Struktur Kepemilikan Saham TINJAUAN PUSTAKA

36 menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperluas usahanya. Suwaldiman Aziz, vol. 8, 2006:57 Penentuan kebijakan dividen merupakan salah satu tugas utama dari manajer keuangan di dalam perusahaan karena pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen Sugiono, 2009: 173 Menurut Rozeff 1982 dan Easter brook 1984 dalam Pituringsih, vol. 6, 2005:193 mengungkapkan bahwa penggunaan dividen merupakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost. Struktur kepemilikan mempengaruhi kebijakan dividen, semakin terdiversifikasi struktur kepemilikan maka dividend payout semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan pada perusahaan milik negara atau private, maka kecenderungannya adalah tidak membagikan dividen sedangkan perusahaan publik biasanya membagikan dividen.

E. Arus Kas Bebas Free Cash Flow

Menurut Sudarma,2004 dalam Fadah, vol. 5, 2007:193 Free cash flow yang besar adalah pemicu munculnya agency problem, yang dimaksud dengan free cash flow adalah aliran kas bersih yang tidak dapat diinvestasikan kembali karena tidak tersedia kesempatan investasi yang menguntungkan. Menurut Brigham Houston, 2009:65 Arus kas bebas free cash flow yaitu arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor pemegang saham dan pemilik utang setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan 37 modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan. Free cash flow menurut Higgins 2004 “ Free cash flow as in all capital expenditure decisions, the beggiest practical challenge in business valuation is estimating the relevant cash flows to be discounted. Dalam mengukur arus kas, kita bisa menggunakan penyajian laporan keuangan yang lazim yang biasa disebut sebagai laporan arus kas. Tetapi, kita lebih tertarik menggunakan arus kas dari perspektif investor perusahaan, daripada dari tinjauan akuntansi. Kita berpikir tentang perusahaan sebagai bangunan aktiva yang menghasilkan arus kas, bias positif bias pula negatif. Setelah perusahaan membayar semua beban operasi dan melakukan semua investasi-investasinya, maka sisa arus kas bebas untuk didistribusikan baik kepada kreditor perusahaan maupun kepada para pemegang saham. Sisa arus kas inilah yang merupakan arus kas bebas Sjahrial, 2006:32. Arus kas bebas free cash flow adalah arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang diwajibkan Brigham dan Houston, 2001:93. Menurut Jensen 1986 dalam Razak vol. 5, 2007:283 mendefinisikan Free Cash Flow adalah sebagai kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan nilai sekarang neto positif yang didiskonto pada tingkat biaya modal yang relevan. Semakin besar Free Cash Flow yang ada di suatu perusahaan semakin besar fleksibilitas yang dimiliki pihak manajemen sehingga kemungkinan terjadinya konflik kepentingan atas 38 pemanfaatan Free Cash Flow tersebut juga menjadi serius. Free cash flow hypothesis dari Jensen 1986 dalam Razak vol. 5, 2007:284 menyatakan antara lain keberadaan free cash flow di dalam perusahaan akan mendorong manajer untuk memanfaatkannya ke dalam proyek-proyek yang tidak efisien sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya agency problems karena tindakan demikian bertentangan dengan kepentingan pemegang saham. Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stock holders. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Konflik tersebut juga dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi posisinya Keown dkk, 2000:609.

F. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas profitability ratio 39 akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi. Brigham dan Houston, 2009:107 Besley dan Brigham 2000 dalam Bangun Wati vol. 11, 2007:109 mengatakan bahwa “Profitability ratios area group of ratios that shows the combined effects of liquidity, asset management, and debt on operations.

1. Analisis Rasio Profitabilitas

Beberapa rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut Sjahrial, 2006:45-47: a. Return On Assets ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan. ROA = Laba bersih setelah pajak x 100 Total Aktiva Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset. b. Return On Equity ROE Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan poerusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.