Gambaran upaya penanganan dismenore pada siswi SMK Arjuna Depok

sebelum dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 8 sampel nyeri ringan, 15 sampel nyeri sedang dan 7 sampel nyeri berat. Penelitian Yustini pada mahasiswi PSIK UMS 2002 terhadap 30 sampel yang dilakukan teknik relaksasi napas dalam terdapat 22 sampel mengeluh nyeri sedang dan 8 sampel mengeluh nyeri berat, sedangkan pada 30 sampel yang tidak dilakukan teknik relaksasi napas dalam 9 sampel mengeluh nyeri sedang dan 21 sampel mengeluh nyeri berat. Maka, teknik relaksasi napas dapat mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan. Olah raga teratur, melakukan olah raga dapat meningkatkan efisiensi kerja paru, meningkatkan efisiensi kerja jantung, meningkatkan jumlah dan ukuran pembuluh-pembuluh darah yang menyalurkan darah ke seluruh tubuh, meningkatkan volume darah sehingga oksigen dapat tersalurkan ke pembuluh-pembuluh darah di organ reproduksi yang saat dismenore terjadi vasokontriksi. Olah raga juga dapat meningkatkan pelepasan endorfin penghilang nyeri alami ke dalam aliran darah. Frekuensi latihan olah raga dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan durasi 30 sampai 60 menit akan memberikan efek bagi kesehatan dan kebugaran. Hasil penelitian Istiqomah pada remaja putri di SMUN 5 Semarang 2009 tingkatan nyeri sebelum melakukan senam dismenore terbanyak adalah siswi dengan skala nyeri sedang berjumlah 8 siswi 53, untuk skala nyeri ringan berjumlah 1 orang 7 dan skala nyeri berat berjumlah 6 siswi 40. Setelah melakukan senam didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 11 siswi 73,33, skala nyeri sedang sebanyak 4 siswi 26,67 dan tidak ada siswi yang mengalami nyeri berat. Maka, efektifitas senam saat mengalami dismenore dapat mengatasi maupun mengurangi rasa nyeri menstruasi. Penelitian Thing 2011 pada siswi SMA Santo Thomas 1 Medan terdapat 32 siswi yang memiliki kebiasaan berolah raga dan 20 siswi tidak memiliki kebiasaan berolah raga. Kejadian dismenore terjadi secara signifikan pada siswi yang tidak berolahraga, penelitian menunjukkan bahwa siswi yang tidak berolah raga terdapat prevalensi dismenore sedang 50 siswi dan dismenore ringan 45,8 siswi. Kompres hangat, energi panas yang hilang atau masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan empat cara yaitu secara konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Prinsip kerja kompres hangat dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam perut yang akan melancarkan sirkulasi darah dan menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada perempuan dismenore, karena pada wanita yang dismenore ini mengalami kontraksi uterus dan kontraksi otot polos. Perry Potter 2005 menyatakan kompres hangat dilakukan dengan mempergunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu secara konduksi dimana terjadi pemindahan panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri haid yang dirasakan akan berkurang atau hilang. Penelitian Hikmawati 2010 pada 30 mahasiswi semester VIII S1 keperawatan di Universitas Muhammadiyah Semarang menunjukkan sebelum melakukan kompres hangat terdapat 11 sampel nyeri ringan, 14 sampel nyeri sedang dan 5 sampel nyeri berat setelah melakukan kompres hangat terdapat 17 sampel mengalami nyeri ringan dan 13 sampel nyeri sedang. Maka, kompres hangat dapat berpengaruh terhadap kejadian dismenore. Penelitian Amanih 2003 pada mahasiswi PSIK UMS didapatkan bahwa skala nyeri yang dirasakan sebelum melakukan kompres hangat adalah siswi dengan skala nyeri ringan berjumlah 4 siswi 24, untuk skala nyeri sedang berjumlah 10 orang 63 dan skala nyeri berat berjumlah 2 siswi 12. Setelah melakukan kompres hangat didapatkan skala nyeri ringan sebanyak 12 siswi 73,33, skala nyeri sedang sebanyak 4 siswi 26,67 dan tidak ada siswi yang mengalami nyeri berat. Maka, kompres hangat dapat menurunkan dismenore primer yang dirasakan. Pemijatan merupakan tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri, menghasilkan relaksasi dan meningkatkan sirkulasi. Teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang atau tidak putus-putus. Gerakan dasar terdiri dari gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong ke depan dan ke belakang menggunakan tenaga dan gerakan menepuk-nepuk. Gerakan pemijatan yang dilakukan untuk menangani nyeri berupa gerakan pemijatan yang ringan, usapan lembut dan lambat. Setiap gerakan-gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan posisi tangan dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya Henderson, 2006. Hasil penelitian Farisa pada siswi SMUN 2 Surabaya 2002 penelitian dengan desain quasy eksperiment menggunakan perancangan pretest-postest. Siswi yang mengalami dismenore diberikan pijatan punggung bawah selama 20 menit. Jumlah sampel 30 responden, instrumen yang digunakan baby oil atau lotion. Hasil penelitian skala nyeri kelompok eksperimen pada observasi awal terbanyak adalah skala 5 33,3 dan skala 6 33,3, pada obsevasi akhir terbanyak adalah skala 2 46,6. Maka, pemberian pijatan punggung bawah selama 20 menit dapat menurunkan nyeri menstruasi secara bermakna. Pada penelitian ini terdapat siswi yang melakukan penanganan dengan cara lainnya yaitu dengan meminum air besoda. Air soda merupakan sejenis air yang dikarbonasikan yaitu dengan penambahan gas karbon dioksida di bawah tekanan. Karbonasi terjadi bila karbon dioksida larut dalam air atau aqueous solution. Proses bentuk reaksi ditulis dengan H 2 O + CO 2 H 2 CO 2 yaitu air dan gas karbon dioksida berreaksi untuk membentuk asam karbonat. Penelitian yang dilakukan Layla pada siswi di MAN 13 Jakarta 2008 bahwa derajat nyeri dismenore yang dialami siswi tidak mengalami perubahan setelah meminum soft drink. Penelitian Ramadhanisya 2010 minuman bersoda tidak berpengaruh pada penurunan derajat nyeri dismenore. Maka, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa air bersoda dapat menangani nyeri menstruasi. Minum air bersoda ketika mengalami nyeri menstruasi merupakan suatu mitos yang terdapat di sekitar masyarakat dan tidak ada bukti kebenaran dari segi kesehatan bahkan telah dibuktikan bahwa kandungan yang terdapat dalam minuman soda dapat membahayakan saluran pencernaan karena dapat mengiritasi usus Ahmad, dalam Layla, 2008. b. Gambaran upaya penanganan dismenore dengan farmakologi Upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi pada siswi di SMK Arjuna Depok yang dibagi menjadi dua bagian yaitu minum obat anti nyeri dari obat-obat warung Feminax, Panadol, Biogesik, dll dan minum obat anti nyeri dari resep dokter Asetaminofen, Asam mefenamat, Aspirin, dll. Siswi yang melakukan upaya penanganan dismenore dengan meminum obat anti nyeri dari obat-obat warung sebanyak 16 siswi, yaitu 10 siswi meminum Feminax, 4 siswi meminum Panadol, 2 siswi meminum Biogesik dan tidak ada siswi yang meminum obat lainnya. Sedangkan tidak ada satu pun siswi yang melakukan upaya penanganan dismenore dengan meminum obat anti nyeri dari resep dokter. Hasil penelitian Paramita 2010 dari jumlah sampel 58 siswi di SMK YPKK I Sleman Yogyakarta hanya terdapat 6 siswi yang mengkonsumsi obat analgetik. Penelitian Fira pada SMAN 47 Jakarta 2009 dengan jumlah sampel 30 siswi hanya terdapat 8 siswi yang mengkonsumsi obat analgetik. Penelitian Nuzulia 2010 dari jumlah sampel 65 siswi di Pondok Pesantren Darurrahman Jakarta hanya 8 siswi yang mengkonsumsi obat analgetik. Wikjosastro 2005 mengungkapkan penggunaan obat analgesik dapat digunakan sebagai terapi simptomatik dan dapat ditemukan di pasaran. Selain itu terapi hormonal dan terapi obat nonsteroid antiprostaglandin dapat diberikan dengan resep dokter dan dibawah pengawasan dokter apabila ditemukan kelainan anatomis maka harus diberikan pengobatan dan dilakukan tindakan yang sesuai penyakitnya oleh dokter ahli. Kandungan yang terdapat pada obat warung seperti