Analisis faktor-faktor penentu dividen kas, profitabilitas, dan biaya keagmaan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan munufaktur di bursa efek Indonesia (BEI)

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU DIVIDEN KAS,

PROFITABILITAS, DAN BIAYA KEAGENAN TERHADAP NILAI

PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA

EFEK INDONESIA (BEI)

SKRIPSI

Oleh :

Chosyiatul Mutiah

106081002395

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2010 M


(2)

(3)

(4)

(5)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Chosyiatul Mutiah NIM : 106081002395 Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi, maka skripsi dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari menjadi tanggungjawab saya.

Jakarta, 10 Desember 2010


(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Chosyiatul Mutiah Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Juni 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia Agama : Islam

Alamat : Jl. Malaka 1 No. 17 Rt. 008 Rw. 012 Kec: Cilincing Kel: Rorotan Jakarta Utara 14140 Nomor Telepon : (021) 44850405/085694634528

Email : tya_snoopy@yahoo.com II. PENDIDIKAN

2006-2010 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen

2002-2005 SMA Negeri 73 Jakarta 1999-2002 SMP Negeri 162 Jakarta 1993-1999 SD Negeri 03 Rorotan III. PENGALAMAN ORGANISASI

2009 Divisi Simpanan Keuangan Koperasi Mahasiswa (KOPMA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

ii

ABSTRACT

The purpose of this study is to analyze how big variable ownership structure, free cash flow, Profitability on cash dividend policy and agency costs and the implications for the firm value.

This study uses secondary data for six years from 2004 to 2009 by utilizing the data results of the Indonesia Stock Exchange publication. The analytical tool used in this research is path analysis. Results obtained in this study is divided into three parts. First, the test results of substructure I showing profitability has a significant impact on cash dividend policy, while the ownership structure and free cash flow has no significant effect on cash dividend policy. Second, the test results of substructure II showing profitability has a significant impact on agency costs, while the ownership structure, free cash flow and cash dividend policy has no significant effect on agency costs. Third, the results of the test substructure III shows the ownership structure, profitability, cash dividend policy, and agency costs have a significant effect on firm value.

Keyword : Ownership Structure, Free Cash Flow, Profitability, Agency Costs,


(8)

iii

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis seberapa besar variabel struktur kepemilikan saham, arus kas bebas, profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas dan biaya keagenan serta implikasinya terhadap nilai perusahaan.

Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun dari tahun 2004 sampai dengan 2009 dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, hasil pengujian sub struktur I menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen kas, sedangkan struktur kepemilikan saham dan arus kas bebas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen kas. Kedua, hasil pengujian sub struktur II menunjukkan profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya keagenan, sedangkan struktur kepemilikan saham, arus kas bebas, kebijakan dividen kas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap biaya keagenan. Ketiga, hasil pengujian sub struktur III menunjukkan struktur kepemilikan saham, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kata kunci : Struktur Kepemilikan Saham, Arus Kas Bebas, Profitabilitas, Biaya Keagenan, dan Nilai Perusahaan.


(9)

iv

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur atas berkah dan rahmat yang Allah SWT berikan sehingga skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Penentu Dividen Kas, Profitabilitas, dan Biaya Keagenan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan ini dengan penuh kerendahan hati saya ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada:

1. Ayah dan Ibu tercinta, They are always number one in my prayer list, yang selalu memberikan kasih sayangnya dan motivasi terbesar serta doa yang tiada habisnya untuk keberhasilanku dalam segala hal. Adik-adikku tersayang (Nana, Eri dan Adri) yang turut memberikan semangatnya dan selalu menjadi penghibur selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni MM selaku pembantu dekan

bidang akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sekaligus dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang sangat berharga bagi penulis guna penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi, selaku pembimbing II yang selalu memberikan petunjuk dalam membimbing penulis sehingga terselesaikan juga skripsi ini.


(10)

v

5. Bapak Suhendra S.Ag. MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Segenap staff pengajar jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah yang telah mengajarkan berbagai disiplin ilmu yang sangat berharga bagi penulis sebagai bekal kelak, baik di dunia kerja maupun masyarakat.

7. Koperasi mahasiswa yang telah menjadi wadah untuk belajar berorganisasi dan memberikan pengalaman-pengalaman berharga. 8. Sahabatku Chandera yang telah memberikan semangat dan

motivasi dalam mengerjakan skripsi ini serta sahabat-sahabatku yang lain Atin, Icha, Nisa, Ocha dan Mira terimakasih atas motivasi serta telah memberikan persahabatan yang indah dan berkesan bagi penulis yang tidak akan terlupakan.

9. Teman-temanku Citra, Dea, Ajeng, dan Beno yang telah berbagi suka dan duka selama kurang lebih empat tahun di kampus tercinta ini serta terima kasih sudah banyak membantu dan meluangkan waktu untuk memberikan pelajaran yang paling berharga.

10.Teman-teman kosanku Noor, Putri, Lia, Syifa, Mareta, Dati, Rilla, Selly dan Yuli, terimakasih atas motivasi, doa, dan kebersamaan kita selama kurang lebih empat tahun yang tak bisa untuk dilupakan.

11.Teman-teman Manajemen B dan Manajemen Keuangan A, thanks for our friendship, senang dapat menjadi bagian dari kalian.

12.Andrie Rafi Ahmad, terima kasih atas kritik dan pengertiannya, serta dukungan baik moril maupun materil yang sangat berarti bagi penulis selama proses skripsi ini.

13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga mereka semua mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda dan selalu dijaga dan dilindungi serta benar-benar menjadi orang


(11)

vi

yang dikasihi dan disayangi oleh Allah SWT. Tiada balasan apapun jua yang dapat penulis berikan selain doa.

Penulis sangat menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar bisa lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan penelitian ini dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jakarta, Desember 2010

Chosyiatul Mutiah (Penulis)


(12)

vii

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan Skripsi…….………... i

Daftar Riwayat Hidup ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Lembaga Keuangan ... 13

B. Kebijakan Dividen ... 21

C. Dividen Kas ... 30

D. Struktur Kepemilikan Saham ... 33

E. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow) ... 36

F. Profitabilitas ... 38

G. Biaya Keagenan ... 40

H. Nilai Perusahaan ... 46

I. Penelitian Terdahulu ... 47

J. Kerangka Pemikiran ... .51

K. Hipotesis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 56

B. Metode Penentuan Sampel ... 56

C. Metode Pengumpulan Data ... 57


(13)

viii

E. Operasional Variabel Penelitian ... .69

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 73

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 73

B. Penemuan dan Pembahasan ... 82

1. Analisis Deskriptif ... 82

2.Analisis Jalur Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas dan Biaya Keagenan serta Implikasinya Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 96

3. Analisis Jalur Setelah Trimming ... 124

C. Interpretasi ... 132

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 138

A. Kesimpulan ... 138

B. Implikasi ... 139

Daftar Pustaka ... 141


(14)

ix

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

3.1 Standar Penilaian Kesesuaian (Fit) ... 68

4.1 Sampel Data Penelitian ... 83

4.2 Data Insider Ownership ... 84

4.3 Data Free Cash Flow…… ... .86

4.4 Data Return On Equity ... .88

4.5 Data Dividen Kas ... 90

4.6 Data Total Asset Turn Over ... 92

4.7 Data Price to Book Value ... 95

4.8 Regrresion Weights ... 98

4.9 Standardized Regression Weights ... 98

4.10 Hasil Korelasi antara Struktur Kepemilikan Saham, Free Cash Flow, dan Profitabilitas ... 99

4.11 Pengaruh antara Struktur Kepemilikan Saham, Free Cash Flow, dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas ... 102

