1. Potensi Alam
Potensi alam adalah keadaan dan jenis flora dan fauna suatu daerah, bentang alam daerah, misalnya pantai, hutan, dll. keadaan fisik suatu daerah.
2. Potensi Kebudayaan
Potensi kebudayaan adalah semua hasil cipta, rasa dan karsa manusia baik berupa adat istiadat kerajinan tangan, kesenian, peninggalan bersejarah berupa
bangunan, monument, dll. 3.
Potensi Manusia Manusia juga memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai daya tarik
wisata, lewat pementasan tarian pertunjukan dan pementasan seni budaya suatu daerah.
2.2 Pengembangan Produk
2.2.1 Pengembangan Produk Wisata
Kotler dan Amstrong 1997:317 berpendapat produk sebagai sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen atau pangsa pasar untuk memuaskan kemauan dan
keinginan termasuk di dalam obyek fisik, layanan, SDM yang terlibat dalam organisasi dan terobosan atau ide-ide baru.
Secara umum produk wisata Tourism Product merupakan suatu bentukan yang nyata tangible product dan tidak nyata intangible product, dikemas dalam
suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati, apabila seluruh
Universitas Sumatera Utara
rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi orang yang melakukan perjalanan atau yang menggunakan produk tersebut.
Menurut Kotler 2003:408 produk wisata dibagi menjadi empat 4 tingkatan, yaitu, produk inti core product yang menjadi sasaran utama wisatawan dalam
melakukan kegiatan wisata, produk penunjang facilitating product berupa barang atau jasa yang harus tersedia apabila wisatawan menggunakan produk inti, produk
pendukung supporting product yang berfungsi untuk meningkatkan nilai produk inti, dan tingkatan yang terakhir adalah produk tambahan augmented product
merupakan citraimage keseluruhan dari tingkatan produk. Keempat tingkatan tersebut sangat erat kaitannya dengan packaging yang
merupakan kombinasi dari pelayanan dan daya tarik wisata yang saling berkaitan, programming yang merupakan pengembangan aktivitas tertentu acara, atau program
untuk meningkatkan niat konsumsi wisatawan terhadap wisata, people merupakan sumber daya manusia pengelola jalannya wisata, dan partnership atau kemitraan
Assaury Rendi 2015:22 mengatakan bahwa pengembangan produk product development adalah suatu kegatan atau aktifitas yang dilakukan dalam menghadapi
kemungkinan perubahan suatu produk ke arah yang lebih baik sehingga dapat memberikan daya guna maupun daya pemuas lebih besar.
Secara umum pengembangan produk merupakan suatu usaha yang dilakukan perusahaan melalui perbaikan bentuk, penyederhanaan, pembentukan kembali,
menambah desain atau model dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen atau pelanggan.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan produk wisata adalah usaha dalam menghadapi perubahan produk wisata ke arah yang lebih baik dalam meningkatkan daya tarik wisatawan,
baik dala peninngkatan pelayanan, desain wisata, fasilitas, dll. Dalam pengembangan produk wisata perlu mempertimbangkan Ali Hasan
2015:127: Dalam kondisi tertentu, pengembangan produk dilakukan dari produk yang
sudah ada, dengan lebih menekankan pada style, tampilan produk dan nilai tambah untuk meningkatkan daya tarik yang lebih besar, daripada membuka
destinasi baru. Pengembangan produk harus mempertimbangkan partisipasi masyarakat
lokal, budaya, karakter ikatan sosial, dan lingkungan alam. Manajemen dan masyarakat lokal dapat menikmati keuntungan dari pariwisata dalam
keselarasan dengan budaya, sosial, dan lingkungan setempat. Kerja sama antar unit daerah, dikoordinasikan dengan dukungan teknologi
informasi dan komunikasi untuk merangsang apresiasi terhadap pentingnya pengembangan produk untuk kepentingan masyarakat local secara
keseluruhan. Situasi dan tren pariwisata dipertimbangkan, karena akan menjadi faktor
penentu permintaan pasar. a.
Pengembangan Produk Wisata Terkait Wisatawan
Universitas Sumatera Utara
Produk wisata dapat berkembang dengan baik jika mampu memenuhi kebutuhan wisatawan. Abraham Maslow Wardiyanto 2011:8 menyatakan motivasi
wisatawan melakukan perjalanan adalah sebagai berikut: Motivasi Fisik: memperoleh sesuatu yang berhubungan dengan hasrat untuk
mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, olahraga atau pemeliharaan kesehatan.
Motivasi Kultural: untuk melihat dan mengetahui kependudukan dan kebudayaan daerah wisata yang dituju.
