Peran – peran dalam perilaku bullying 5. Dampak permissive

perilaku bullying yang banyak disaksikan di tv adalah perilaku bullying yang ada pada serial kartun Doraemon.

4. Peran – peran dalam perilaku bullying

a. Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan aktif terlibat dalam perilaku bullying. b. Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun dia cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully. c. Rincofer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya. d. Defender adalah orang yang berusaha membela dan membantu korban, seringkali akhirnya mereka menjadi korban juga. e. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli. Salmivalli et al.

1996. 5. Dampak

Bullying Akibat bullying pada diri korban timbul perasaan tertekan oleh perilaku menguasai korban Rigby,1996;Fontaine,1991;SharpSmith, 1994 dalam Astuti, 2007. Akibat bullying bagi korban menyebabkan dirinya mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri self-esteem yang merosot, malu, trauma, tidak mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah, dan takut sekolah school phobia, dimana dia tidak merasa ada yang menolong, dalam kondisi selanjutnya ditemukan bahwa korban kemudian mengasingkan diri dari sekolah, atau menderita ketakutan sosial social phobia, bahkan cenderung ingin bunuh diri Astuti Selain dampak-dampak bullying yang telah dipaparkan diatas, penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut: a. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan dan kesepian Rigby,

2003. b. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korban

merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri Djuwita, dkk , 2005. c. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet tangannya Djuwita, dkk , 2005. d. Membenci lingkungan sosialnya, tidak mau berangkat ke sekolah Forero et all 1999. e. Keinginan untuk bunuh diri Kaltiala Heino, 1999. f. Kesulitan konsentrasi, rasa takut berkepanjangan dan depresi Bond, 2001. g. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis Banks, 1993. h. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan baik dengan orang lain.

i. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga Rigby, 1999.

j. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah Rigby, 2003. www.psychologymania.com 6. Penanggulangan Bullying Melihat dari dampaknya yang besar sudah seharusnya bullying ini menjadi lebih diperhatikan, di Indonesia program untuk menghentikan bullying belum difikirkan secara khusus oleh sekolah atau Departemen Pendidikan, bagi Departemen Pendidikan penanganan masalah bullying masih merupakan bagian dari peraturan etika sekolah yang berada dibawah wewenang petugas atau guru bimbingan atau penyuluhan, sementara sekolah tidak memasukan bullying ini kedalam program khusus, padahal untuk menangani bullying ini memerlukan metode penanganan khusus, dan dilakukan oleh guru atau petugas khusus yang telah dilatih khusus mengenai bullying Astuti, 2008. Beberapa contoh metode dan pelatihan yang dilakukan disekolah-sekolah di Amerika serikat, Australia, dan Eropa serta beberapa negara lain : a. Peer partnering befriending : bagian dari intervensi prososial melaui pemanfaatan peer group untuk mendampingi, menjaga murid-murid yang kecil dan lemah yang rawan menjadi korban bullying, aktivitasnya adalah support dan “pelajaran” agar percaya diri, termpil membuat tugas sekolah, mudah beradaptasi dan membuat pertemanan. b. Peer mentoring : mengenal, bicara, berempati dan mendampingi siswa, lingkungan dan pelajaran yang di perolehnya. Membimbing agar siswa memperoleh self-esteem agar percaya diri, mampu memecahkan masalah dan mempunyai arti bagi orang lain, mentoring bisa dilakukan dengan role play. c. Mengefektifkan mentoring dan mediasi : secara aktif mendengar, membantu memberikan feed back atas masalah yang di hadapi siswa menggunakan metode “saya” yang berfokus pada feeling, dan hindari menyalahkan blaming. d. Share responsibility : jika ada bullying yang melibatkan kelompok , maka kelompok tersebut harus bertanggung jawab membuat sesuatu memperbaiki sikap terutama pada korban dan komunitasnya e. Supporting network : mengumpulkan, menyeleksi, dan mengelolah data dan informasi terbaru dengan rekan sesama orang tua,guru, murid dan pihak lain yang mengetahui masalah bullying. f. PEACE pack : preparation, education,action coping, evaluation. Paket ini melibatkan semua pihak yang berada disekolah, yakni staf, guru, orang tua murid dan murid. g. Melakukan kontrol dan komunikasi dengan anak : mengajak anak untuk mampu berkomunikasi dan mengutarakan pendapat tentang masalah masing-masing sehari-hari. h. Intervensi sosial-kognitif oleh adults children together-againts violence yang menugaskan orang tua dan orang dewasa untuk melindungi anak-anak dari kekerasan dan luka-luka dengan membentuk lingkungan pembelajaran yang berfokus pada keterampilan fisik dan sosial yang non-agresif Fuantes Silva, the community psychologist, vol. 37,2 spring, 2004 dalam Astuti 2008

E. Kerangka Teori

Kerangka teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori perilaku Lawrance Green, teori ini menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi disposing faktor adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi perilaku seseorang, faktor pemungkin enabling faktor adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi suatu tindakan , faktor penguat reinforcing faktor adalah faktor yang mendorong atau memperkuat perilaku dan berikut skemanya : Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi Kerangka teori perilaku Lawrence Green 1980, Quiroz dkk 2006. WHO 2010, Astuti 2008, Baumrind dalam Fathi, 2011, Santrock 2007,Wong dkk 2009 Faktor Penguat  Pengaruh media  Iklim sekolah yang tidak harmonis  Keluarga yang tidak rukun  Persepsi yang salah tentang perilaku korban Faktor Pemungkin  Perbedaan kelas  Tradsisi senioritas  Senioritas  Karakter individu atau kelompok Risiko perilaku bullying di sekolah Fisik Non fisik Remaja  Batasan usia 10 – 20 tahun  Perubahan yang terjadi pada remaja : biologis, kognitif, dan sosio- emosional verbal Non verbalpsikologis Faktor Predisposisi  Persepsi jenis pola asuh orang tua demokratis, otoriter, dan permesif 43 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dari penelitian in adalah persepsi jenis pola asuh orang tua. Sedangkan variabel dependen adalah risiko perilaku bullying siswa. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 3.1 Kerangka konsep

B. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara persepsi jenis pola asuh orang tua terhadap risiko perilaku bullying siswa di SMA Triguna Utama Ciputat Persepsi jenis pola asuh orang tua Risiko perilaku bullying siswa di SMA Triguna Utama Ciputat

C. Definisi Operasional No Variabel

Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Persepsi jenis pola asuh orang tua Penafsiran anak tentang jenis perlakuan orang tua yang diterapkan padanya, untuk membentuk karakter anak dan dalam mencapai kedewasaan anaknya. Dalam hal ini terdapat tiga jenis pola asuh orang tua yaitu: demokratis, otoriter, permisif, dan campuran. Menghitung skor persepsi pola asuh sebagai berikut : 4 Sangat Sesuai SS 3 Sesuai S 2 Tidak Sesuai TS 1 Sangat Tidak Sesuai STS. Kuisioner yang digunakan adalah parental authority questionnaire PAQ yang dibuat oleh Buri 1991 dan dikembangkan oleh Dwairy dkk 2006, yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. kuisioner ini terdiri dari 30 pernyataan, dan responden harus memilih satu jawaban yang paling sesuai. Setiap jenis pola asuh dibuat 10 pernyataan, sehingga skor tertinggi dari salah satu jenis pola asuh tersebut adalah 40 dan skor terendahnya adalah

