Faktor-faktor penyebab terjadinya Bullying

d. Mengatakan kebohongan atau rumor yang keliru mengenai seseorang atau membuat siswa lain tidak menyukai seseorang dan hal-hal semacamnya.

3. Faktor-faktor penyebab terjadinya Bullying

Terdapat tujuh faktor yang menyebabkan terjadi bullying menurut Astuti 2008 :

a. Perbedaan kelas

Seringkali perbedaan kelas menjadi penyebab terjadinya bullying, sebagai contoh perbedaan kelas di sekolah, senior akan cenderung melakukan tindakan bullying kepada juniornya karena merasa berkuasa. Selain itu perbedaan kelas disni juga termasuk perbedaan gender, agama, ekonomi, etnisitas atau rasisme. Sebagai contoh perbedaan kelas ekonomi, seseorang yang berada pada ekonomi yang berbeda dengan tingkatan ekonomi mayoritas kelompoknya cenderung menjadi korban bullying. b. Tradisi senioritas Tradisi yang diwariskan oleh seniornya dahulu seringkali dijadikan alasan melakukan bullying, contohnya seperti tradisi kelas x tidak boleh melewati kelas y, dan apabila dilanggar akan mendapatkan sanksi berupa teguran dan lain sebaginya, dan tradisi ini berlangsung terus menerus. d. Senioritas Penyebab senioritas ini datang dari diri siswanya sendiri dengan alasan untuk menunjukan diri atau mencari popularitas, ajang balas dendam, atau mungkin menunjukan kekuasaan. e. Keluarga yang tidak rukun Masalah yang terjadi pada keluarga seperti perceraian orang tua, kurangnya komunikasi, ketidak harmonisan orang tua, masalah sosial ekonomi, dan lain-lain dapat menjadi penyebab perilaku bullying. f. Iklim sekolah yang tidak harmonis Situasi sekolah sebagai lembaga pendidikan juga dapat menjadi penyebab perilaku bullying, sebagai contoh peraturan sekolah yang tidak ditegakkan, minimnya pengawsan dari guru, dan tidak layaknya bimbingan etika dari guru. g. Karakter individu atau kelompok Dendam, iri hati, adanya hasrat ingin menguasai, ingin mendapatkan popularitas dapat menjadi salah satu penyebab perilaku bullying. h. Persepsi yang salah atas perilaku korban Korban sering merasa bahwa dirinya memang pantas diperlakukan seperti itu di-bully, sehingga tidak ada usaha untuk menghentikan tindakan itu walaupun dilakukan berulang-ulang. Sedangkan Quiroz dkk 2006 mengemukakan tiga faktor yang dapat menyebabkan perilaku bullying, sebagai berikut : a. Keluarga Anak akan meniru perilaku yang dia lihat dikeluarganya, baik itu orang tua maupun kakak kandungnya, sehingga menjadi nilai atau perilaku yang dia anut, jika anak di besarkan di lingkungan keluarga yang mentoleransi kekerasan atau perilaku bullying maka anak akan beranggapan bahwa perilaku bullying adalah perilaku yang wajar dilakukan untuk membina suatu hubungan atau untuk mencapai apa yang dia inginkan. Menurut Haryana dalam Yayasan Sejiwa, 2008, karena faktor orang tua di rumah yang tipe suka memaki, membandingkan atau melakukan kekerasan fisik, maka anak pun menganggap benar bahasa kekerasan. Hal ini juga berhubungan dengan bagaimana pola asuh orang tua di rumah. b. Teman sebaya Teman sebaya adalah salah satu penyumbang besar dalam perilaku bullying, disebabkan oleh adanya teman sebaya yang meberikan pengaruh negatif dengan cara menyebarkan ide baik itu secara aktif maupun secara pasif. Selain itu remaja juga cenderung mengikuti apa yang teman sebayanya lakukan konformitas. Remaja berkeinginan untuk tidak lagi tergantung pada keluarganya dan mulai mencari dukungan dan rasa aman dari kelompok sebayanya. c. Pengaruh media Media membawa pengaruh kepada remaja karena remaja cenderung ingin mencoba dan penasaran dengan apa yang dilihatnya, seperti di tv, sebagai contoh perilaku bullying seperti di sinetron – sinetron di Indonesia yang banyak sekali mengajarkan bullying. Sedangkan menurut Gentile Bushman 2012 menjelaskan sedikitnya ada 6 faktor risiko yang menyebabkan seseorang menjadi pelaku bullying yaitu : a. Kecenderungan dalam permusuhan Dalam kehidupan sehari-hari terkadang permusuhan tidak dapat dihindari, merasa dimusuhi akan membuat anak ingin membalas dendam. b. Kurangnya perhatian Kurangnya perhatian dari orang tua akan menyebabkan si anak mencari perhatian diluar rumahnya dengan cara menunjukan kekuatan dan popularitasnya diluar rumah. c. Gender sebagai laki-laki Seringkali orang beranggapan bahwa gender sebagi laki-laki harus kuat dan tidak dapat dikalahkan oleh laki-laki lain hal ini pada akhirnya akan membeuat orang cenderung agresif secara fisik. d. Riwayat sebagai korban kekerasan Seorang yang pernah menjadi korban kekerasan khususnya dari orang tua cenderung melakukan kekerasan juga kepada temanya diluar rumah. c. Riwayat berkelahi Kadang seseorang yang pernah berkelahi cenderung akan melakukanya lagi, ini bisa terjadi kemungkinan karena mereka senang untuk dipuji. d. Terpapar kekerasan dari media Tv, film, atau video game adalah media yang biasa menjadi contoh perilaku kekerasan pada anak yang pada akhirnya akan ditiru oleh anak, maka dari itu orang tua harus dapat melakukan pendampingan ketika anak dibawah umur sedang menonton tv, film,atau video game agar anak tidak terinspirasi untuk melakukannya. Menurut Nugraha 2012, contoh perilaku bullying yang banyak disaksikan di tv adalah perilaku bullying yang ada pada serial kartun Doraemon.

4. Peran – peran dalam perilaku bullying

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pola Perilaku Anak Dalam Menonton Televisi Di Perumahan Taman Setia Budi Indah.

5 37 92

Pola Asuh Orang Tua Dan Perilaku Agresif Remaja di STM Raksana Medan

5 82 101

Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif anak pra sekolah TK Ketilang Ciputat

1 13 106

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DAN JENIS KELAMIN Perilaku Bullying Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Jenis Kelamin.

0 2 19

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN Perilaku Bullying Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Jenis Kelamin.

0 2 19

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 2 10

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 17

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 16