Motivasi Interpersonal: untuk melarikan diri dari kesibukan rutin sehari-hari. Motivasi Status dan Harga Diri: untuk menunjukkan kedudukan, status dalam
masyarakat tertentu demi prestige pribadinyadan ada kalanya dihubungkan dengan perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi, dan lain-lain.
Beberapa hal penting dalam pengembangan produk wisata terkait wisatawan Ali Hasan 2015:161 adalah sebagai berikut:
1. Penyesuaian Produk dengan Pengalaman Wisatawan
Memahami krakteristik sikap dan preferensi wisatawan terhadap produk- produk wisata yang berbeda satu sama lain berdasarkan hal berikut:
Unvisitors or unexperienced visitors Wisatawan tipe ini belum pernah megunjungi destinasi atau belum
berpengalaman dalam membeli peroduk wisata. Wisatawan ini terbuka pada proses edukasi, namun belum bisa menyesuaikan diri dengan budaya
yang ada.
Universitas Sumatera Utara
First time visitors Tipe ini merupakan wisatawan yang berkunjung untuk pertama kali dan
masih sensitif terhadap harga. Pihak wisata sulit untuk mengomunikasikan kualitas produk dan hanya bergantung pada harga untuk bisa meenjual
produk wisata. Keunikan perlu diberitahukan kepada wisatawan tipe ini, karena pada umumnya mereka masih minim pengetahuan, agar di lain
kesempatan memiliki niat berkujung kembali. Repeat visitors
Wisatawan ini merupakan pengunjung ulang yang biasanya adalah para wisatawan yang mendukung produk dan pengembangan produk tersebut.
Wisatawan ini cenderung lebih menghargai keunikan karakteristik suatu destinasi.
2. Penawaran Daya Saing Produk
Tidak ada pilihan lain untuk menarik wisatawan, selain membuat produk wisata tersebut memiliki nilai tambah yang lebih strategis dibanding dengan wisata
lain, memiliki nilai tawar yang lebih unggul dari yang lainnya baik produk alami maupun produk buatan, dan ragam budaya.
3. Inovasi Produk Wisata
Penawaran produk wisata melalui inovasi dengan cara menemukan atau menciptakan sebuah komunitas yang peduli lingkungan dan menyukai cara hidup
hijau green life, memperaktikkan hidup sebagai komunitas yang berorientasi pada keberlanjutan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
4. Perbedaan Produk
Hanya produk wisata unik yang dapat menemukan cara untuk membedakan diri dari produk wisata lain dan wisatwan mengakui keunggulannya. Keunikan
produk yang khas, pelayanan yang baik sesuai kebutuhan wisatawan akan mudah diingat sehingga dalam pengembangan produk juga semakin tertata sesuai target.
b. Kebijakan Pariwisata Sebagai Industri
Dalam perspektif industri pariwisata, menurut Soetomo WE 2011: 20, “sektor kepariwisataan tingkat keberhasilan pembangunannya banyak bergantung
pada komponen dan variabel yang lain dari pada pembangunan pada umumnya”. Artinya, tingkat keberhasilan pembangunan kepariwisataan banyak bergantung pada
partisipasi sektor yang lain, misalnya sektor perhubungan, sektor lingkungan, sektor pendidikan, sektor sosial, sektor ekonomi, hankam, agama dan sektor
– sektor yang yang lainnya, baik formal maupun non formal. Sehingga dalam industri pariwisata
dihindari egoisme sektoral. Pendapat Soetomo WE 2011:15, tentang pembangunan kepariwisataan mendasarkan pemahaman tidak boleh digarap secara parsial, akan
tetapi harus integral, menghindari egoisme sektoral, dan arogansi institusional serta perlunya sinkronisasi dan koordinasi menjadi pemikiran baru pada pembangunan
kepariwisataan. Ridwan 2012:47 menyatakan pendapatnya tentang kebijakan perencanaan
pengembangan pariwisata, bahwa perencanaan pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah untuk mencari titik temu antara penawaran dengan permintaan. Oleh
karena itu, dalam melakukan perencanaan pengembangan pariwisata seharusnya terlebih dahulu mengidentifikasi produk wisatanya penawaran yang ada di daerah
Universitas Sumatera Utara
tujuan wisata dan pasar wisatawan permintaan, baik aktual maupun potensial kemudian dilakukan suatu analisis terhadap kedua aspek tersebut agar tercapai.
Konsep pendekatan kesesuaian antara permintaan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Konsep Pendekatan Kesesuaian Penawaran dan Permintaan Sumber: Rendi Redona Skripsi, 2015:22
2.2.2 Siklus Hidup Produk