Feminax memiliki kandungan parasetamol 500 mg dan ekstrak hiosiamin, dosis penggunaan Feminax untuk dewasa sebanyak tiga kali sehari satu sampai dua tablet dan untuk anak berusia 10 sampai 16 tahun sebanyak tiga kali sehari satu tablet. Penggunaan Feminax dalam jangka waktu lama akan berakibat gangguan pada hati dan ginjal. Panadol mengandung parasetamol 500 mg, dosis penggunaan Panadol untuk dewasa tiga sampai empat kali sehari sebanyak 500 mg sampai 1 gram sesuai kebutuhan. Biogesik mengandung parasetamol 500 mg, dosis penggunaan Biogesik untuk dewasa sebanyak tiga kali sehari satu sampai dua tablet. Penggunaan parasetamol yang berlebihan dapat menimbulkan keracunan, anak-anak atau orang dengan kelainan fungsi hati dan ginjal harus mendapatkan takaran parasetamol yang tepat Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan, 2006. Penggunaan obat Feminax, Panadol dan Biogesik dapat digunakan pada perempuan yang mengalami dismenore tetapi penggunaannya mengikuti dosis yang tercantum dalam kemasan dan memastikan obat tersebut benar-benar aman untuk dikonsumsi. Pada hasil penelitian bahwa siswi lebih mengkonsumsi obat anti nyeri yang beredar dipasaran daripada obat anti nyeri dari resep dokter. Sulastri 2006 remaja putri yang mengalami dismenore jarang melakukan pemeriksaan ke dokter karena menganggap rasa nyeri yang dirasakan akan hilang dalam waktu 2 sampai 3 hari. Obat tanpa resep dokter merupakan obat yang dapat dibeli secara bebas dan aman dikonsumsi bila mengikuti aturan pakai dan dosis yang tercantum dalam kemasan serta harus memastikan obat bebas tersebut benar-benar obat bebas yang aman. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan 2006 mengungkapkan resiko yang terjadi apabila dalam penggunaan obat melebihi dosis dapat mengakibatkan nyeri lambung, jantung berdebar, gelisah, kejang atau hilang kesadaran dan dampak terburuk dapat mengakibatkan kematian. Rustamaji 2005 bahwa obat yang beredar harus memenuhi persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan klinik. Pemerintah melaksanakan kebijakan pemeliharaan mutu obat sebagai bentuk pengendalian dan pengawasan, semua obat sebelum diedarkan dipersyaratkan melalui penilaian kemanfaatan, keamanan dan mutu obat di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia BPOM RI.

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam penelitian ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner sehingga kebenaran data tergantung kepada kejujuran dan kemampuan responden pada saat memberikan jawaban. 2. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam penelitian ini, sehingga instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan mengenai upaya penanganan dismenore. 3. Kuesioner pada penelitian ini masih kurang dapat membahas lebih dalam tentang pertanyaan data demografi responden, derajat nyeri dan upaya penanganan dismenore responden

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswi SMK Arjuna Depok yang mengalami dismenore rata-rata berumur 15,9 tahun, usia pertama kali menstruasi rata-rata berumur 11,88 tahun, siklus menstruasi rata-rata 29,27 hari dan 20 siswi mengalami menstruasi yang tidak teratur. 2. Siswi SMK Arjuna Depok sebagian besar mengalami derajat dismenore nyeri ringan, yaitu sebanyak 60 siswi dan sebagian kecil siswi mengalami derajat dismenore nyeri berat, yaitu sebanyak 25 siswi. 3. Upaya penanganan dismenore dengan cara non farmakologi yang dilakukan oleh siswi SMK Arjuna Depok sebagian besar menangani dismenore dengan cara teknik distraksi, yaitu sebanyak 65 siswi dan sebagian kecil siswi menangani dismenore dengan cara lainnya, yaitu sebanyak 2 siswi. 4. Upaya penanganan dismenore dengan cara farmakologi yang dilakukan oleh siswi SMK Arjuna Depok sebagian besar menangani dismenore dengan meminum obat anti nyeri dari obat-obat warung, yaitu sebanyak 16 siswi dan tidak ada satu pun siswi yang meminum obat anti nyeri dari resep dokter.

