Penyiapan Simplisia Pembuatan Ekstrak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta e. Identifikasi Tanin Sebanyak 0,5 g ekstrak dipanaskan dalam 10 mL air dalam tabung reaksi dan kemudian disaring. Ditambahkan beberapa tetes FeCl 3 0,1 dan diamati perubahan warna menjadi hijau kecoklatan atau biru kehitaman Ayoola et al., 2008. f. Identifikasi Fenolik Sejumlah ekstrak ditambahkan 3-4 tetes larutan besi klorida. Terbentuknya warna hitam kebiruan menunjukkan adanya fenolik Tiwari, et al., 2011. g. Identifikasi Glikosida Jantung 0,5 g ekstrak dilarutkan ke campuran 5 mL air, 2 mL asam asetat glasial, satu tetes larutan besi klorida. Sebelumnya dialasi 1 mL asam sulfat konsentrat. Cincin coklat pada interfase mengindikasikan adanya gula deoksi dari kardenolid. Cincin ungu dapat muncul di bawah cincin coklat, sementara pada lapisan asam asetat muncul cincin kehijauan di atas cincin coklat dan berangsur- angsur menyebar ke seluruh lapisan ini Ayoola et al., 2008.

3.3.5. Isolasi dan Pemurnian Senyawa

a. Pemisahan dengan Kromatografi Kolom Pemisahan dengan kromatografi kolom diawali dengan pembuatan kolom kromatografi dengan menggunakan silika gel 60 0,063-0,200 sebagai fase diamnya dan perbandingan komposisi pelarut n-heksan, etil asetat, dan metanol sebagai fase geraknya. Pada pembuatan kolom kromatografi pertama, kolom yang digunakan adalah kolom dengan diameter – cm dan panjang – cm. Sejumlah kapas dimasukkan ke dalam bagian paling bawah dari kolom, tidak terlalu padat atau terlalu longgar. Silika gel 140 gram dibuat menjadi bubur silika dengan didispersikan dalam pelarut n- heksan. Silika gel yang telah basah atau seperti bubur dimasukkan dengan hati-hati ke dalam kolom, kemudian diketuk secara perlahan agar diperoleh susunan yang rata di dalam kolom, kemudian dibilas dengan pelarut n-heksan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Selanjutnya, ekstrak kental 14 gram digerus dengan silika gel 12 gram sehingga diperoleh ekstrak kering, kemudian ekstrak tersebut dimasukkan perlahan ke dalam kolom. Setelah kolom siap, maka eluen dimasukkan perlahan-lahan dimulai dari n-heksan 100 dan ditingkatkan kepolarannya menjadi n-heksan : etil asetat = 9:1 hingga etil setat 100 kemudian dilanjutkan dengan perbandingan etil asetat : metanol = 9:1 hingga metanol 100. Adapun jumlah pelarut yang digunakan yakni 100 mL untuk tiap perbandingan. Hasil pemisahan ditampung dalam botol vial, masing-masing 5 mL dan diberi nomor. Kemudian masing-masing fraksi pada vial diuji dengan KLT untuk mengetahui botol vial yang memiliki bercak yang sama. Fraksi yang menampakkan bercak yang sama dikumpulkan dan disatukan dalam 1 vial. Kemudian pada kromatografi kolom kedua, silika gel yang digunakan sebanyak 15 gram yang dibuat bubur silika dan dilakukan penyiapan kolom kedua seperti kolom pertama. Sebanyak 0,6 gram fraksi D dimasukkan ke dalam kolom yang telah berisi bubur silika yang telah dimampatkan, kemudian dialiri eluen n-heksan 100 hingga hasil isolasi yang ditampung dalam vial berwarna bening. Kemudian dilanjutkan dengan eluen n-heksan:etil asetat=9:1 hingga hasil isolasi yang ditampung dalam vial berwarna bening. Kemudian dilanjutkan dengan eluen n-heksan:etil asetat = 8:2 hingga eluen n- heksan:etil asetat = 4:6 hingga hasil isolasi yang ditampung dalam vial berwarna bening. Setelah itu, kolom dibilas dengan menggunakan etil asetat 100 sebanyak 120 mL. Hasil pemisahan ditampung dalam botol vial, masing-masing 5 mL dan diberi nomor. Kemudian masing-masing fraksi pada vial diuji dengan KLT untuk mengetahui botol vial yang memiliki bercak yang sama. Fraksi yang menampakkan bercak yang sama dikumpulkan dan disatukan dalam 1 vial.