remaja yang bersifat melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma
– norma agama.
Jadi  kenakalan  remaja  adalah  segala  sesuatu  perilaku  remaja  yang bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang sampai
pada  tindakan  kriminal  yang  dilakukan  oleh  remaja.  Adapun  kenakalan
remaja yang sering terjadi di sekolah adalah perilaku bullying.
b. Jenis – jenis kenakalan remaja
Jensen 1985 membagi kenakalan remaja menjadi 4 jenis, yaitu : a  Kenakalan  remaja  yang  menimbulkan  korban  fisik  pada  orang  lain.
Seperti : perkelahian, pembunuhan, perampokan, dan lain-lain. b  Kenakalan  yang  menibulkan  korban  materi  :  perusakan,  pencurian,
pemerasan, dan lain-lain. c Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.
Seperti pelacuran, penyalahgunaan obat, dan lain-lain. d Kenakalan  yang melawan status,  Seperti :  mengingkari status  sebagai
pelajar  dengan  cara  membolos,  mengingkari  status  orang  tua  dengan cara minggat dari rumah, dan lain-lain. Sarwono, 2012
B. Persepsi
Walgito 2001 menjelaskan persepsi adalah suatu proses pengoganisasian, penginterpresatasian, terhadap rangsang yang diterima oleh individu, sehingga
merupakan  sesuatu  yang  berarti  dan  merupakan  aktivitas  yang  terintegrasi dalam  diri  individu.  Menurut  pendapat  Maramis  1999  menyebutkan  bahwa
persepsi  adalah  daya  mengenal  barang  kualitas  atau  hubungan  dan  perbedaan antara hal ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancaindra mendapat rangsang Sunaryo, 2002.
Marliyah  2004  menjelaskan  persepsi  adalah  penafsiran  unik  terhadap situasi dan bukan merupakan pencarian yang benar terhadap situasi. Sedangkan
menurut Seamon dan Kenrick 1994 persepsi adalah sesuatu yang melibatkan proses  organisasi  dan  interprestasi  dari  stimulus-stimulus  untuk  memberikan
makna-makna  tertentu.  Menurut  Rakhmat  2000  penyimpulan  informasi  dan penafsiran  kesan  dari  pengalaman  akan  objek,  peristiwa,  dan  hubungan-
hubungan  yang  diperoleh  inilah  yang  akhirnya  akan  membentuk  persepsi Marliyah, 2004.
Dari  beberapa  definisi  diatas  dapat  disimpulkan  bahwa  persepsi  adalah penafsiran  individu  terhadap  stimulus-stimulus  yang  datang  padanya  melalui
panca indra terhadap situasi. 2. Jenis-jenis Persepsi
Ada dua macam persepsi yaitu : a.  External  perception  adalah  persepsi  yang  terjadi  karena  adanya  rangsang
yang datang dari luar individu. b.  Self-perception  adalah  persepsi  yang  terjadi  karena  adanya  rangsang  yang
berasal  dari  dalam  diri  individu,  dalam  hal  ini  yang  menjadi  objek  adalah dirinya sendiri Sunaryo, 2002
3. Syarat Terjadinya Persepsi Persepsi  adalah  suatu  proses  yang  didahului  pengindraan,  yaitu  dengan
diterimanya  stimulus  oleh  reseptor,  diteruskan  ke  otak  atau  pusat  saraf  yang  di organisasikan dan diinterprestasikan sebagai proses psikologis. Akhirnya individu
menyadari apa yang dilihat dan didengarkan. Berikut syarat terjadinya persepsi : a. Adanya Objek : objek  → stimulus → alat indra reseptor.
Stimulus berasal dari luar individu langsung mengenai alat indrareseptor dan  dari  dalam  diri  individu  langsung  mengenai  saraf  sensoris  yang  bekerja
sebagai reseptor. b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi.
c. Adanya alat indra sebagai reseptor penerima stimulus. d.  Saraf  sensoris  sebagai  alat  untuk  meneruskan  stimulus  ke  otak  pusat
sarafpusat  kesadaran.  Dari  otak  dibawa  melalui  saraf  motoris  sebagai  alat untuk mengadakan respons Sunaryo, 2002.
4. Proses Terjadinya Persepsi Persepsi melewati tiga proses, yaitu :
a. Proses Fisik kealaman : Objek → stimulus → reseptor atau alat indra. b. proses fisiologis : stimulus → saraf sensoris → otak.
c.  Proses  Psikologis  :  Proses  dalam  otak  sehingga  individu  menyadari  stimulus yang diterima.
Penelitian  yang  dilakukan  oleh  Rahman  2008  menunjukan  bahwa semakin  positif  remaja  mempersepsikan  pola  asuh  ayah  dan  ibunya,  maka
semakin positif pula perilaku disiplin remaja tersebut. Penyebabnya adalah peran
keluarga dapat memberikan dasar pembentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan  pendidikan  pada  anak,  yang  semua  itu  mampu  di  persepsi  remaja  secara
positif, sehingga berdampak positif pula pada kualitas kepribadian remaja, dalam hal  ini  pada  perilaku  disiplinya.  Hal  ini  menunjukan  bahwa  persepsi  dapat
mempengaruhi perilaku. Hurlock  2005  menyatakan  bahwa  persepsi  individu  dapat  memotivasi
perilakunya  lebih  lanjut.  objek  persepsi  yang  dinilai  tidak  menyenangkan  maka perilakunya negatif, sebaliknya individu yang mempersepsikan suatu objek secara
positif,    maka  akan  mengkondisikan  individu  secara  psikologis  sebagai  motivasi untuk berperilaku positif.
C. Pola Asuh Orang Tua 1.