B. Saran

1. Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan diharapkan mampu bekerjasama dengan dinas pendidikan dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada remaja putri dalam hal kesehatan reproduksi dan penanganan yang dilakukan oleh perawat tidak hanya dengan cara farmakologi tetapi dapat diterapkan cara non farmakologi pada pasien nyeri sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam menangani masalah nyeri. 2. Instansi Pendidikan SMK Arjuna Depok Instansi pendidikan SMK Arjuna Depok diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi wanita khususnya yang berhubungan dengan penanganan dismenore agar pengelola UKS dapat menangani siswi yang mengalami dismenore sehingga siswi dapat melanjutkan kegiatan sekolah, materi upaya penanganan dismenore dapat diajarkan pada mata pelajaran kesehatan jasmani agar meningkatkan wawasan pengetahuan pada siswi dan diharapkan instansi sekolah dapat mengadakan kegiatan penyuluhan baik secara individu maupun kelompok yang bekerja sama dengan tenaga instansi kesehatan setempat. 3. Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian dengan variabel-variabel lainnya yang berkaitan dengan dismenore, seperti status gizi pada anak yang mengalami dismenore, pengaruh dismenore terhadap aktivitas anak, perbedaan dismenore sebelum dan sesudah melakukan upaya penanganan serta menggunakan metode yang lebih lengkap, seperti wawancara dan observasi. Sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi remaja putri. DAFTAR PUSTAKA Amanih, Nyi. 2003. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap DismenorePrimer Pada Mahasiswi Semester VIII S1 Keperawatan di UniversitasMuhammadiyah Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. Website: http:digilib . unimus. ac. id. Diakses tanggal 12 mei 2011. Badziad, A. 2003. Endokrinologidan Ginekologi Edisi kedua.Jakarta : MediaAesculapius. Barry, Khatleen. 1995. The Prostitution of sexuality. New York : New York University Press. Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi keempat. Jakarta : EGC. Carey, C. S. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika. Dariyo, Agus. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Galia Indonesia. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Depkes RI. 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005. Jakarta. Dianawati, Ajen. 2003. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta : Kawan Pustaka. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas Terbatas. Jakarta. Farisa, Putri. 2002. Pengaruh Tehnik Pemijatan Terhadap Penurunan Nyeri Saat MenstruasiPada Siswi 2 SMAN Surabaya. Surabaya : Universitas Airlangga. Website: http:digilib . unair. ac. id. Diakses tanggal 11 mei 2011. Hartwell, Elizabeth A. 1992. Pain related in dysmenorrhea. available at : http:www.pedspain.com . Hasanah, Oswati. 2010. Efektifitas Terapi Akupresur terhadap Dismenore pada Remaja di SMPN 5 dan SMPN 13 Pekanbaru. Jakarta : FIK-UI. Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, E. B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Istiqomah, Puji. 2009. Efektivitas Senam Dismenore Dalam Mengurangi Dismenore Pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang. Website: http:digilib . unimus. ac. id. Diakses tanggal 11 mei 2011. Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa Jilid I. Bandung : Mandar Maju. Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa Cet. I. Jakarta : Puspa Swara. Kelly, Tracey. 2007. 50 Rahasia Alami Meringankan Sindrom Pramenstruasi. Jakarta : Erlangga. Kozier, Barbara. 1983. Fundamental of Nursing: Concepts and Procedures. 2th ed. California : Addition-Whesley Publishing Company. Leppert, Phyllis. 2004. Primary care for women. 2th ed. Philadelphia: Lippincott- Williams Wilkins. Llewellyn, D dan Jones. 2001. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi keenam. Jakarta : Kawan Pustaka. Manuaba, I. G. B. 1999. Memahami Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Marvia, Eva. 2008. Pengaruh Tehnik Distraksi Mendengarkan MusikTerhadap Penurunan Nyeri Saat MenstruasiHari ke-1 Pada Mahasiswa PSIK UMY. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Website: http:digilib . umy. ac. id. Diakses tanggal 5 Desember 2011. Paramita, Dyah. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Dismenore Dengan Perilaku Penanganan Dismenore Pada Siswi SMK YPKK I Sleman Yogyakarta. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Website : http:digilib.unisem.ac.id . Diakses tanggal 25 april 2011. Pardede, Nanci. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak Edisi pertama. Jakarta : Sagung Seto. Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi keempat. Jakarta : EGC. Proverawati, Atikah dan Siti Misaroh. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Yogyakarta : Numed. Rabi’al, Jihan. 2009. Efektivitas Terapi Perilaku Kognitif Relaksasi dan Distraksi pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Sumatra: Universitas Sumatra Utara. Website: http:repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 06 mei 2012. Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan. Ramali, Ahmad. 2003. Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan Istilah. Jakarta : Djambatan. Rumini, Sri dan Sundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta.