perilaku bullying yang banyak disaksikan di tv adalah perilaku bullying yang ada pada serial kartun Doraemon.
4. Peran – peran dalam perilaku bullying
a. Bully yaitu siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin, berinisiatif dan
aktif terlibat dalam perilaku bullying.
b. Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku bullying, namun dia
cenderung bergantung atau mengikuti perintah bully.
c. Rincofer adalah mereka yang ada ketika kejadian bullying terjadi, ikut menyaksikan, menertawakan korban, memprofokasi bully, mengajak
siswa lain untuk menonton dan sebagainya.
d. Defender adalah orang yang berusaha membela dan membantu korban,
seringkali akhirnya mereka menjadi korban juga.
e. Outsider adalah orang-orang yang tahu bahwa hal itu terjadi, namun tidak melakukan apapun, seolah-olah tidak peduli.
Salmivalli et al.
1996. 5. Dampak
Bullying
Akibat bullying pada diri korban timbul perasaan tertekan oleh perilaku menguasai korban Rigby,1996;Fontaine,1991;SharpSmith, 1994 dalam
Astuti, 2007. Akibat bullying bagi korban menyebabkan dirinya mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri self-esteem yang merosot,
malu, trauma, tidak mampu menyerang balik, merasa sendiri, serba salah, dan takut sekolah school phobia, dimana dia tidak merasa ada yang menolong,
dalam kondisi selanjutnya ditemukan bahwa korban kemudian mengasingkan
diri dari sekolah, atau menderita ketakutan sosial social phobia, bahkan
cenderung ingin bunuh diri Astuti
Selain dampak-dampak bullying yang telah dipaparkan diatas, penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan
bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut:
a. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan dan kesepian Rigby,
2003. b. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korban
merasa tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina
pertemanan, yaitu di bully oleh teman dekatnya sendiri Djuwita, dkk ,
2005.
c. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang
menyilet-nyilet tangannya Djuwita, dkk , 2005.
d. Membenci lingkungan sosialnya, tidak mau berangkat ke sekolah Forero et
all 1999. e. Keinginan untuk bunuh diri Kaltiala Heino, 1999.
f. Kesulitan konsentrasi, rasa takut berkepanjangan dan depresi Bond, 2001. g. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis Banks, 1993.
h. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan
memelihara hubungan baik dengan orang lain.
i. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga Rigby, 1999.
j. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk, gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah Rigby, 2003.
www.psychologymania.com 6. Penanggulangan
Bullying
Melihat dari dampaknya yang besar sudah seharusnya bullying ini menjadi lebih diperhatikan, di Indonesia program untuk menghentikan
bullying belum difikirkan secara khusus oleh sekolah atau Departemen Pendidikan, bagi Departemen Pendidikan penanganan masalah bullying
masih merupakan bagian dari peraturan etika sekolah yang berada dibawah wewenang petugas atau guru bimbingan atau penyuluhan, sementara sekolah
tidak memasukan bullying ini kedalam program khusus, padahal untuk menangani bullying ini memerlukan metode penanganan khusus, dan
dilakukan oleh guru atau petugas khusus yang telah dilatih khusus mengenai bullying Astuti, 2008.
Beberapa contoh metode dan pelatihan yang dilakukan disekolah-sekolah di
Amerika serikat, Australia, dan Eropa serta beberapa negara lain :
a. Peer partnering befriending : bagian dari intervensi prososial melaui pemanfaatan peer group untuk mendampingi, menjaga murid-murid
yang kecil dan lemah yang rawan menjadi korban bullying, aktivitasnya adalah support
dan “pelajaran” agar percaya diri, termpil
membuat tugas sekolah, mudah beradaptasi dan membuat
pertemanan.
b. Peer mentoring : mengenal, bicara, berempati dan mendampingi siswa, lingkungan dan pelajaran yang di perolehnya. Membimbing agar
siswa memperoleh self-esteem agar percaya diri, mampu memecahkan masalah dan mempunyai arti bagi orang lain, mentoring bisa
dilakukan dengan role play.
c. Mengefektifkan mentoring dan mediasi : secara aktif mendengar, membantu memberikan feed back atas masalah yang di hadapi siswa
menggunakan metode “saya” yang berfokus pada feeling, dan hindari
menyalahkan blaming.
