43
2.8 Konsep Kejadian Penyakit Tidak Menular
Setelah teori kejadian penyakit menular mulai berkembang sehingga masalah kesehatan dapat teratsi, timbul pula masalah berbagai
penyakit menahuntidak menular yang unsur dan faktor penyebabnya sangat berkaitan erat dengan faalfungsi tubuh, mutasi dan sifat resistensi
tubuh, dan pada umumnya terdiri dari berbagai faktor yang saling kait mengait. Keadaan ini sangat erat hubungannya dengan berbagai
pengamatan epidemiologi terhadap gangguan kesehatan. Dan pada saat ini, teori tentang faktor penyebab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan
berbagai faktor yang berperan dalam proses kejadian penyakit Timmreck, 2001.
Terjadinya suatu penyakit tidak hanya ditentukan oleh unsur penyebab semata, tetapi yang utama adalah bagaimana rantai penyebab dan
hubungan sebab akibat dipengaruhi oleh berbagai faktor maupun unsur lainnya. Oleh sebab itu, perlu dipahami bahwa dalam setiap proses
terjadinya penyakit terdapat penyebab majemuk multiple causation Timmreck, 2001.
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan salah satu jenis penyakit tidak menular atau bisa juga disebut dengan penyakit kronis. Penyakit kronis
adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. Dr.Robert
Koch mengembangkan beberapa panduan untuk faktor etiologi dan faktor
44 kausalitas penyakit kronis Timmreck, 2001. Adapun postulat kausalitas
penyakit kronis adalah sebagai berikut: 1
Karakteristik penyakit kronis yang dicurigai harus lebih sering ditemukan pada orang yang menderita penyakit yang tengah diteliti
dibandingkan pada orang yang tanpa penyakit tersebut. 2
Individu yang memperlihatkan karakteristik penyakit kronis harus lebih sering mengalami penyakit ini daripada orang yang tidak
memperlihatkan karakteristik tersebut. 3
Setiap asosiasi yang teramati antara suatu karakteristik faktor risiko dan penyakit kronis harus memiliki hubungan antara karakteristik
faktor risiko dan penyakit yang diteliti, demikian pula dengan setiap karakteristik faktor risiko terkait serupa yang dapat menyebabkan
penyakit selama penelitian. 4
Insidensi penyakit kronis harus meningkat dalam hal durasi dan intensitas faktor risiko.
5 Distribusi suatu faktor risiko harus sebanding dengan faktor risiko
penyakit kronis dalam semua faktor. 6
Semua aspek pada kesakitan akibat penyakit kronis harus dihubungkan dengan tingkat pemajanan terhadap faktor risiko.
7 Pengurangan atau pemindahan pajanan faktor risiko harus dapat
mengurangi atau menghentikan penyakit.
45 8
Populasi penduduk yang terpajan faktor risiko dalam penelitian yang dikontrol harus lebih sering terkena penyakit kronis daripada mereka
yang tidak terpajan. Delapan elemen yang menghubungkan asosiasi antara penyebab
yang diduga dengan terjadinya suatu penyakit kronis juga telah dikembangkan dari teori kausalitas oleh Hill Bustan, 2008:
a. Kekuatan dari asosiasi sebab akibat.
Analisis hubungan didasarkan dari besarnya nilai-nilai statistik yang bermakna dari hasil uji statistik.
b. Bersifat temporal
Hubungan antara penyakit dengan paparan bersifat temporal, dimana kejadian penyakit muncul didahului dengan paparan.
c. Dosis Respon
Respon dosis menunjukkan adanya peningkatan dosis keterpaparan dengan peningkatan kejadian penyakit.
d. Biological Plausibility
Hubungan kejadian penyakit dengan paparan bisa dijelaskan secara biologis.
e. Bersifat konsisten
Konsistensi dari hasil penelitian mengenai masalah yang diteliti, berkontribusi terhadap hubungan paparan dan kejadian penyakit.
f. Bersifat reversibel
46 Eliminasi paparan dapat menghilangkan atau menurunkan kejadian
penyakit. g.
Bersifat Khusus Spesifik Spesifisitas ditujukan dengan suatu faktor risiko menyebabkan suatu
akibat tersendiri dan tidak terjadi pada faktor lain. h.
Analogi Jika suatu faktor lain yang serupa dengan faktor yang diamati
mempunyai dampak yang serupa.
Sumber dari faktor-faktor risiko pada penyakit tidak menular atau penyakit kronis adalah perilaku, fisiologisgenetik, lingkungan, dan sosial.
Faktor risiko adalah pengalaman, perilaku, tindakan, atau aspek-aspek pada gaya hidup yang dapat memperbesar peluang terkena atau terbentuknya
suatu penyakit, kondisi, cedera, gangguan, ketidakmampuan, atau kematian. Faktor risiko dapat terbentuk akibat kondisi, karakter, atau
pajanan risiko yang memperkuat. Peningkatan pajanan faktor risiko dapat memperbesar
probabilitas terjadinya
penyakit dan
probabilitas terbentuknya asosiasi epidemiologi kejadian penyakit. Salah satu cara
untuk menetapkan faktor-faktor risiko adalah dengan mengurangi atau memodifikasi pajanan terhadap risiko dan mengamati hasilnya. Contoh,
jika merokok dikurangi, angka kasus kanker paru pun menurun Timmreck, 2001.
47 Faktor risiko juga mengacu pada perilaku yang berisiko, kondisi
penguat, atau faktor-faktor predisposisi. Perilaku berisiko adalah kegiatan yang dilakukan seseorang yang sehat, tetapi menganggap diri mereka
berisiko tinggi terkena suatu penyakit, kondisi, atau gangguan tertentu. Faktor-faktor predisposisi adalah faktor atau kondisi yang ada dan dapat
mempengaruhi perilaku karena memberikan suatu motivasi untuk melakukan perilaku kesehatan. Contoh, fakta bahwa orang tua anak-usia-
sekolah merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kemungkinan anak untuk merokok Timmreck, 2001.
48
2.9 Kerangka Teori