Pengujian Brine Shrimp Lethality Test BSLT

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap senyawa yang tidak tahan panas. Proses ekstraksi ini menggunakan teknik maserasi bertingkat dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda, yakni n-heksan yang merupakan pelarut nonpolar, kemudian dilanjutkan dengan etil asetat yang merupakan pelarut semi polar, dan selanjutnya dengan menggunakan pelarut metanol yang merupakan pelarut polar. Alasan penggunaan teknik maserasi bertingkat yakni untuk memaksimalkan proses ekstraksi, dimana senyawa akan terekstraksi berdasarkan sifat kepolarannya. Selain itu teknik ini juga digunakan untuk memperoleh hasil rendemen yang lebih banyak. Maserasi dilakukan selama 1-2 hari dengan beberapa kali pengocokan, volume n-heksan yang digunakan sebanyak 7 liter Hasil maserasi disaring dengan menggunakan kapas kemudian dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrat dengan ampas. Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan dengan vacuum rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental. Ampas yang tersisa dilakukan maserasi kembali dengan menggunakan pelarut n-heksan. Maserasi dengan pelarut n-heksan dilakukan sebanyak 7 kali hingga pelarut bening. Ampas yang tersisa dilakukan remaserasi dengan menggunakan pelarut etil asetat, volume etil asetat yang digunakan sebanyak 16 liter. Prosedur ekstraksi sama dengan prosedur ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksan. Maserasi dengan pelarut etil asetat dilakukan sebanyak 14 kali hingga pelarut bening. Selanjutnya ampas yang tersisa dilakukan remaserasi dengan menggunakan pelarut metanol, volume metanol yang digunakan sebanyak 10 liter. Prosedur ekstraksi sama dengan prosedur ekstraksi sebelumnya. Maserasi dengan pelarut metanol dilakukan sebanyak 8 kali hingga pelarut bening. Dari hasil maserasi diperoleh tiga ekstrak kental, yakni ekstrak n- heksan 9,7329 g, ekstrak etil asetat 66,279 g, dan ekstrak metanol 95,789 g Lampiran 4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.1. Hasil rendemen ektrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol. Total Simplisia Ekstrak Bobot Rendemen 944 g n-heksan 9,7329 g 1,0310 Etil asetat 66,2791 g 7,0211 Metanol 95,7891 g 10,1471

4.4. Penapisan Fitokimia

Uji penapisan fitokimia dilakukan terhadap ekstrak etil asetat daun Angiopteris palmiformis Cav. C. Chr. Hasil uji penapisan fitokimia tersebut menunjukkan hasil positif untuk terpenoid, tanin, dan fenolik. Hasil positif pada terpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna kecoklatan, sedangkan pada tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau kecoklatan dan pada fenolik ditunjukkan dengan terbentuknya warna hitam. Tabel 4.2. Hasil uji penapisan fitokimia dari ekstrak etil asetat daun Angiopteris palmiformis Cav. C. Chr. No Golongan Kimia Hasil Pengamatan 1 Alkaloid - 2 Saponin - 3 Flavonoid - 4 Terpenoid + 5 Tanin + 6 Fenolik + 7 Glikosida jantung -

4.5. Isolasi dan Pemurnian Senyawa

Kromatografi lapis tipis pada awalnya dilakukan terhadap ekstrak etil asetat daun Angiopteris palmiformis Cav. C. Chr. dengan fase diam plat klt silika gel 60 GF 254 serta fase gerak n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Nilai Rf yang diperoleh sebesar 0,25 Lampiran 3. Setelah dilakukan kromatografi lapis tipis, dilakukan kromatografi kolom terhadap ekstrak etil asetat daun Angiopteris palmiformis Cav. C.