik penggunaan tongkat yang baik dan benar.Pada tindakan I, pengetahuan subyek tidak mengalami peningkatan.Pada
tindakan II meningkat menjadi mengetahuiteknik penggunaan tongkat saat menyusuri jalan sempit, jalan berlubang, naik turun tangga, dan teknik
menyilang tubuh yang baik dan benar. Pemahaman awal subyek mengenai fungsi penggunaan tongkat
panjang pada kegiatan pramuka yaitucara penggunaan tongkat yang baik
137
dan benar. Pada tindakan I, pemahaman subyek meningkat menjadi pemahaman fungsi tongkat Pada tindakan II, meningkat menjadi pada
fungsi keterampilan siswa pada saat melakukan orientasi dan mobilitas menggunakan tongkat untuk menyusuri jalan yang sempit, jalan berlubang,
teknik naik turun tangga, dan teknik menyilang tubuh yang baik dan benar. Untuk lebih jelas, peningkatan pemahaman konsep tumbuhan setiap
subyek digambarkan dalam grafik berikut.
Gambar 7.Grafik Histogram Peningkatan Selama Dua Siklus Peningkatan kemampuan orientasi dan mobilitas penggunaan
tongkat panjang pada kegiatan pramuka melalui pendekatan Orientasi dan Mobilitas, pada siswa juga dapat dilihat sebagai berikut:
a. Subyek mampu menceritakan permasalahan yang terjadi pada saat kegiatanpramuka dengan mengemukakan apa yang ada di lingkungan
sekitar pramuka,
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
KSW JJG
awal siklus I
siklus II
138
b. Subyek terlihat
antusias pada
saat kegiatan
karena mendapat
pengalaman langsung melalui pancainderanya untuk mengenal obyek asli,
c. Subyek lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran karena adanya kegiatan diskusi
antar guru,
pembimbing dan
siswa sehingga
situasi pembelajaran menjadi lebih menyenangkan,
d. Minat belajar dan kerja sama siswa meningkat, karena kegiatan terasa menyenangkan ketika subyek turun langsung ke alam sekitar yang
mana belum pernah mengalami sebelumnya, e. Kepercayaan diri siswa meningkat ketika menyampaikan pendapat dan
menanggapi pendapat teman,
K. Uji Hipotesis
Uji hipotesis tindakan dilakukan atas dasar ketercapaian tindakan yang menyatakan bahwa tindakan dinyatakan berhasil apabila dapat
mencapai kriteria keberhasilan sebesar 65.Dengan demikian, hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa kemampuan orientasi dan mobilitas
dalam penggunaan tongkat panjang pada kegiatan pramukasiswa tunanetra kelas 5 di SLB Yaketunis dapat ditingkatkan melalui penggunaan
pendekatan Orientasi dan Mobilitas pada pembelajaran dalam lima tahapan sistematis meliputi invitasi, ekplorasi, solusi, aplikasi serta
penilaian telah terbukti. Hasil evaluasi pada siklus II menunjukkan bahwa persentase skor
yang dicapai oleh subyek KSW sebesar 90,sedangkan persentase skor
139
yang dicapai oleh subjek JJG sebesar 70.Hal itu berarti bahwa kriteria keberhasilan dapat tercapai.
L. Pembahasan Hasil Penelitian Peningkatan Kemampuan Orientasi dan Mobilitas Siswa Tunanetra Menggunakan Tongkat Panjang Pada Saat
Kegiatan Pramuka.
Tindakan dalam penelitian ini berupa pengadaan kegiatan pramuka untuk meningkatkan kemampuan orientasi mobilitas menggunakan tongkat
panjang pada siswa tunanetra kelas 5 di SLB Yaketunis.Tindakan tersebut dilaksanakan dalam dua siklus. Setelah dilakukan tes kemampuan awal,
subyek diberikan tindakan berupa pengadaan kegiatan pramuka untuk meningkatkan kemampuan orientasi dan mobilitas siswa tunanetra kelas V di
SLB A Yaketunis dengan menggunakan tongkat panjang yang terbagi dalam tahap invitasi, eksplorasi, solusi, aplikasi dan penilaian. Agar mendapatkan
hasil yang maksimal, maka sebelum belajar dilapangan siswa diberikan materi penggunaan tongkat panjang untuk orientasi dan mobilitas di dalam
kelas selama proses pembelajaran. Teknik di dalam ruangan “in door technique” adalah teknik yang
digunakan di dalam ruangan dengan tujuan agar tunanetra mampu berjalan di daerah yang sudah dikenal dalam ruangan. Teknik di dalam ruangan ini
dibagi menjadi dua bagian yaitu: teknik menyilang tubuh atau teknik diagonal.Teknik trailling adalah teknik diagonal yang digunakan untuk
trailling atau menyusuri.Tujuan penggunaannya agar anak tunanetra mampu berjalan di ruangan yang sudah dikenal dengan baik dan mencapai tujuan.
140
Teknik diluar ruangan digunakan di daerah yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal berbeda dengan teknik trailling maupun tekni
menyilang tubuh yang hanya digunakan untuk daerah yang dikenal saja. Penggunaan tongkat disesuaikan dengan tinggi badan dari pengguna tongkat
yaitu tinggi tongkat panjang yang baik digunakan oleh anak tunanetra kurang lebih setengah dari tinggi badan anak tunanetra agar mudah dioperasikan.
Beberapa teknik yang digunakan dalam teknik di luar ruangan yakni: teknik sentuhan, teknik dua sentuhan, dan teknik menggeser tip serta teknik naik
turun tangga. Pencapaian skor yang diperolah KSW pada kemampuan awal
sebesar 12 meningkat menjadi 23pada pasca tindakan siklus I dengan persentase peningkatan sebesar 36,67, skor JJG pada kemampuan awal
sebesar 9 meningkat menjadi 15 pada pasca tindakan I dengan persentase peningkatan sebesar 20.
Kemampuan orientasi dan mobilitas dengan teknik melawat menggunakan tongkat panjang yang diperoleh siswa tunanetra pasca
tindakan siklus
I mengalami
peningkatan dibandingkan
dengan kemampuan awal.Walaupun peningkatan tersebut belum optimal karena
masih terdapat satu siswa dengan skor kemampuannya masih dibawah kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 65.Siswa yang sudah
memenuhi kriteria keberhasilan yakni KSW.Siswa lainnya yaitu JJG belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditentukan, meskipun skor
pencapaiannya meningkat dari 9 menjadi 15.Data tersebut menunjukkan
141
bahwa tindakan siklus I belum dapat mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu sebesar 65.
Hasil refleksi pembelajaran di siklus I ditemukan beberapa permasalahan siswa tunanetra selama proses kegiatan orientasi dan
mobilitas dengan teknik melawat menggunakan tongkat panjang pada kegiatan pramuka yaitu siswa tunanetra kesulitan untuk menyebutkan dan
memahami teknik apa saja yang terdapat pada penggunaan tongkat panjang, terdapat siswa tunanetra yang belum berani mengaplikasikan
teknik penggunaan tongkat yang baik dan benar, siswa tunanetra kesulitan menggunakan tongkat pada saat menghindari jalan berlubang, jalan yang
sempit,jalan licin naik turun tangga dan teknik menyilang tubuh di area kegiatan pramuka.Siswa tunanetra masih memerlukan bimbingan secara
verbal maupun nonverbal untuk memahami konsep orientasi dan mobilitas menggunakan tongkat panjang pada kegiatan pramuka.
Permasalahan-permasalahan tersebut perlu diatasi untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II.Pelaksanaan pendekatan orientasi dan
mobilitas dalam meningkatkan kemampuan teknik penggunaan tongkat panjang pada kegiatan pramuka pada siswa tunanetra berlangsung lancar
meskipun adanya permasalahan tersebut. Selain permasalahan tersebut, terdapat beberapa hal positif yang terjadi selama kegiatan pramuka melalui
penerapan orientasi dan mobilitas teknik melawat menggunakan tongkat panjang yaitu minat siswa tunanetra untuk belajar mengalami peningkatan
karena pembelajaran diberikan di dalam, di luar kelas, dan di sekitar
142
kegiatan pramuka yang belum pernah dilalui sehingga tidak bosan, siswa tunanetra senang dalam pembelajaran karena seolah-olah bermain
sehingga tidak terlalu berat untuk berpikir dan senang ketika diajak untuk berkeliling
lingkungan dalam
kegiatan pramuka,
siswa tunanetra
meningkatkan keberanian
dan kepercayaan
diri ketika
berjalan menggunakan tongkat panjang, siswatunanetra mendapatkan pengalaman
nyata tentang lingkungan yang belum pernah mereka lakukan melalui media tongkat panjang yang disediakan dan lokasi pramuka yangmudah
ditemukan. Siklus kedua dilakukan perbaikan dan pemantapan materi untuk
memperdalam pemahaman siswa tentang teori dna praktek teknik orientasi dan mobilitas di area baru yang belum dikenal siswa yakni area kegiatan
pramuka. Materi yang diperdalam yakni tentang materi teknik out door satu sentuahna dan dua sentuhan untuk melewatio shore line, melewati
jalan masuk area pramuka, melewati jalan sempit, melewati belokan, melewati jalan licin, menentukan posisi tubuh yang baik dan benar saat
berjalan serta
melakukan teknik
naik dan
turun tangga
dengan menngunakan tongkat panjang yang benar pada area pramuka.
Menurut Lydon dan Mc.Graw dalam Purwanta Hadikasma 1987:26 yang menyatakan bahwa tahap awal dalam teknik naik turun
tangga adalah siswa tunanetra harus melakukan squaring off terlebih
dahulu yang artinya siswa tunanetra harus menyesuaikan dan mengetahui posisi tubuh dengan objek yang akan dituju.Subyek KSW pasca tindakan