10. 1. Skor yang

tertinggi pada salah satu dari 3 jenis pola asuh tersebut, menunjukan salah satu jenis pola asuh tersebutdemokratis, otoriter, dan permisif. 2.jika skornya sama untuk dua atau tiga jenis pola asuh tersebut, maka pola asuhnya campuran. Nominal 2 Risiko perilaku bullying Risiko untuk melakukan suatu bentuk agresi yang dilakukan oleh orang yang merasa berkuasa kepada orang yang dianggap lemah untuk keuntungan atau kepuasan mereka sendiri baik dilakukan oleh individu atau kelompok dengan tujuan untuk menyakiti korbanya dan dilakukan dengan berulang-ulang. Bullying ada tiga bentuk, yaitu : fisik,verbal,dan non verbal psikologis. Menghitung skor risiko perilaku bullying dengan arah favorable dan unfavorable sesuai dan tidak sesuai dengan skala Likert. Penilaian yang favorable adalah sebagai berikut : 4 Sangat Sesuai SS 3 Sesuai S 2 Tidak Sesuai TS 1 Sangat Tidak Sesuai STS. Sedangkan unfavorable penilaianya adalah sebagai berikut : 4 Sangat tidak sesuai STS 3 Tidak Sesuai TS 2 Sesuai S 2 Sangat Sesuai SS STS Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner resiko perilaku bullying yang dibuat oleh Atfiyanah 2013, yang direvisi oleh penulis dan sesuai dengan bentuk- bentuk perilaku bullying, terdiri dari 29 pernyataan. Dengan skor tertinggi adalah 116 dan skor terendah adalah 29 1. Tinggi jika skor ≥ mean 44 2. Rendah jika, jika skor mean 44 Ordinal Tabel 3.1 Definisi Operasional 46 BAB IV METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini mengkaji hubungan antara perspsi jenis pola asuh orang tua tehadap risiko perilaku bullying pada siswa SMA Triguna Utama Ciputat. Berdasarkan pendekatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh Hikmat,2007. Pada penelitian kuantitatif ini jenisnya adalah deskriptif korelatif. Peneliti menggunakan desain ini karena ingin mengetahui hubungan antara persepsi jenis pola asuh orang tua variabel independen terhadap resiko perilaku bullying variabel dependen.

B. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unit subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti Hidayat, 2007. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Triguna Utama Ciputat kelas X dan XI yang berjumlah 104 siswa. Kelas XII tidak dapat menjadi responden, karena telah selesai melakukan ujian nasional sehingga sudah sudah tidak ada kegiatan belajar lagi di sekolah tersebut. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Dalam penelitian keperawatan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan Hidayat, 2007.

a.Kriteria inklusi :

1 Siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama Ciputat 2 Bersedia menjadi responden. Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu stratified random sampling pengambilan sampel secara acak stratifikasi. Jika suatu populasi mempunyai unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan sampel yang tepat digunakan adalah stratified random sampling Notoatmodjo, 2006. Teknik ini menggunakan perwakilan populasi dari setiap tingkatan atau jenjang dalam hal ini di random masing-masing mewakili kelas X dan XI IPA dan XI IPS. Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Sugiyono 2008 dari Isaac dan Michael : Keterangan : λ = 1,96 Derajat kepercayaan 95 CIConfidence Interval dengan alfa α sebesar 5 N = Jumlah Populasi = 104 P = 0,828 proporsi pola asuh otoriter terhadap perilaku bullying remaja pada penelitian Annisa tahun 2012 Q = 1-P = 1-0,828 = 0,17 d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan = 0,05 n = sampel n = 70,20 dibulatkan menjadi 71 Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 71 orang. Diketahui jumlah populasi 104, yaitu kelas X berjumlah 46 siswa, XI IPA berjumlah 26 orang siswa. XI IPS sebanyak 32 orang siswa. Maka besar sampel untuk setiap kelas adalah :