4.12 Pengaruh antara Struktur Kepemilikan Saham, Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen Kas Terhadap Biaya Keagenan ... 108

4.13 Pengaruh antara Struktur Kepemilikan Saham, Profitabilitas, Kebijakan Dividen Kas dan Biaya Keagenan terhadap Nilai Perusahaan ... 114

4.14 Pengujian Pengaruh antar Variabel Eksogen dan Endogen ... 119

4.15 Hasil Uji Goodness of Fit Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Free cash Flow, dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen Kas dan Biaya Keagenan serta Implikasinya terhadap Nilai Perusahaan ... 120

4.16 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Modifikasi ... 121

4.17 Hasil Korelasi antara Struktur Kepemilikan Saham dan Profitabilitas Setelah Trimming ... 125

4.18 Hasil Uji Pengaruh antara Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Kas ... 125


(15)

x

4.20 Hasil Uji Pengaruh antara Struktur Kepemilikan Saham, Profitabilitas, Kebijakan Dividen Kas, dan Biaya Keagenan Terhadap Nilai Perusahaan .. 128 4.21 Hasil Uji Goodness of Fit Setelah Trimming ... 129 4.22 Rangkuman Dekomposisi dari Koefisen Jalur, Pengaruh Langsung dan

Tidak Langsung, dan Pengaruh Total tentang Struktur Kepemilikan Saham (X1), Profitabilitas (X3), Terhadap Kebijakan Dividen Kas (Y1) dan Biaya


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ... 53

2.2 Paradigma Penelitian ... 54

3.1 Hubungan Kausal X1, X2, X3 terhadap Y1 ... 60

3.2 Hubungan Kausal X1, X2, X3, dan Y1 terhadap Y2 ... 60

3.3 Hubungan Kausal X1, X3, Y1 dan Y2 terhadap Z ... 61

4.1 Diagram Jalur dengan Hasil Perhitungan ... 97

4.2 Diagram Jalur Sub Struktur I ... 101

4.3 Diagram Jalur Sub Struktur II ... 107

4.4 Diagram Jalur Sub Struktur III ... 113

4.5 Hasil Perhitungan Diagram Jalur Setelah Trimming ... 124

4.6 Diagram Jalur Sub Struktur I Setelah Trimming ... 125

4.7 Diagram Jalur Sub Struktur II Setelah Trimming ... 126


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi ekonomi telah mendorong persaingan yang makin ketat. Lingkungan ekonomi yang semakin kompleks menuntut berbagai pihak bereaksi secara cepat. Pelaku bisnis dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan instrumen keuangan dan inovatif dalam bidang investasi serta pendanaan. Era globalisasi juga menyebabkan dunia semakin menyatu, terlebih bagi perkembangan teknologi di bidang komunikasi yang memungkinkan setiap individu untuk melakukan transaksi keuangan dengan pihak lain di manapun mereka berada secara cepat. Kemajuan teknologi ini juga mendorong globalisasi pasar modal dunia. Pasar modal semakin terintegrasi, dan muncul blok-blok baru ekonomi sebagai upaya untuk mempertahankan dan melindungi industri dalam negeri. (Daud, vol. 10, 2008:21)

Dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan usaha (going concern) dan terus meningkatkan perkembangan usahanya. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan sumber daya berupa tenaga kerja profesional dan modal yang besar. Ada berbagai alternatif dalam menghimpun modal yang besar untuk membiayai aktivitas operasi perusahaan. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara menerbitkan atau memperdagangkan saham di pasar modal. Proses perdagangan saham


(18)

2

dipasar modal ini dikenal dengan istilah go public. (Bangun & Wati, vol. 11, 2007:107)

Berdasarkan sudut pandang manajemen keuangan. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran para pemilik perusahaan (shareholder). Tujuan ini sering diterjemahkan sebagai usaha untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan dapat mengoptimalkan tiga keputusan strategis utama dalam mengelola perusahaan, yang meliputi keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen. (Fadah, vol. 5, 2007:192)

Pada hakekatnya, tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham yang merupakan principal dari pengelolaan perusahaan yang diserahkan kepada manajemen selaku agent. Atau dengan kata lain, manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi ternyata sering ada konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajer selaku pengelola perusahaan memiliki kecenderungan berperilaku untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, dan kecenderungan untuk menyukai risiko. (Pituringsih, vol. 6, 2005:190)

Dalam jangka panjang, tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan. Semakin tinggi perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya


(19)

3

(Fama, 1978). Harga saham digunakan sebagai proksi nilai perusahaan karena harga saham merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon investor jika investor ingin memiliki suatu bukti atas kepemilikan suatu perusahaan. (Pawestri, vol. 3, 2005:210)

Tujuan memaksimalisasikan kemakmuran pemegang saham juga dapat diperoleh dengan memaksimalisasi nilai perusahaan yang dapat ditempuh dengan memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan pemegang saham yang diharapkan akan diperoleh dimasa datang antara lain harga saham yang dimiliki meningkat. (Sjahrial, 2006:3)

Pencapaian tujuan perusahaan tidak terlepas dari fenomena keuangan ataupun faktor-faktor ekonomi, dimana pengelolaan perusahaan diserahkan kepada manajemen yang terpisah dari stockholders. Manajer dalam pengelolaan perusahaan yang telah dipercayakan dapat diindikasikan untuk bertindak atau berbuat sepihak yaitu pemenuhan kebutuhan untuk kepentingan pribadinya dengan mengorbankan kepentingan stockholder. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Namun pihak manajemen atau manajer sering mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan utama tersebut, sehingga dapat menimbulkan konflik antara keduanya. (Pituringsih, vol. 6, 2005:186)

Pengelolaan perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya. Semakin tinggi harga saham berarti semakin memakmurkan


(20)

4

pemilik saham. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan. Dengan demikian bila harga saham meningkat maka berarti nilai perusahaan meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik modal (sebagai principal) bisa mempercayakan kepada para profesional (manajerial) atau

insiders atau sering disebut agen. (Taswan, vol. 10, 2003:162)

Manajer sebagai agen yang diangkat oleh prinsipal (shareholder) seharusnya bertindak atas nama shareholder untuk meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, tetapi seringkali para agen bertindak untuk kepentingannya sendiri demi keuntungan pribadi. Kondisi ini mengakibatkan ketidakselaran antara kepentingan manajer dan pemegang saham yang disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). (Fadah, vol. 5, 2007:192).

Menurut Sunarsi (1998) dalam (Sinarahardja & Yuningsih, vol. 1, 2006:79) untuk meningkatkan nilai, perusahaan dituntut untuk tumbuh. Pertumbuhan dapat diwujudkan dengan menggunakan kesempatan dengan baik. Investasi berhubungan dengan pendanaan dan apabila investasi sebagian besar didanai internal equity maka akan mempengaruhi jumlah dividen dibagikan. Semakin besar investasi semakin berkurang jumlah dividen. Perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana eksternal untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar. Untuk itulah, manajer harus dapat menentukan kebijakan dividen yang


(21)

5

memberikan keuntungan kepada investor, disisi lain harus menjalankan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang diharapkan.

