c. Mengintregasikan pendidikan dan pelatihan kejuruan
berorientasi pada kecakapan hidup dan masa depan.
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran usia
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi usia pada siswi yang mengalami dismenore di
SMK Arjuna Depok
Nilai Mean
Median Std. Deviation
Min. Max.
Hasil 15,9
16 0,883
14 17
Berdasarkan tabel 5.1 usia pada siswi yang mengalami dismenore di
SMK Arjuna Depok bahwa distribusi usia responden adalah usia 14 tahun sebanyak 5 3,9 siswi, usia 15 tahun sebanyak 4232,6 siswi, usia 16
tahun sebanyak 43 33,3 siswi, usia 17 tahun sebanyak 39 30,2 siswi dan memiliki usia dengan rata-rata 15,9 tahun dan usia termuda adalah 14
tahun serta usia tertua adalah 17 tahun. 2.
Gambaran kelas Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden penelitian berdasarkan kelas SMK Arjuna Depok
Kelas Frekuensi
Persentase
X 47
36,4 XI
43 33,3
XII 39
30,2 Total
129 100,0
Usia Frekuensi
Persentase
14 5
3,9 15
42 32,6
16 43
33,3 17
39 30,2
Total 129
100,0
Berdasarkan tabel 5.2 siswi yang mengalami dismenore pada setiap kelas di SMK Arjuna Depok yaitu kelas X sebanyak 47 36,4
siswi, kelas XI sebanyak 43 33,3 siswi dan kelas XII sebanyak 39 30,2 siswi.
3. Gambaran usia pertama kali menstruasi
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi usia pertama kali menstruasi pada siswi yang
mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok
Usia Menarche Frekuensi
Persentase
11 45
34,9 12
55 42,6
13 29
22,5 Total
129 100,0
Nilai Mean
Median Std. Deviation
Min. Max.
Hasil 11,88
12 0,750
11 13
Berdasarkan tabel 5.3 usia pertama kali menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok bahwa pada usia menarche
11 tahun sebanyak 45 34,9 siswi, 12 tahun sebanyak 55 42,6 siswi, 13 tahun sebanyak 29 22,5 siswi dan memiliki usia pertama kali
mestruasi dengan rata-rata 11,88 tahun dan usia pertama kali menstruasi termuda adalah 11 tahun serta usia pertama kali menstruasi tertua adalah
13 tahun. 4.
Gambaran siklus menstruasi Tabel 5.4
Distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok
Nilai Mean
Median Std. deviation
Min. Max.
Hasil 29,27
28 3,414
21 35
Berdasarkan tabel 5.4 distribusi frekuensi siklus menstruasi pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok memiliki siklus
menstruasi dengan rata-rata 29, 27 hari dan siklus menstruasi terpendek adalah 21 hari serta siklus menstruasi terpanjang adalah 35 hari.
5. Gambaran keteraturan menstruasi
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi keteraturan menstruasi pada siswi yang
mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok
Keteraturan menstruasi Frekuensi
Persentase
Teratur 109
84,5 Tidak teratur
20 15,5
Total 129
100,0 Berdasarkan tabel 5.5 distribusi frekuensi keteraturan menstruasi
pada siswi yang mengalami dismenore di SMK Arjuna Depok sebanyak 109 84,5 siswi mengalami menstruasi yang teratur dan sebanyak 20
15,5 siswi mengalami menstruasi yang tidak teratur. 6.
Gambaran derajat dismenore Tabel 5.6
Distribusi frekuensi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok
Derajat Dismenore Frekuensi
Persentase
Ringan 60
46,5 Sedang
44 34,1
Berat 25
19,4 Total
129 100,0
Berdasarkan tabel 5. 6 distribusi frekuensi derajat dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok bahwa derajat dismenore yang dialami yaitu
sebanyak 60 46,5 siswi mengalami derajat nyeri ringan, 44 34,1 siswi mengalami derajat nyeri sedang, dan 25 19,4 siswi mengalami
derajat nyeri berat.
7. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan non farmakologi
Tabel 5.7 Distribusi frekuensi upaya penanganan dismenore
dengan cara non farmakologi
Upaya penanganan dismenore Frekuensi
Persentase
Menarik nafas dalam 38
29,5 Teknik distraksi
65 50,4
Kompres hangat 41
31,8 Mandi dengan air hangat
20 15,5
Pengobatan herbal 51
39,5 Teknik guided imagery
34 26,4
Mengolesi balsem atau lotion hangat 34
26,4 Pemijatan
25 19,4
Melakukan posisi knee chest 40
31,0 Olah raga
30 23,3
Istirahat total atau tidur 60
46,5 Lain
– lain 2
1,6 Berdasarkan tabel 5.7 distribusi frekuensi upaya penanganan
dismenore dengan cara non farmakologi bahwa yang dilakukan oleh siswi SMK Arjuna Depok yaitu sebanyak 65 50,4 siswi melakukan teknik
distraksi, 60 46,5 siswi melakukan istirahat atau tidur, 51 39,5 siswi melakukan pengobatan herbal dengan cara minum jamu kunyit asem,
41 31,8 siswi menggunakan kompres hangat, 40 31 siswi melakukan posisi knee chest , 38 29,5 siswi melakukan teknik menarik
nafas dalam, 34 26,4 siswi melakukan teknik guided imagery, 34 26,4 siswi mengolesi balsem atau lotin penghangat, 30 23,3 siswi
melakukan olah raga, 25 19,4 siswi melakukan pemijatan, 20 15,5 siswi melakukan mandi dengan air hangat, dan 2 1,6 siswi melakukan
dengan cara lainnya yaitu minum air bersoda.