C. Waktu dan Tempat

1. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada juni 2013

2. Tempat Peneltian ini dilakukan di SMA Triguna Utama Ciputat.

D. Instrument Penelitian

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah kuisioner dalam bentuk skala likert, dimana responden harus menjawab pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya. Menurut Azwar 2012, untuk aspek keprilakuan harus selalu dirumuskan dalam arah favorable yaitu berisi konsep keprilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, selain itu juga diukur dengan arah unfavorable, yaitu yang bertentangan atau tidak mendukung ciri perilaku yang dikehendaki oleh indikator keprilakuanya. Responden memilih jawaban untuk setiap pernyataan yang menunjukan kesetujuan favourable atau yang ketidaksetujuan unfavourable, dengan empat kategori jawaban yaitu SS sangat sesuai, S sesuai, TS tidak sesuai, STS sangat tidak sesuai. Untuk pengumpulan datanya sendiri peneliti akan menggunakan satu data demografi dan dua kuisioner, yaitu : 1. Data demografi , yaitu : a. Jenis kelamin, b. Kelas 2 . Kuisioner Pola Asuh Orang Tua Parenteral authority Quistionare PAQ yang dibuat oleh Buri 1991 dan dikembangkan oleh Dwairy dkk 2006, yang peneliti beserta rekannya seorang guru bahasa inggris terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua mana yang paling dominan digunakan oleh orang tua responden. Pola asuh orang tua sendiri menurut Boumrind dalam Fathi 2011 ada tiga jenis yaitu : demokratis, otoriter, dan permisif. Kuisioner ini terdiri dari 30 pernyataan, setiap jenis pola asuh digambarkan oleh 10 pernyataan, yang pada akhirnya skor tertinggi yang diperoleh pada salah satu dari tiga pola asuh tersebut menunjukan pola asuh tersebut. Sebagai contoh apabila skor yang diperoleh oleh responden setelah mengisi PAQ didapatkan skor pada pola asuh authoritative demokratis adalah 36, sedangkan skor pada authoritarian otoriter, dan permissive permisif adalah 10 dan 12. Maka responden tersebut termasuk pola asuh orang tua authoritative demokratis karena skor yang terbesar didapatkan pada pola asuh tersebut. Apabila skor yang didapat ternyata sama pada dua atau tiga jenis pola asuh, maka pola asuh orang tuanya termasuk dalam pola asuh campuran. No Pola asuh Indikator No Pernyataan Jumlah 1. authoritarian Otoriter  Orang tua bersifat membatasi, menghukum dan hanya sedikit melakukan komunikasu verbal  Mendesak anak untuk mengikuti petunjuk dan usaha orang tua 7,12,18,25 2, 3, 9, 26, 29 16 4 6 2. authoritative otoritatif demokratis  Mendorong anak untuk bebas tetapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan anak  Pembuatan aturan dikeluarga diterapkan berdsarkan aturan bersama 8, 22, 27 15 11, 20, 23, 30 4, 5 4 6

3. permissive

permisif  Orang tua bersifat serba bebas membolehkan  Tidak memberikan pengawasan dan pengarahan pada tingkah laku anak 6, 14, 19, 24 1, 10 13,17,21, 28 6 4 Jumlah 30 Table 4.2 Distribusi Pernyataan kuisioner Pola Asuh Orang tua

3. Kuisioner Risiko Perilaku bullying

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Anak Autis di Yayasan Tali Kasih Medan

27 195 126

Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua Terhadap Pola Perilaku Anak Dalam Menonton Televisi Di Perumahan Taman Setia Budi Indah.

5 37 92

Pola Asuh Orang Tua Dan Perilaku Agresif Remaja di STM Raksana Medan

5 82 101

Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku agresif anak pra sekolah TK Ketilang Ciputat

1 13 106

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANG TUA DAN JENIS KELAMIN Perilaku Bullying Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Jenis Kelamin.

0 2 19

PERILAKU BULLYING PADA REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH OTORITER ORANGTUA DAN JENIS KELAMIN Perilaku Bullying Pada Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Otoriter Orang Tua Dan Jenis Kelamin.

0 2 19

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH OTORITER DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING PADA SISWA SMP Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 1 18

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Otoriter Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying Pada Siswa SMP.

0 2 10

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 17

HUBUNGAN PERSEPSI POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA Hubungan Persepsi Pola Asuh Demokratis Orang Tua Dengan Komunikasi Interpersonal Antara Remaja Dan Orang Tua.

0 0 16