Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

2. Masa remaja pertengahan 15-18tahun Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri self-directed. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. 3. Masa remaja akhir 19-22 tahun Masa ini ditandai oleh periapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa. Selama periode ini, remaja berusaha memantapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan ditrima dalam kelompok teman sebaya dan orang dewasa, juga menjadi ciri dari tahap ini. Beberapa ahli juga menyebutkan bahwa masa ini adalah tahapan perkembangan masa dewasa awal.

2.3.3 Tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. 1. Perkembangan biologis Perkembangan ini melibatkan perubahan fisik dalam tubuh individu dimana gen-gen yang diwariskan dari orang tua, perkembangan otak, tinggi dan berat tubuh yang tumbuh dengan cepat, perubahan dalam keterampilan motorik, perubahan hormonal, kematangan seksual di masa pubertas terjadi pada periode ini. 2. Perkembangan kognitif Yaitu perkembangan yang melibatkan perubahan pemikiran dan intelegensi individu seperti meningkatnya berpikir abstrak, idealistik, dan logis. Pada masa ini remaja mulai berpikir secara lebih egosentris dan unik sehingga sudah mulai mampu mengambil keputusan. Menurut Piaget, tahapan perkembangan kognitif pada remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal, yaitu tahap keempat dan terakhir dari teori perkembangan kognitif Piaget, yang diyakininya muncul sekitar usia 11 – 15 tahun. Secara lebih nyata, pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak daripada pemikiran operasional konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Selain itu, perkembangan kognitif pada remaja meliputi perkembangan kognisi sosial yang mengacu pada bagaimana seseorang memandang dan berpikir mengenai dunia sosial mereka – orang-orang yang mereka amati dan yang berinteraksi dengan mereka, hubungan dengan orang-orang tersebut, kelompok tempat mereka bergabung, dan bagaimana mereka berpikir mengenai diri mereka sendiri dengan orang lain. 3. Perkembangan sosio-emosional Perkembangan ini merupakan perubahan dalam hal emosi, kepribadian, relasi dengan orang lain dan konteks sosial. Perkembangan ini dicerminkan melalui perilaku seperti tuntutan untuk mencapai kemandirian, menanggapi perkataan orang tua, konflik dengan orang tua, agresi terhadap kawan-kawan sebaya, kegembiraan dalam pertemuan sosial, dan keinginan lebih banyak untuk meluangkan waktu bersama kawan-kawan sebaya. Selain itu, meningkatnya kematangan seksual pada masa ini menyebabkan munculnya minat terhadap relasi romantis. 4. Perkembangan moral Perkembangan moral melibatkan pemikiran, perilaku dan perasaan dalam mempertimbangkan mengenai benar atau salah. Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal nilai-nilai dasar dan penghayatan mengenai diri serta dimensi interpersonal fokus mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan ketika berinteraksi dengan orang lain Gibbs, 2003; Walker Pitts, 1998. Perkembangan moral berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Dalam mempelajari peraturan dan nilai-nilai ini, para ahli mengembangkan tiga domain: a. bagaimana remaja mempertimbangkan atau memikirkan peraturan- peraturan untuk melakukan tingkah laku etis b. bagaimana remaja bertingkah laku dalam situasi moral yang sebenarnya c. bagaimana perasaan remaja mengenai masalah moral Proses biologis, kognitif, dan sosio-emosional merupakan jalinan yang saling terkait satu sama lain. Proses sosio-emosional membentuk proses kognitif, proses kognitif meningkatkan atau membatasi proses sosio-emosional, dan proses biologis mempengaruhi proses kognitif. Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua, anggota keluarga lain, teman sebaya, maupun masyarakat pada umunya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya, adanya perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya.

2.4 Kerangka Berpikir