UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.6.4. Spektroskopi Nuclear Magnetic Resonance NMR
Nuclear Magnetic Resonance NMR merupakan metode spektroskopi yang lebih penting dalam kimia organik dibandingkan
spektroskopi inframerah. Banyak inti dapat dipelajari dengan teknik NMR, namun hidrogen dan karbon yang paling banyak tersedia.
NMR memberikan informasi tentang jumlah atom magnetik yang jelas. Ketika atom hidrogen proton dipelajari, sesorang dapat
menentukan jumlah dari tiap tipe yang jelas dari inti hidrogen. Informasi yang sama juga dapat ditentukan untuk inti karbon.
Kombinasi data NMR dan spektroskopi inframerah sering digunakan untuk menentukan struktur molekul yang belum diketahui Pavia, et
al., 2001. Dalam spektroskopi NMR, karakteristik absorpsi energi
oleh perputaran inti dalam medan magnet yang kuat, ketika diiradiasi oleh medan yang lebih lemah dan singkat, memungkinkan
identifikasi atom dalam molekul. Absorpsi terjadi ketika inti tersebut bertransisi dari satu garis sejajar dalam medan ke garis sejajar lain
Willard et al., 1988. Prinsip dasar spektroskopi NMR yakni inti dari setiap
isotop tertentu memiliki gerakan berputar di sekeliling sumbunya. Perputaran partikel berenergi atau sirkulasinya, menimbulkan
kejadian magnetis sepanjang sumbu perputaran. Jika inti diletakkan di luar medan magnet maka momen magnetisnya dapat sejajar atau
melawan medan magnet Willard et al., 1988. Instrumen NMR terdiri dari magnet untuk memisahkan
ketetapan energi perputaran inti, sedikitnya dua rf channels dimana satu untuk medan atau stabilisasi frekuensi dan satu untuk
melengkapi energi iradiasi rf, sampel probe yang mengandung kumparan untuk coupling sampel dengan medan rf, detektor untuk
memproses sinyal NMR, generator sapuan untuk menyapu baik medan magnet maupun medan rf melalui frekuensi resonansi sampel,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
detektor, serta perekam untuk menampilkan spektrum Willard et al., 1988.
Pada spektroskopi NMR untuk mendeteksi proton, sampel dilarutkan di pelarut yang protonnya diganti atom deutrium,
misalnya kloroform-d CDCl
3
, aseton-d
6
, dan benzena-d
6
Willard et al., 1988.
2.6.5. Gas Chromatography Mass Spectrometry GCMS
GC-MS merupakan sistem pengenalan sampel yang menggabungkan antara GC dengan MS. Hasilnya, spektrometer
massa berfungsi sebagai detektor, aliran gas dari kromatografi gas masuk melalui katup ke dalam pipa, dimana gas akan melewati
bocoran molekul. Beberapa aliran gas selanjutnya masuk ke ruang ionisasi pada spektometer massa. Dengan cara ini memungkinkan
perolehan spektrum setiap komponen pada campuran yang diinjeksikan ke dalam kromatografi gas tersebut Pavia et al., 2001.
Dengan sistem GC-MS, campuran dapat dianalisa dan dilakukan pencarian pada library untuk tiap komponen penyusun
campuran. Jika komponen merupakan senyawa yang diketahui, senyawa
tersebut dapat
diidentifikasi sementara
dengan membandingkan antara senyawa-senyawa yang ditemukan di library
komputer Pavia et al., 2001. Spektroskopi massa adalah suatu metode untuk mendapatkan
berat molekul dengan cara mencari perbandingan massa terhadap muatan dari ion yang muatannya diketahui dengan mengukur jari-
jari orbit melingkarnya dalam medan magnetik seragam. Dari data spektrum MS, bisa diperoleh informasi mengenai massa molekul
relatif dari senyawa sampel tersebut Pavia et al., 2001.
2.6.6. Spektroskopi Infrared IR
Absorpsi molekul pada infrared atau infra merah terjadi ketika molekul tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi. Suatu
molekul hanya menyerap frekuensi energi tertentu dari radiasi infra merah. Kegunaan spektroskopi IR adalah sebagai sidik jari suatu