Kegiatan bisnis perusahaan pada dasarnya memiliki dua sumber pendanaan yaitu dana yang bersumber dari aktivitas operasional perusahaan itu sendiri dan dana yang bersumber dari aktivitas perusahaan selain aktivitas operasional. Dalam rangka memperoleh dana tambahan selain dari aktivitas operasional perusahaan dengan menahan laba operasi, ada dua cara yang umum digunakan oleh perusahaan yaitu dengan cara menerbitkan saham yakni sebagai bukti kepemilikan perusahaan (baik dari saham biasa maupun saham istimewa) dan menerbitkan obligasi (surat hutang perusahaan). Setiap upaya untuk mempertoleh dana tambahan yang dimaksud akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. (Sihombing, vol. 2, 2008:135)

Gaver dan gaver (1993) dalam (Sinarahardja & Yuningsih, vol. 1, 2006:79) menyatakan opsi investasi di masa yang akan datang tidak hanya sekedar ditunjukkan dengan adanya proyek yang didukung dengan pengembangan dan riset saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industri. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi

(unobservable).

Dividen didasarnya atas laba yang dihasilkan perusahaan, dengan kata lain dividen dibayarkan kepada pemegang saham jika perusahaan memperoleh laba


(22)

6

pada tahun yang bersangkutan. Namun indikasi kebijakan dividen untuk menentukan dividend payout-nya dapat dihubungkan dengan aspek behavioral, dimana keputusan ini syarat dengan berbagai pertimbangan yang akan dilakukan oleh pihak manajemen. Salah satu hal yang paling mendasar bahwa kebijakan manajemen meningkatkan dividen hanya dilakukan bila mereka memiliki keyakinan akan dapat menjaga stabilitas dividen pada masa yang akan datang agar tetap sticky. (Pituringsih, vol. 6, 2005:187)

Pemegang saham, debtholders, dan manajemen adalah pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan. Penyatuan kepentingan pihak-pihak ini seringkali menimbulkan masalah-masalah yang dalam bidang keuangan dibahas melalui teori keagenan (agency theory). Perbedaan keinginan dan kepentingan dapat menyebabkan timbulnya konflik antara manajer dan pemegang saham serta antara manajer dan kreditor. Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan di mana satu keputusan keuangan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998) dalam (Pawestri, vol. 3, 2005:211).

Berbagai macam penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dividen kas, profitabilitas dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan telah banyak dilakukan yaitu antara lain penelitian yang dilakukan oleh Isti Fadah (2007) meneliti tentang “faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden kas dan biaya keagenan serta dampaknya terhadap nilai perusahaan (studi pada


(23)

7

perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta)”. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terdiri dari tiga variabel eksogen yaitu Risk, ownership structure, free cash flow dengan variabel endogen yaitu agency cost, cash dividend policy firm value. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan Struktur kepemilikan saham secara tidak langsung pengaruhnya tidak signifikan baik melalui dividen kas maupun biaya keagenan. Free cash flow

secara tidak langsung berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu apabila melalui dividen kas, sedangkan yang melalui variabel biaya keagenan tidak signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa free cash flow

berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan catatan

free cash flow tersebut dibayarkan sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Variabel risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel dividen kas ataupun biaya keagenan, namun pengaruhnya yang paling besar adalah pengaruh langsung variabel risiko terhadap nilai perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurainun Bangun dan Sinta Wati (2007) meneliti tentang “analisis pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ”. penelitian ini menguji variabel independen yaitu profitabilitas dan kebijakan dividen dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebanyak


(24)

8

64 perusahaan dan yang terpilih sebagai sampel sebanyak 30 perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan lama periode 2003 sampai 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2005. Kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2005. Profitabilitas dan kebijakan dividen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Burasa Efek Jakarta. Kemampuan profitabilitas dan kebijkan dividen dalam menjelaskan nilai perusahaan perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah lemah.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartini Prasetyaning Pawestri (2005) berjudul “keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen: implikasinya pada nilai perusahaan (studi pada Bursa Efek Jakarta)”. Penelitian ini menguji tiga variabel independen yaitu keputusan investasi (IOS), keputusan pendanaan (BDE, BDA, LDE, dan MDA), kebijakan dividen (DPR dan dividend yield) dengan nilai perusahaan. Metode statistik yang digunakan adalah model persamaan regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan investasi yang diproksikan dengan IOS mempengaruhi secara positif nilai suatu perusahaan. Keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai suatu


(25)

9

perusahaan. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Secara bersama-sama keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen mempengaruhi nilai perusahaan.

Penelitian lain yang dilakukan Taswan (2003) berjudul “analisis pengaruh

insider ownership, kebijakan hutang dan dividen terhadap nilai perusahaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya”. Penelitian tersebut menggunakan beberapa variabel yang terdiri dari empat variabel eksogen, yaitu risiko bisnis, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dengan variabel endogen yaitu kebijakan hutang,kebijakan dividen, insider ownership, nilai perusahaan. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel kebijakan hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga faktor insider ownership yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan tetapi insider tidak menyukai peningkatan size serta pertumbuhan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu adanya penambahan variabel dengan menggunakan alat analisis yang berbeda juga perusahaan yang berbeda dengan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, penulis juga membatasi masalah agar tidak terlalu luas pembahasannya maka penulis membatasi masalah pada hal-hal berikut yaitu penelitian ini menggunakan variabel endogen yaitu kebijakan dividen kas, biaya keagenan (TATO), dan nilai perusahaan (PBV) dan variabel eksogen yang terdiri dari


(26)

10

struktur kepemilikan saham (INSD), arus kas bebas/free cash flow (FCF) dan profitabilitas (ROE).

Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode per 31 Desember 2004 sampai dengan 31 Desember 2009.

Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian tentang dividen kas dan nilai perusahaan dan menyadari begitu berpengaruhnya dividen kas,profitabilitas dan biaya keagenan guna meningkatkan nilai perusahaan, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam penelitian sehingga skripsi ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Penentu Dividen Kas, Profitabilitas, dan Biaya Keagenan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI)“.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan penelitian-penelitian terdahulu yang dikemukakan sebelumnya, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan saham, free cash flow, profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas?

2. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan saham, free cash flow, profitabilitas, kebijakan dividen kas terhadap biaya keagenan?

3. Bagaimana pengaruh struktur kepemilikan saham, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan?


(27)

11

4. Berapa besar pengaruh langsung dan tidak langsung struktur kepemilikan saham, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham, free cash flow, profitabilitas terhadap kebijakan dividen kas.

b. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham, free cash flow, profitabilitas, kebijakan dividen kas terhadap biaya keagenan. c. Untuk menganalisis pengaruh struktur kepemilikan saham,

profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan.

d. Untuk menganalisis besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung struktur kepemilikan saham, profitabilitas, kebijakan dividen kas, dan biaya keagenan terhadap nilai perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :


(28)

12

a. Bagi manajemen perusahaan, dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dividen. Perhitungan kuantitatif diharapkan dapat menunjukan hubungan atau pengaruh faktor-faktor seperti Struktur Kepemilikan Saham, Arus Kas Bebas (free cash flow), Profitabilitas, Dividen kas dan Biaya Keagenan terhadap Nilai Perusahaan. Faktor-faktor tersebut diharapkan dapat membantu manajer keuangan untuk meningkatkan nilai perusahaan

b. Bagi investor, dapat dijadikan pertimbangan untuk menentukan investasi sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan.

c. Bagi akademisi, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang kebijakan deviden.

d. Bagi Peneliti, untuk menerapkan ilmu-ilmu yang didapat dari teori dalam bidang manajemen keuangan yang diperoleh selama masa perkuliahan kedalam dunia nyata yang dihadapi perusahaan khususnya menyangkut laporan keuangan.


(29)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005:13) laporan keuangan adalah informasi yang memuat tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada diluar perusahaan.

Menurut Weston dan Brigham (1990:279) informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan digunakan oleh investor untuk memperoleh perkiraan tentang laba dan dividen dimasa mendatang dan tentang resiko atas nilai perkiraan tersebut. Dari sudut investor, meramalkan masa mendatang merupakan hal terpenting dari analisis laporan keuangan. Sedangkan dari sudut manajemen, analisis laporan keuangan berguna untuk mengantisipasi keadaan dimasa mendatang dan yang lebih penting sebagai titik tolak bagi tindakan perencanaan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian di masa mendatang.


(30)

14

Astuti (2004:15) diantara berbagai laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan/annual report adalah laporan yang paling penting. Laporan tahunan ini diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan kepada pemegang saham. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini, yaitu:

a. Bagian verbal yang seringkali disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa depan.

b. Laporan tahunan yang menyajikan empat laporan keuangan dasar, yaitu neraca atau balance sheet, laporan rugi-laba atau income statement, laporan laba ditahan atau statement of retained-earnings

dan laporan arus kas atau statement of cash flows. Laporan ini menyajikan angka-angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan perusahaan.

2. Kegunaan Laporan Keuangan

Darsono dan Ashari (2005:7) dalam UU No.1/1995 tentang perseroan terbatas (PT) jelas bahwa laporan keuangan merupakan suatu alat pertanggungjawaban, laporan keuangan wajib disampaikan kepada pemilik. Kegunaan laporan keuangan, sebagai berikut:

a. Laporan keuangan dapat menurunkan information asymmetry yaitu kondisi di mana informasi yang dimiliki oleh satu pihak lebih


(31)

15

banyak dibandingkan dengan pihak lainnya, sehingga dengan adanya laporan keuangan, informasi akan tersebar secara merata antara pengelola dan pemilik perusahaan.

b. Laporan keuangan dapat menurunkan perbedaan informasi dengan menurunkan adverse selection, dengan cara memindahkan informasi privat yang dimiliki oleh manajer menjadi informasi publik.

c. Dengan adanya laporan keuangan dapat menurunkan moral hazard yang dilakukan oleh manajer, karena perilaku manajer dapat dilihat dari pengaruhnya pada laba perusahaan atau aset perusahaan.

3. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna laporan keuangan dan membutuhkan informasi keuangannya dapat dikelompokkan sebagai berikut (Darsono dan Ashari, 2005:11):

a. Investor atau pemilik

Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Di samping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan ataudijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan.


(32)

16

Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo.

c. Pemasok atau kreditor usaha lainnya.

Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo.

d. Pelanggan

Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama.

e. Karyawan

Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untunk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya.

f. Pemerintah

Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber data UMR, pajak, pungutan, serta bantuan.


(33)

17

Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan pengajaran, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran.

4. Komponen Laporan Keuangan

Menurut Darsono dan Ashari (2005:27) berdasarkan standar akuntansi keuangan, komponen laporan keuangan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas.

a. Neraca

Neraca adalah laporan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Sisi kiri neraca menunjukkan kewajiban dan ekuitas atau klaim terhadap passiva (Astuti, 2005:19)

Menurut (Warren dkk, 2005:27) bentuk neraca terbagi dua yaitu:

a.Bentuk akun (account form) menggambarkan format dasar dari persamaan akuntansi dimana aktiva ditempatkan disebelah kiri dan kewajiban, ekuitas pemilik disebelah kanan.

b.Bentuk laporan (report form) yang menempatkan kewajiban dan ekuitas pemilik dibawah aktiva.

Bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan menjadi kas sedangkan kewajiban diurut mulai dari saat pembayaran tercepat sampai ke paling lama. (Weston dan Brigham, 1990:281)

Menurut SAK, komponen neraca (Darsono dan Ashari, 2005:18) adalah:


(34)

18

a). Aktiva yaitu sumber data yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva terbagi dua macam:

1. Aktiva lancar adalah aktiva yang paling mudah dan cepat untuk dijadikan uang/kas. Pengelompokkan berdasarkan urutan yang paling lancar, pada umumnya adalah: kas, piutang dagang, persediaan, investasi.

2. Aktiva tetap adalah investasi pada tanah, bangunan, kendaraan dan peralatan yang lain dilakukan oleh perusahaan. Aktivatetap disusun berdasarkan urutan yang paling tidak

liquid (lancar).

3. Aktiva lain-lain adalah investasi atau kekayaan lain yang dimiliki oleh perusahaan.

b). Kewajiban dan ekuitas. Kewajiban adalah hak dari pemberi hutang (kreditor) terhadap kekayaan perusahaan yang terdiri atas kewajiban jangka pendek yang dibayarkan dalam jangka waktu satu tahun ke depan dan kewajiban jangka panjang yang akan dibayarkan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Ekuitas adalah hak pemilik baik dari setoran modal ataupun laba yang belum dibagi.

Hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan dalam persamaan (Warren dkk,2005:18) sebagai berikut:


(35)

19

Akun-akun neraca dicatat berdasarkan akrual. Artinya transaksi dicatat jika telah terjadi perpindahan hak dan kewajiban, meskipun uang atau kasnya belum diterima (Darsono dan Ashari, 2005:20)

b. Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ringkasan pendapatan dan biaya perusahaan selam periode, diakhiri dengan laba atau kerugian bersih untuk periode tertentu yang umumnya setiap kuartal atau setiap tahun (Horne dan Wachowicz, 2005:193)

Komponen laporan laba rugi (Darsono dan Ashari, 2005:21) adalah: 1.Pendapatan/penjualan (dari usaha utama) adalah penjualan produk

atau jasa utama yang dihasilkan perusahaaan kepada pelanggan. 2.Harga pokok penjualan merupakan biaya produksi sesungguhnya

dari produk atau jasa yang dijual pada periode tertentu.

3.Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untukmemasarkan produk dan jasa yang dihasilkan pada periode tertentu misalnya biaya iklan, biaya gaji dan biaya promosi.

4.Biaya administrasi dan umumnya contonya biaya gaji direksi, biaya penyusutan, biaya perlengkapan kantor, dan biaya telepon.

5.Pendapatan luar usaha (non operasional) adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari bisnis utama perusahaan.

6.Biaya luar usaha (non operasional) adalah biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas yang bukan dari bisnis utama.


(36)

20

Menurut Warren dkk (2005:25) laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban-beban yang terjadi, kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih (net income atau net profit)

yang mempunyai pengaruh yaitu meningkatkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode tertentu. Jika beban melebihi pendapatan maka disebut rugi bersih (net loss) akan menurunkan ekuitas pemilik (modal) dalam periode yang bersangkutan. Persamaan perhitungan laba rugi sebagai berikut:

SAK menyebutkan laba rugi memberikan gambaran kinerja operasional perusahaan. Laporan laba rugi dicatat dengan dasar akrual yaitu dasar penyusunan laporan dengan mengakui pendapatan pada saat terjadi penjualan dan mengakui pengeluaran pada saat menjadi beban periode yang bersangkutan (Astuti, 2004:15).

c. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas adalah Laporan yang menggambarkan perputaran uang selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Laporan arus kas terdiri atas (Darsono dan Ashari, 2005:22)

1. Kas dari/untuk kegiatan operasional


(37)

21

Kas dari/untuk kegiatan operasional adalah kas yang diperoleh dari penjualan, penerimaan piutang dan untuk pembayaran hutang usaha, pembelian barang, dan biaya lainnya.

2. Kas dari/untuk kegiatan investasi

Kas dari/untuk investasi adalah kas dari penjualan aktiva tetap dan untuk pembelian aktiva tetap atau investasi pada saham dan obligasi. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan pemgeluaran kas sehubungan dengan sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan arus kas masa depan.

3. Kas dari/untuk kegiatan pendanaan

Kas dari/untuk pendanaan adalah kas berasal dari setoran modal, hutang jangka panjang/bank, laba ditahan yang dikonversi ke dalam modal dan untuk pengembalian modal, membayar dividen, membayar pokok hutang bank.

B. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) adalah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa yang akan mendatang yang memaksimumkan harga saham perusahaan. (Brigham & Houston 2001:66)

Menurut Jensen et.al (1992) dalam (Ichsanuddin Nur, vol. 6, 2005:380) perusahaan akan menetapkan tingkat dividen yang membuat para manajer dapat mendanai investasi yang diharapkan secara internal, jika kebijakan


(38)

22

dividen sesuai dengan proyeksi manajerial dari kesempatan investasi masa datang, maka perusahaan akan dapat mempertahankan dividen yang stabil dan memperoleh pendanaan ekuitas yang dibutuhkan secara internal. Kebijakan dividen dipilih setelah mempertimbangkan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan. Kebijakan dividen juga menentukan pembagian laba antara pembayaran dividen kepada pemegang saham dan investasi kembali perusahaan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan sehingga akan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.

Menurut Rozeff dalam sudarma (2003) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:188) mengungkapkan bahwa tidak ada kebijakan dividen yang terbaik untuk suatu perusahaan yang dinyatakan. Berdasarkan hal ini, Rozeff mempertimbangkan dua hal yang paling mendasar yaitu: pertama logika pasar sempurna, dengan asumsi tidak ada biaya untuk pembelian atau pengeluaran securities, tidak ada pajak, tidak ada efek informasi dividen, dan tidak ada konflik kepentingan antara manager perusahaan dengan security holder-maintain bahwa suatu kebijakan dividen tidak semestinya mempengaruhi nilai pasar. Kedua, bukti menyatakan bahwa logika ini dapat diperluas pada dunia nyata dengan menunjukkan tinggi dan rendahnya dividen dibursa belum menyajikan investor dengan pengembalian yang berbeda.

Ada beberapa teori dari preferensi investor dalam kebijakan dividen yang dikemukakan oleh Brigham & Houston (2001:66-67) adalah sebagai berikut:


(39)

23

1. Teori Ketidakrelevanan Dividen

Beberapa kalangan berargumen bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham perusahaan maupun terhadap biaya modalnya. Jika kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, maka hal tersebut tidak relevan. Teori Ketidakrelevanan Dividen

(dividend irrelevance theory) yaitu teori yang mneyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Pendukung utama teori ketidakrelevanan dividen

(dividend irrelevance theory) ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya untuk menghasilkan laba dan risiko bisnisnya. Dengan perkataan lain, MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tergantung semata-mata pada pendapatan yang dihasilkan oleh aktivanya,bukan pada bagaimana pendapatan tersebut dibagi di antara dividen dan laba yang ditahan.

2. Teori Bird In The Hand

Teori ini merupakan pendapat dari Myron Gordon dan John Lintner yang berpendapat bahwa ks akan turun apabila rasio pembagian

dividen dinaikkan karena para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal (capital gains) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima dividen. Pendapat ini menurut pandangan MM sebagai kekeliruan bird in the hand


(40)

24

karena kebanyakan investor merencanakan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka dalam saham dari perusahaan bersangkutan atau perusahaan sejenis dengan kata lain bahwa nilai perusahaan akan dimaksimalkan dengan menentukan rasio pembagian dividen yang tinggi.

3. Teori Preferensi Pajak

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada yang tinggi yaitu pertama, investor yang memiliki sebagian besar saham dan menerima sebagian besar dividen yang dibayarkan mungkin lebih suka perusahaan menahan dan menanamkan kembali laba ke dalam perusahaan. Pertumbuhan laba mungkin dianggap menghasilkan kenaikan harga saham, dan keuntungan modal yang pajaknya rendah akan menggantikan dividen yang pajaknya lebih tinggi. Kedua, pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham terjual. Ketiga, jika selembar saham dimiliki oleh seseorang sampai ia meninggal, maka sama sekali tidak ada pajak keuntungan modal yang terutang, ahli waris yang menerima saham itu dapat menggunakan nilai saham pada hari kematian sebagai dasar biaya mereka, dengan demikian mereka terhindar dari pajak keuntungan modal. Karena adanya keuntungan-keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih suka perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian, para investor akan mau membayar lebih tinggi untuk


(41)

25

perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada untuk perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.

Menurut Rozeff dalam sudarma (2003) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:189) mengungkapkan suatu model yang diusulkan oleh Higgins dengan asumsi bahwa kebijakan dividen perusahaan mencerminkan usaha mereka untuk memelihara target hutang/rasio equity tanpa terlalu sering mempercayakan pada pembiayaan eksternal disamping target struktur capital perusahaan, level perencanaan investasi baru untuk cash flow operasi merupakan variabel major yang mempengaruhi keputusan dividen. Model target dividend payout ini dihasilkan dari sebuah proses yang menyeimbangkan dua offsetting pertimbangan yaitu: pertama suatu keinginan untuk menghindari atau memperkecil flotation cost yang berhubungan dengan equity baru yang ditawarkan (disebabkan tingginya dividen yang dibayarkan, dan kedua suatu usaha menentang untuk memperkecil biaya yang membawa aktiva lancar berlebihan (sebagai hasil terlalu rendah kebijakan payout).

Secara umum ada tiga dasar dari kebijakan dividen yaitu (Astuti, 2004:146):

a. Kebijakan dividen dengan persentase tetap pembayaran dividen tunai. Kebijakan ini dikenal dengan nama constant payout ratio dividend policy. Dengan kebijakan ini perusahaan kurang dapat memperkirakan jumlah pembayaran dividen yang dilakukan setiap periode.


(42)

26

b. Kebijakan dividen biasa. Pada kebijakan dividen biasa atau reguler dividend policy, perusahaan membayar dividen per lembar saham dalam jumlah rupiah yang tetap setiap periode.

c. Kebijakan dividen rendah plus ekstra. Kebijakan ini dikenal dengan nama low reguler and extra dividend policy. Menurut kebijakan ini perusahaan membayar dividen tunai secara rutin setiap periode dalam jumlah yang tetap dan rendah, jika laba perusahaan periode yang bersangkutan sangat baik maka jumlah pembayaran tetap tersebut akan ditambah pembayaran dividen ekstra.

Menurut Brigham & Houston (2001:84) prosedur pembagian dividen yang sebenarnya adalah tanggal pengumuman (declaration date) yaitu tanggal pada saat direksi perusahaan mengeluarkan pernyataan berisi pengumuman pembagian dividen, tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) yaitu jika perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal ini, pemegang saham tersebut berhak menerima dividen, tanggal ex-dividen (ex-dividend date) yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut; biasanya jangka waktunya adalah empat hari kerja sebelum tanggal pencatatan pemegang saham, dan tanggal pembayaran (payment date) yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirimkan cek dividen.


(43)

27

Faktor-Faktor yang yang biasanya harus (dan seharusnya) dianalisis perusahaan ketika membuat keputusan kebijakan dividen. (Horne dan Wachowicz, 2007:280) :

a. Aturan-aturan hukum. Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apapun kepada para pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum dalam membuat batasan hukum yang memungkinkan kebijakan dividen akhir perusahaan dapat berjalan. Aturan-aturan hukum ini berkaitan dengan penurunan nilai modal,

insolvensi (kebangkrutan), dan penahanan laba yang tidak dibenarkan atau berlebihan.

b. Kebutuhan pendanaan perusahaan. Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah ditentukan, langkah berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan pendanaan perusahaan. Dalam hal ini, anggaran kas, laporan sumber dan penggunaan dana yang diproyeksikan, serta perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Intinya adalah menentukan arus kas dan posisi kas perusahaan yang akan terjadi di tengah ketiadaan perubahan kebijakan dividen.

c. Likuiditas. Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan dividen. Karena dividen menunjukkan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Perusahan yang sedang bertumbuh dan


(44)

28

menguntungkan mungkin saja tidak likuid karena dananya digunakan untuk aktiva tetap dan modal kerja permanen. Oleh karena pihak manajemen di perusahaan semacam ini biasanya ingin mempertahankan beberapa perlindungan likuiditas agar dapat memberikan fleksibilitas keuangan dan perlindungan terhadap ketidakpastian, maka pihak manajemen mungkin enggan untuk mempertahankan posisi ini dengan membayar dividen dalam jumlah besar.

d. Kemampuan untuk meminjam. Posisi yang likuid tidak hanya merupakan cara untuk memberikan fleksibilitas keuangan dan melindungi dari ketidakpastian. Jika perusahaan memiliki kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka dapat dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan. Semakin besar kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk membayar dividen tunai. Dengan adanya akses yang mudah ke dana utang, pihak manajemen tidak perlu terlalu khawatir dengan pengaruh dividen tunai terhadap likuiditasnya.

e. Batasan-batasan dalam kontrak utang. Syarat perjanjian utang

(covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau perjanjian pinjaman sering kali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan tersebut ditentukan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan perusahaan membayar utang. Biasanya


(45)

29

syarat perjanjian utang dinyatakan sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif (yang diinvestasikan kembali) dalam perusahaan. f. Pengendalian. Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah

yang cukup besar, maka perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham agar dapat membayar berbagai peluang investasi yang menguntungkan. Berdasarkan situasi semacam ini, pihak yang memiliki kendali atas perusahaan (controlling interest)

dapat terdilusi jika pemegang saham mayoritas tidak atau tidak dapat memesan saham tambahan. Para pemegang saham ini mungkin lebih menginginkan pembayaran dividen dalam jumlah rendah dan melakukan pendanaan investasi melalui laba ditahan. Kebijakan dividen semacam ini mungkin tidak akan memaksimalkan kesejahteraan seluruh pemegang saham, tetapi tetap paling menguntungkan bagi kepentingan para pemegang saham mayoritas.

g. Beberapa observasi akhir. Dalam menetukan pembayaran dividen, perusahaan umumnya akan menganalisis sejumlah faktor yang baru saja dibahas. Sebagian besar faktor-faktor ini menyatakan batasan hukum dan batasan lainnya yang memungkinkan pembayaran dividen. Apabila perusahaan membayar dividen melebihi dana residualnya, maka ini berarti bahwa pihak manajemen dan dewan komisaris yakin bahwa pembayaran tersebut memiliki pemgaruh positif terhadap kesejahteraan pemegang saham. Kurangnya kestabilan perusahaan yang digunakan


(46)

30

untuk memprediksi pengaruh jangka panjang kebijakan dividen tertentu terhadap penilaian membuat pilihan dividen merupakan keputusan kebijakan yang paling sulit dilakukan.

Menurut Smith dan Watts (1992) dalam Pituringsih (vol. 6, 2005:189) menunjukkan sebuah bukti bahwa perusahaan yang tumbuh cenderung untunk mengikuti kebijakan pembayaran dividen yang lebih rendah untuk menurunkan masalah-masalah agency yang berasosiasi dengan kebebasan aliran kas. Dan menurut Rozeff (1982) dan Easterbrook (1984) mengungkapkan bahwa penggunaan dividen merupakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost.

C. Dividen Kas

Dalam (Ichsanuddin Nur, vol. 6, 2005:379) menurut (Myers dan Majluf, 1984), Dividen dapat membantu memberikan informasi yang baik mengenai manajemen perusahaan ke pasar modal, sehingga dapat dikatakan bahwa dividen dipandang sebagai sinyal terhadap prospek perusahaan. Menurut (Smith,1990) Keputusan meningkatkan dividen hanya dilakukan bila manajemen yakin akan dapat mempertahankan peningkatan tersebut pada masa yang akan datang. Kebijakan dividen optimal akan ditentukan melalui biaya-biaya marginal dari dividen dan capital gain yang dihasilkan, jika tidak ada perbedaan biaya dalam menghasilkan dividen dan capital gain tersebut, maka preferensi ini hanya akan tercermin dalam kuantitas relatif dari dividen, bukan dari nilai perusahaan.


(47)

31 Dividend menurut Ross et.al (2006:573), dividend is a payment made out of a firm’s earnings to its owners, in the form of either cash or stock.

Menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Rodoni dan Ali (2010: 121) dividen adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya.

Sementara sehubungan dengan dividend, Ross (2005) dalam (Sihombing, vol. 2, 2008:140) mengatakan, dividen merupakan pendapatan yang didistribusikan dalam bentuk sejumlah uang tunai. Dalam pengertian yang lebih luas menyebutkan bahwa segala bentuk pembayaran langsung dari perusahaan ke stockholders merupakan bagian dari dividend policy.

Pada perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemilik dilakukan melalui dividen. Dividen hanya dapat dibayarkan jika saldo laba ditahan positif. Jadi, walaupun dalam tahun berjalan diperoleh laba, suatu perseroan terbatas tidak boleh membagikan dividen jika saldo laba ditahan pada akhir tahun masih negatif. Disamping saldo ditahan, dapat tidaknya dividen dibagikan juga tergantung pada tersedia uang kas dalam jumlah yang sama. Apabila laba ditahan dianggap sebagai bagian laba yang ditanamkan kembali dalam perusahaan, maka ada kemungkinan penanaman dilakukan dalam bentuk persediaan barang dagang, aktiva tetap atau aktiva-aktiva bukan kas yang lain.


(48)

32

Dengan demikian, ada kemungkinan perusahaan mempunyai saldo kas kecil walaupun saldo laba ditahannya besar. (Rodoni dan Ali, 2010:121)

Menurut Ang (1997) menyatakan bahwa dividen tunai (cash dividend)

merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu.

Dividen tunai (Cash Dividend) adalah suatu bentuk pembagian dividen kepada para pemegang saham dalam bentuk kas (tunai). Pembagian dividen tunai bisa dilakukan secara berkala seperti per semester, per tahun, dan per kuartal. (Sugiono, 2009: 176)

Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah bagian laba yang diberikan emiten kepada pemegang saham, baik dalam bentuk dividen tunai (cash dividend) dan dividen saham (stockdividend). Dividen tunai (cash dividend) merupakan dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend) merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang diperhitungkan untuk setiap lembarnya.

Adapun tipe pembayaran dividen adalah sebagai berikut (Rodoni dan Ali, 2010: 122):

a). Perusahaan membayar dividen kas reguler (Reguler cash dividend)

b). Perusahaan yang sering membagikan dividen saham (Stock dividend)


(49)

33

Eksplanasi dari agency cost model menurut Easterbrook (1984) dalam Razak (vol. 5, 2007:284) menyatakan bahwa dividen merupakan salah satu sarana untuk memperkecil agency problem/ cost di mana semakin besar kemungkinan agency problems semakin besar pula dividen yang diperlukan untuk mengendalikannya.

