Spektrofotometri UV-Vis Karakterisasi Senyawa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta detektor, serta perekam untuk menampilkan spektrum Willard et al., 1988. Pada spektroskopi NMR untuk mendeteksi proton, sampel dilarutkan di pelarut yang protonnya diganti atom deutrium, misalnya kloroform-d CDCl 3 , aseton-d 6 , dan benzena-d 6 Willard et al., 1988.

2.6.5. Gas Chromatography Mass Spectrometry GCMS

GC-MS merupakan sistem pengenalan sampel yang menggabungkan antara GC dengan MS. Hasilnya, spektrometer massa berfungsi sebagai detektor, aliran gas dari kromatografi gas masuk melalui katup ke dalam pipa, dimana gas akan melewati bocoran molekul. Beberapa aliran gas selanjutnya masuk ke ruang ionisasi pada spektometer massa. Dengan cara ini memungkinkan perolehan spektrum setiap komponen pada campuran yang diinjeksikan ke dalam kromatografi gas tersebut Pavia et al., 2001. Dengan sistem GC-MS, campuran dapat dianalisa dan dilakukan pencarian pada library untuk tiap komponen penyusun campuran. Jika komponen merupakan senyawa yang diketahui, senyawa tersebut dapat diidentifikasi sementara dengan membandingkan antara senyawa-senyawa yang ditemukan di library komputer Pavia et al., 2001. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari- jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Dari data spektrum MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersebut Pavia et al., 2001.

2.6.6. Spektroskopi Infrared IR

Absorpsi molekul pada infrared atau infra merah terjadi ketika molekul tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Suatu molekul hanya menyerap frekuensi energi tertentu dari radiasi infra merah. Kegunaan spektroskopi IR adalah sebagai sidik jari suatu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta molekul dan untuk menentukan informasi struktural dari suatu molekul. Absorpsi dari tiap tipe ikatan N-H, C-H, O-H, C-X, C=O, C-O, C-C, C=C, dan sebagainya umumnya ditemukan hanya dalam porsi yang sedikit dari area vibrasi inframerah. Rentang kecil dari absorpsi dapat didefinisikan untuk tiap ikatan Pavia et al., 2001. Instrumen yang menentukan spektrum absorpsi dari suatu senyawa disebut spektrometer infra merah. Ada dua tipe spetrometer inframerah yang umum digunakan di laboratorium organik, yakni instrumen dispersif dan Fourier Transform FT. Kedua tipe instrumen tersebut menyediakan spektrum senyawa dalam area umum 4000 hingga 400 cm -1 . Meskipun kedunya menyediakan spektrum yang nyaris identik dari senyawa yang diuji, FT Infrared FTIR memberikan spektrum IR yang lebih cepat dari instrumen dispersif Pavia et al., 2001. Untuk menentukan spektrum IR dari suatu senyawa, senyawa harus ditempatkan di sampel holder atau sel. Sel harus terbuat dari bahan ionik seperti natrium klorida atau kalium bromida. Plat kalium bromida KBr lebih mahal dan memiliki kelebihan dalam penggunaan di rentang 4000 hingga 400 cm -1 . Natrium klorida luas digunakan karena murah, penggunaannya dalam rentang 4000 hingga 650 cm -1 Pavia et al., 2001.

2.7. Pengujian Toksisitas dengan Metode

Brine Shrimp Lethality Test BSLT Bioassay umum yang mampu mendeteksi spektrum luas dari bioaktifitas yang terdapat pada ekstrak mentah adalah Brine Shrimp Lethality Test BSLT. Teknik ini mudah, murah, dan menggunakan bahan uji yang sedikit. Tujuan metode ini untuk menyediakan penapisan awal yang dapat didukung dengan bioassay yang lebih spesifik dan mahal setelah senyawa aktif telah diisolasi. BSLT mampu memprediksikan aktifitas sitotoksisitas dan pestisidal Ghisalberti, 1993 dalam Hamid et al., 2011.