2.2.7 Pengaruh Sosiodemografis
Menurut Smet 1994, intensi merokok dipengaruhi pula oleh faktor variabel demografis usia, jenis kelamin, sosio-ekonomi penghasilan, pekerjaan, sosio-
kultural kelas sosial. Namun, sesuai dengan ruang lingkup penelitian, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi menjadi:
2.2.7.1 Usia
Menurut Sarafino 1990, intensi merokok bervariasi pada berbagai aspek, salah satunya aspek usia. Dalam hal usia, remaja dengan rentang usia 13-18 tahun
memiliki perhatian paling penting dalam perkembangannya untuk menjadi perokok atau tidak.
2.2.7.2 Jenis kelamin
Menurut Sarafino 1990, jumlah pria yang merokok lebih banyak dibandingkan dengan jumlah wanita. Hal ini disebabkan karena pria lebih sulit berhenti
merokok dibandingkan wanita dan jumlah persentase pria yang pertama kali mencoba rokok lebih besar daripada jumlah wanita. Oleh karena itu, terdapat
perbedaan antara intensi merokok pada pria dan wanita sehingga faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi intensi merokok pada remaja Smet, 1994.
Menurut David Zion 2009, untuk mengetahui jenis kelamin dapat dilakukan dengan cara menanyakan responden mengenai jenis kelaminnya, yaitu apakah
berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
2.2.7.3 Tingkat pendidikan
Menurut Rapeah, Munirah, Latifah, Faizah, Norsimah, Maryana, Saub 2008, perilaku merokok berkaitan dengan performa dalam sekolah dan komitmen dalam
pendidikan. Pelajar yang tidak memiliki prestasi yang tinggi di sekolah cenderung banyak berperilaku merokok dibandingkan mereka yang memiliki prestasi belajar
yang baik. Karena adanya perbedaan klasifikasi pada usia remaja awal dan remaja akhir, maka tingkat pendidikan menjadi penting untuk diteliti pengaruhnya
terhadap intensi merokok. Menurut Lloyd-Richardson 2002, tingkat pendidikan dapat diukur
melalui jenjang pendidikan yang sedang di tempuh remaja. Adapun jenjang pendidikan tersebut yaitu jenjang Sekolah Menengah Pertama SMP, terdiri dari
kelas 7, 8, dan 9 SMP dan jenjang Sekolah Menengah Atas SMA, terdiri dari kelas 10, 11, dan 12 SMA.
2.2.7.4. Status merokok pada orang tua
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa status merokok pada orang tua mempengaruhi intensi merokok pada remaja. Remaja yang memiliki orang tua
yang merokok memiliki intensi merokok lebih tinggi dibandingkan remaja yang orang tuanya tidak merokok.
Menurut Harakeh et al. 2004, untuk mengukur perilaku merokok pada orang tua dapat dilakukan dengan menanyakan responden mengenai status
merokok pada orang tua, yaitu apakah memiliki ayahibu yang merokok.
2.2.7.5 Status merokok pada remaja