d. Share responsibility : jika ada bullying yang melibatkan kelompok , maka kelompok tersebut harus bertanggung jawab membuat sesuatu
memperbaiki sikap terutama pada korban dan komunitasnya
e. Supporting network : mengumpulkan, menyeleksi, dan mengelolah data dan informasi terbaru dengan rekan sesama orang tua,guru, murid dan
pihak lain yang mengetahui masalah bullying.
f. PEACE pack : preparation, education,action coping, evaluation. Paket ini melibatkan semua pihak yang berada disekolah,
yakni staf, guru, orang tua murid dan murid.
g. Melakukan kontrol dan komunikasi dengan anak : mengajak anak untuk mampu berkomunikasi dan mengutarakan pendapat tentang
masalah masing-masing sehari-hari.
h. Intervensi sosial-kognitif oleh adults children together-againts violence yang menugaskan orang tua dan orang dewasa untuk
melindungi anak-anak dari kekerasan dan luka-luka dengan membentuk
lingkungan pembelajaran
yang berfokus
pada keterampilan fisik dan sosial yang non-agresif Fuantes Silva, the
community psychologist, vol. 37,2 spring, 2004 dalam Astuti 2008
E. Kerangka Teori
Kerangka teori yang di gunakan dalam penelitian ini adalah teori perilaku Lawrance Green, teori ini menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh
tiga faktor utama yaitu : faktor predisposisi disposing faktor adalah faktor yang mempermudah atau mempredisposisi perilaku seseorang, faktor
pemungkin enabling faktor adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi suatu tindakan , faktor penguat reinforcing faktor adalah faktor
yang mendorong atau memperkuat perilaku dan berikut skemanya :
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Sumber : Modifikasi Kerangka teori perilaku Lawrence Green 1980, Quiroz dkk
2006. WHO 2010, Astuti 2008, Baumrind dalam Fathi, 2011, Santrock 2007,Wong dkk 2009
Faktor Penguat
Pengaruh media Iklim sekolah
yang tidak harmonis
Keluarga yang tidak rukun
Persepsi yang salah tentang
perilaku korban
Faktor Pemungkin
Perbedaan kelas Tradsisi senioritas
Senioritas Karakter individu
atau kelompok Risiko perilaku bullying di
sekolah
Fisik Non fisik
Remaja
Batasan usia 10 – 20 tahun
Perubahan yang terjadi pada remaja : biologis,
kognitif, dan
sosio- emosional
verbal Non verbalpsikologis
Faktor Predisposisi
Persepsi jenis pola asuh orang
tua demokratis,
otoriter, dan permesif
43
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka konsep
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen dari penelitian in adalah persepsi jenis
pola asuh orang tua. Sedangkan variabel dependen adalah risiko perilaku bullying
siswa. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 3.1 Kerangka konsep
B. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Ada hubungan antara persepsi jenis pola asuh orang tua terhadap risiko perilaku
bullying siswa di SMA Triguna Utama Ciputat Persepsi jenis pola
asuh orang tua Risiko perilaku
bullying siswa di SMA Triguna Utama
Ciputat
C. Definisi Operasional No Variabel
Definisi Operasional
Cara Ukur Alat Ukur
Hasil Ukur Skala
Ukur
1 Persepsi
jenis pola asuh
orang tua Penafsiran anak
tentang jenis perlakuan orang
tua yang diterapkan
padanya, untuk membentuk
karakter anak dan dalam mencapai
kedewasaan anaknya. Dalam
hal ini terdapat tiga jenis pola
asuh orang tua yaitu: demokratis,
otoriter, permisif, dan campuran.
Menghitung skor persepsi pola asuh sebagai berikut :
4 Sangat Sesuai SS 3 Sesuai S
2 Tidak Sesuai TS 1 Sangat Tidak Sesuai
STS. Kuisioner yang
digunakan adalah parental authority
questionnaire PAQ yang dibuat oleh Buri
1991 dan dikembangkan oleh
Dwairy dkk 2006, yang diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia. kuisioner ini terdiri dari
30 pernyataan, dan responden harus memilih
satu jawaban yang paling sesuai. Setiap jenis pola
asuh dibuat 10 pernyataan, sehingga
skor tertinggi dari salah satu jenis pola asuh
tersebut adalah 40 dan skor terendahnya adalah
10. 1. Skor yang
tertinggi pada salah satu dari 3 jenis pola
asuh tersebut, menunjukan salah
satu jenis pola asuh tersebutdemokratis,
otoriter, dan permisif.