D. Struktur Kepemilikan Saham

Struktur kepemilkan saham adalah proporsi kepemilikan institusional dan manajemen dalam kepemilikan saham perusahaan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:190) menyatakan bahwa masalah agency akan terjadi bilamana proporsi kepemilikan manager atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga manager memiliki kecenderungan bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya dan sudah tidak berdasar memaksimalkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan pendanaan. Manajemen selaku pengelola perusahaan memiliki kecenderungan berperilaku untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, dan kecenderungan untuk menyukai risiko. Hal ini merupakan konsekuensi dari pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan atau biasa disebut the separation of the dicision-making and risk beating function of the firm.

Struktur Kepemilikan Saham di Indonesia, kebanyakan perusahaan emiten di Indonesia memiliki pemegang saham dalam bentuk institusi bisnis seperti Perseroan Terbatas yang terkadang merupakan representasi dari pendiri


(50)

34

perusahaan. Karakteristik struktur kepemilikan di Indonesia lebih terkonsentrasi (closely held) sehingga si pendiri juga dapat duduk sebagai dewan direksi atau komisaris. Oleh karena itu jika banyak anggota keluarga yang memiliki proporsi kepemilikan saham sangat besar dan menduduki posisi kunci dalam perusahaan. Dapat dikatakan bahwa pada umumnya perusahaan di Indonesia bersifat owner-controlled firms sehingga dalam keadaaan yang demikian konflik keagenan yang terjadi bukanlah antara manajer dan pemegang saham melainkan antara pemegang saham mayoritas (controlling shareholders) dan pemegang saham minoritas. Karakteristik ini banyak dijumpai untuk perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek di Indonesia dan di Korea, (Husnan, 2001) dalam Fadah (vol. 5, 2007:193).

Kepemilikan saham orang dalam (insider ownership) diukur sesuai dengan proporsi kepemilikan saham yang dimiliki oleh komisaris dan direktur pada akhir tahun yang diukur dalam persen. Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang penting dalam kebijakan dividen suatu perusahaan. (Taswan, vol. 10, 2003:166). Perusahaan dengan insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan insider ownership kecil. Insider ownership yang besar merupaka sinyal yang baik bagi perusahaan saham. Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara manager dan pemegang saham timbul karena adanya pemisahan atas kepemilikan kontrol, pihak insider atau manajemen cenderung menginginkan pembagian dividen kecil, karena mereka menginginkan


(51)

35

kelebihan aliran kas untuk membiayai investasi perusahaan, namun pihak

insider cenderung memanfaatkan kelebihan aliran kas tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan melakukan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan tanpa memikirkan kesejahteraan pemegang saham, dan cenderung merugikan pemegang saham.

Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam Taswan (vol. 10, 2003:164) menganalisis bagaimana nilai perusahaan dipengaruhi oleh distribusi kepemilikan antara insider ownership yang menikmati manfaat dan outside ownership yang tidak menikmati manfaat. Dalam kerangka ini, peningkatan

insider ownership akan mengurangi agency difficulties melalui pengurangan insentif untuk mengkonsumsi manfaat/keuntungan dan mengambil alih kekayaan pemegang saham.

Semakin besar kepemilikan insider maka semakin besar informasi yang dimiliki oleh manajemen sekaligus merangkap sebagai manajemen sehingga biaya pengawasan berkurang. Karena informasi yang dimiliki oleh insider terutama informasi mengenai rencana-rencana perusahaan yang akan datang sangat lengkap, maka hal ini akan membawa pengaruh yang besar terhadap kepentingannya dalam menetapkan kebijakan dividen. Semakin besar kepemilikan insider berarti semakin kecil biaya agen, dan semakin besar kekuatan dalam menentukan kebijakan dividen. Sehingga dengan demikian manajemen akan cenderung untuk mengurangi pembayaran dividen dan


(52)

36

menggunakan dananya untuk memperbesar atau memperluas usahanya. (Suwaldiman & Aziz, vol. 8, 2006:57)

Penentuan kebijakan dividen merupakan salah satu tugas utama dari manajer keuangan di dalam perusahaan karena pendapatan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham disebut sebagai dividen (Sugiono, 2009: 173)

Menurut Rozeff (1982) dan Easter brook (1984) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:193) mengungkapkan bahwa penggunaan dividen merupakan salah satu cara untuk mengurangi agency cost. Struktur kepemilikan mempengaruhi kebijakan dividen, semakin terdiversifikasi struktur kepemilikan maka dividend payout semakin tinggi, sehingga dapat dikatakan pada perusahaan milik negara atau private, maka kecenderungannya adalah tidak membagikan dividen sedangkan perusahaan publik biasanya membagikan dividen.

E. Arus Kas Bebas (Free Cash Flow)

Menurut Sudarma,2004 dalam (Fadah, vol. 5, 2007:193) Free cash flow

yang besar adalah pemicu munculnya agency problem, yang dimaksud dengan

free cashflow adalah aliran kas bersih yang tidak dapat diinvestasikan kembali karena tidak tersedia kesempatan investasi yang menguntungkan.

Menurut Brigham & Houston, (2009:65) Arus kas bebas (free cash flow)

yaitu arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor (pemegang saham dan pemilik utang) setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan


(53)

37

modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan.

Free cash flow menurut Higgins (2004) “ Free cash flow as in all capital expenditure decisions, the beggiest practical challenge in business valuation is estimating the relevant cash flows to be discounted.

Dalam mengukur arus kas, kita bisa menggunakan penyajian laporan keuangan yang lazim yang biasa disebut sebagai laporan arus kas. Tetapi, kita lebih tertarik menggunakan arus kas dari perspektif investor perusahaan, daripada dari tinjauan akuntansi. Kita berpikir tentang perusahaan sebagai bangunan aktiva yang menghasilkan arus kas, bias positif bias pula negatif. Setelah perusahaan membayar semua beban operasi dan melakukan semua investasi-investasinya, maka sisa arus kas bebas untuk didistribusikan baik kepada kreditor perusahaan maupun kepada para pemegang saham. Sisa arus kas inilah yang merupakan arus kas bebas (Sjahrial, 2006:32).

Arus kas bebas (free cash flow) adalah arus kas operasi perusahaan dikurangi investasi ekuitas yang diwajibkan (Brigham dan Houston, 2001:93).

Menurut Jensen (1986) dalam Razak (vol. 5, 2007:283) mendefinisikan

Free Cash Flow adalah sebagai kelebihan dana kas setelah dipakai untuk mendanai seluruh proyek yang memberikan nilai sekarang neto positif yang didiskonto pada tingkat biaya modal yang relevan. Semakin besar Free Cash Flow yang ada di suatu perusahaan semakin besar fleksibilitas yang dimiliki pihak manajemen sehingga kemungkinan terjadinya konflik kepentingan atas


(54)

38

pemanfaatan Free Cash Flow tersebut juga menjadi serius. Free cash flow hypothesis dari Jensen (1986) dalam Razak (vol. 5, 2007:284) menyatakan antara lain keberadaan free cash flow di dalam perusahaan akan mendorong manajer untuk memanfaatkannya ke dalam proyek-proyek yang tidak efisien sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya agency problems karena tindakan demikian bertentangan dengan kepentingan pemegang saham.

Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stock holders. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas. Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan. Konflik tersebut juga dapat disebabkan perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi posisinya (Keown dkk, 2000:609).

F. Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio-rasio yang telah dibahas sejauh ini dapat memberikan petunjuk-petunjuk yang berguna dalam menilai keefektifan dari operasi sebuah perusahaan, tetapi rasio profitabilitas (profitability ratio)


(55)

39

akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang pada hasil-hasil operasi.( Brigham dan Houston, 2009:107)

Besley dan Brigham (2000) dalam Bangun & Wati (vol. 11, 2007:109) mengatakan bahwa “Profitability ratios area group of ratios that shows the combined effects of liquidity, asset management, and debt on operations.