2.jika skornya sama untuk dua atau tiga
jenis pola asuh tersebut, maka pola
asuhnya campuran. Nominal
2 Risiko
perilaku bullying
Risiko untuk melakukan suatu
bentuk agresi yang dilakukan
oleh orang yang merasa berkuasa
kepada orang yang dianggap
lemah untuk keuntungan atau
kepuasan mereka sendiri baik
dilakukan oleh individu atau
kelompok dengan tujuan untuk
menyakiti korbanya dan
dilakukan dengan berulang-ulang.
Bullying ada tiga bentuk, yaitu :
fisik,verbal,dan non verbal
psikologis. Menghitung skor risiko
perilaku bullying dengan arah favorable dan
unfavorable sesuai dan tidak sesuai dengan skala
Likert. Penilaian yang favorable adalah sebagai
berikut : 4 Sangat Sesuai SS
3 Sesuai S 2 Tidak Sesuai TS
1 Sangat Tidak Sesuai STS.
Sedangkan unfavorable penilaianya adalah sebagai
berikut : 4 Sangat tidak sesuai
STS 3 Tidak Sesuai TS
2 Sesuai S 2 Sangat Sesuai SS
STS Kuisioner yang
digunakan adalah kuisioner resiko perilaku
bullying yang dibuat oleh Atfiyanah 2013, yang
direvisi oleh penulis dan sesuai dengan bentuk-
bentuk perilaku bullying, terdiri dari 29
pernyataan. Dengan skor tertinggi adalah 116 dan
skor terendah adalah 29 1. Tinggi jika skor
≥ mean 44 2. Rendah jika, jika
skor mean 44 Ordinal
Tabel 3.1 Definisi Operasional
46
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini mengkaji hubungan antara perspsi jenis pola asuh orang tua tehadap risiko perilaku bullying pada siswa SMA Triguna Utama Ciputat.
Berdasarkan pendekatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif lebih berdasarkan pada data yang dapat
dihitung untuk
menghasilkan penafsiran
kuantitatif yang
kokoh Hikmat,2007.
Pada penelitian kuantitatif ini jenisnya adalah deskriptif korelatif. Peneliti menggunakan desain ini karena ingin mengetahui hubungan antara persepsi
jenis pola asuh orang tua variabel independen terhadap resiko perilaku bullying variabel dependen.
B. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi Populasi adalah keseluruhan unit subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti Hidayat, 2007. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Triguna Utama Ciputat kelas X dan XI yang
berjumlah 104 siswa. Kelas XII tidak dapat menjadi responden, karena telah selesai melakukan ujian nasional sehingga sudah sudah tidak ada kegiatan
belajar lagi di sekolah tersebut. 2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Dalam penelitian
keperawatan kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat dan tidaknya sampel tersebut digunakan
Hidayat, 2007.
a.Kriteria inklusi :
1 Siswa kelas X dan XI SMA Triguna Utama Ciputat 2 Bersedia menjadi responden.
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu stratified random sampling pengambilan sampel
secara acak stratifikasi. Jika suatu populasi mempunyai unit yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda atau heterogen, maka teknik pengambilan
sampel yang tepat digunakan adalah stratified random sampling Notoatmodjo, 2006. Teknik ini menggunakan perwakilan populasi dari
setiap tingkatan atau jenjang dalam hal ini di random masing-masing mewakili kelas X dan XI IPA dan XI IPS.
Pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Sugiyono 2008 dari Isaac dan Michael :
Keterangan : λ = 1,96 Derajat kepercayaan 95 CIConfidence Interval dengan alfa α
sebesar 5 N = Jumlah Populasi = 104
P = 0,828 proporsi pola asuh otoriter terhadap perilaku bullying remaja pada penelitian Annisa tahun 2012
Q = 1-P = 1-0,828 = 0,17 d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan yang diinginkan
= 0,05 n = sampel
n = 70,20 dibulatkan menjadi 71 Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu 71 orang. Diketahui jumlah
populasi 104, yaitu kelas X berjumlah 46 siswa, XI IPA berjumlah 26 orang siswa. XI IPS sebanyak 32 orang siswa. Maka besar sampel untuk setiap
kelas adalah :
C. Waktu dan Tempat
1. Waktu Waktu penelitian dilaksanakan pada juni 2013
2. Tempat Peneltian ini dilakukan di SMA Triguna Utama Ciputat.
D. Instrument Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah kuisioner dalam bentuk skala likert, dimana responden harus menjawab
pernyataan yang paling sesuai dengan dirinya. Menurut Azwar 2012, untuk
aspek keprilakuan harus selalu dirumuskan dalam arah favorable yaitu berisi konsep keprilakuan yang sesuai atau mendukung atribut yang diukur, selain
itu juga diukur dengan arah unfavorable, yaitu yang bertentangan atau tidak mendukung ciri perilaku yang dikehendaki oleh indikator keprilakuanya.
Responden memilih jawaban untuk setiap pernyataan yang menunjukan kesetujuan favourable atau yang ketidaksetujuan unfavourable, dengan
empat kategori jawaban yaitu SS sangat sesuai, S sesuai, TS tidak sesuai, STS sangat tidak sesuai.
Untuk pengumpulan datanya sendiri peneliti akan menggunakan satu data
demografi dan dua kuisioner, yaitu : 1. Data demografi
, yaitu : a. Jenis kelamin,
b. Kelas
2 . Kuisioner Pola Asuh Orang Tua
Parenteral authority Quistionare PAQ yang dibuat oleh Buri 1991 dan dikembangkan oleh Dwairy dkk 2006, yang peneliti beserta rekannya
seorang guru bahasa inggris terjemahkan kedalam bahasa Indonesia, kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui jenis pola asuh orang tua mana
yang paling dominan digunakan oleh orang tua responden. Pola asuh orang tua sendiri menurut Boumrind dalam Fathi 2011 ada tiga jenis yaitu :
demokratis, otoriter, dan permisif. Kuisioner ini terdiri dari 30 pernyataan, setiap jenis pola asuh digambarkan
oleh 10 pernyataan, yang pada akhirnya skor tertinggi yang diperoleh pada salah satu dari tiga pola asuh tersebut menunjukan pola asuh tersebut.
Sebagai contoh apabila skor yang diperoleh oleh responden setelah mengisi PAQ didapatkan skor pada pola asuh authoritative demokratis adalah 36,
sedangkan skor pada authoritarian otoriter, dan permissive permisif adalah 10 dan 12. Maka responden tersebut termasuk pola asuh orang tua
authoritative demokratis karena skor yang terbesar didapatkan pada pola asuh tersebut. Apabila skor yang didapat ternyata sama pada dua atau tiga
jenis pola asuh, maka pola asuh orang tuanya termasuk dalam pola asuh campuran.
No Pola asuh Indikator
No Pernyataan
Jumlah 1.
authoritarian Otoriter
Orang tua bersifat membatasi,
menghukum dan
hanya sedikit
melakukan komunikasu verbal
Mendesak anak
untuk mengikuti
petunjuk dan usaha orang tua
7,12,18,25 2, 3, 9, 26,
29 16
4 6
2.
authoritative otoritatif
demokratis Mendorong
anak untuk bebas tetapi
tetap memberikan
batasan dan
mengendalikan tindakan anak
Pembuatan aturan
dikeluarga diterapkan
berdsarkan aturan
bersama 8, 22, 27
15 11, 20, 23,
30 4, 5
4 6
3. permissive
permisif Orang tua bersifat
serba bebas
membolehkan Tidak memberikan
pengawasan dan
pengarahan pada
tingkah laku anak 6, 14, 19, 24
1, 10 13,17,21, 28
6 4
Jumlah 30
Table 4.2 Distribusi Pernyataan kuisioner Pola Asuh Orang tua
3. Kuisioner Risiko Perilaku bullying