1. Analisis Rasio Profitabilitas

Beberapa rasio profitabilitas yang sering digunakan adalah sebagai berikut (Sjahrial, 2006:45-47):

a. Return On Assets ( ROA )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan asset yang dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan.

ROA = Laba bersih setelah pajak x 100% Total Aktiva

Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan asset.

b. Return On Equity ( ROE )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan poerusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut.


(56)

40

ROE = Laba bersih setelah pajak x 100% Modal sendiri

c. Return On Investment ( ROI )

Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan menghasilkan keuntungan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba bersih setelah pajak yang digunakan.

ROI = Laba bersih setelah pajak x 100% Total aktiva

d. Net Profit margin ( NPM )

Rasio ini digunakan untuk membandingkan tingkat keuntungan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya.

NPM = Laba bersih setelah pajak x 100% Penjualan bersih

Rumus yang digunakan tergantung kepada tujuan penentuan profitabilitas. Para pemilik modal yang menginvestasikan dananya akan lebih menekankan pada profitabilitas bagi modalnya.

G. Biaya Keagenan

Menurut (Jensen dan Meckling:1976) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:190) Konsep agency theory merupakan suatu hubungan atau kontrak antara principals dan agents. Principal memperkerjakan agents melakukan tugas untuk kepentingan principals, termasuk pendelegasian otoritas pengambilan keputusan dari principals kepada agents. Asumsi agency theory


(57)

41

bahwa masing-masing individu semata-mata termotivitasi untuk kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principals

dan agents. Konflik potensial kepentingan antar agents (managers) dan

principals (stockholder/pemilik) menimbulkan agency cost.

Menurut Gitman (2006:20) “Agency costs are the costs borne by stockholders to minimize agency problems and contribute to the maximization of owner’s wealth”

Menurut (Horne & Wachowicz, 2007:243) Biaya Agensi merupakan biaya yang berhubungan dengan manajemen pengawasan untuk memastikan bahwa pihak manajemen berperilaku dalam cara yang konsisten dengan kesepakatan kontraktual perusahaan dengan para kreditor serta pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam (Horne dan Wachowicz, 2007:243-244) telah mengembangkan teori yang bagus yaitu teori agensi. Di antaranya, mereka menunjukkan bahwa siapa pun yang mengeluarkan biaya pengawasan,biaya tersebut pada akhirnya ditanggung oleh para pemegang saham.

Agency cost akan muncul bila manager sekaligus pemegang saham (owner-manager) menjual sebagian kepemilikannya kepada investor luar (outside equity owner). Owner-manager berusaha memaksimalkan kekayaan dengan mengorbankan outside equityowner yang akan melakukan pengawasan ketat terhadap tindakan owner manager (Rozeff, 1982) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:191)


(58)

42

Biaya keagenan atau agency costs adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan utang atau melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan utang, ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor. (Sjahrial,2008: 202)

Dalam (Fadah, vol. 5, 2007:193) Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu:

a) Dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen sehingga manajer merasakan langsung bermanfaat dari keputusan yang diambil, dan juga apabila ada kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Kepemilikan ini mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Jensen & & Meckling, 1976). Dengan demikian, maka kepemilikan saham oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

b) Dengan menggunakan dividen payout ratio, dengan demikian tidak tersedia cukup banyak free cash flow (Crutchley & hansen, 1989) dan manajemen tidak memiliki kesempatan untuk berinvestasi yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham.

c) Institutional investor sebagai monitoring agents. Moh’d, et al. (1998) menyatakan bahwa distribusi saham antara pemegang saham dari luar


(59)

43

yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan (source of power) yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya menentang terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi atau institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen.

Menurut Jensen & Meckling (1976) dalam (Brigham & Houston,2009:26) Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.

Megginson (1997) dalam (Pituringsih, vol. 6, 2005:191) menjelaskan model agency cost, pembayaran dividen sebagai tindakan untuk memaksimalkan nilai oleh manager untuk meminimalkan biaya karena konflik keagenan antara manager dan pemegang saham yang muncul pada perusahaan publik, dimana terdapat pembagian antara kepemilikan dan pengendalian. Pembayaran dividen bagi perusahaan hanya dapat ditentukan melalui trial and error. Agency cost muncul kapan saja dari owners-managers menjual membagikan saham bursa mereka kepada outside security yang tidak mempunyai suara di dalam manajemen.


(60)

44

Jensen dan Meckling (1976) dalam (Pawestri, vol. 3, 2005:211) menyatakan bahwa konflik keputusan timbul pada saat pengelolaan perusahaan diserahkan pada agents oleh principals di mana adanya kecenderungan manajemen bertindak untuk memenuhi keinginannya atas beban pemilik saham sehingga menimbulkan perbedaan kepentingan. Pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelolaan perusahaan ini berdampak pula pada ketidakseimbangan informasi (Asymmetric information) yang diperoleh dari masing-masing stakeholder. Manajer perusahaan memiliki perusahaan dibandingkan dengan investor. Jensen & Meckling (1976) berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost yang timbul karena adanya

agency problem adalah dengan lebih banyak menggunakan pendanaan lewat utang dan mengurangi pendanaan lewat modal. Pengurangan pendanaan lewat modal mengurangi ruang lingkup konflik antara manajer dan pemegang saham. Dalam (Sihombing, vol. 2, 2008:140) adanya agency costs, ketika perusahaan memiliki hutang, maka konflik kepentingan akan muncul antara

stockholders dan debtholders. Baik stockholders maupun debtholders memiliki kepentingan-kepentingan yang berbeda. Pemegang saham (stockholders), pemegang surat hutang (debtholders), dan juga manajemen perusahaan masing-masing merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang nilai perusahaan (value of the firm).

Stockholders akan senantiasa menginginkan pembagian keuntungan yang lebih besar atas saham mereka, sebaliknya debtholders akan senantiasa berusaha


(1)

Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)

INSD

ROE

DIVIDEN

TATO

DIVIDEN

,000

,000

,000

,000

TATO

,000

,000

,000

,000

PBV

,000

,045

,000

,000

Model Fit Summary

CMIN

Model

NPAR

CMIN

DF

P

CMIN/DF

Default model

15

4,068

6

,667

,678

Saturated model

21

,000

0

Independence model

6

187,608

15

,000

12,507

RMR, GFI

Model

RMR

GFI

AGFI

PGFI

Default model

1,853

,990

,964

,283

Saturated model

,000

1,000

Independence model

4,584

,697

,575

,498

Baseline Comparisons

Model

NFI

Delta1

RFI

rho1

IFI

Delta2

TLI

rho2

CFI

Default model

,978

,946

1,011

1,028

1,000

Saturated model

1,000

1,000

1,000

Independence model

,000

,000

,000

,000

,000

Parsimony-Adjusted Measures

Model

PRATIO

PNFI

PCFI

Default model

,400

,391

,400

Saturated model

,000

,000

,000

Independence model

1,000

,000

,000

RMSEA

Model

RMSEA

LO 90

HI 90

PCLOSE

Default model

,000

,000

,090

,809


(2)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Hasil data di LN agar tidak terjadi ketimpangan data

No Perusahaan Tahun PBV Dividen Kas Total aset Turnover INSD FCF ROE

1 Astra International Tbk 2004 -3.646 4.605 0.140 0.038 0.054 -1.036

2005 -3.873 4.605 0.010 0.050 0.021 -1.320

2006 -3.530 5.011 -0.041 0.055 0.121 -1.796

2007 -3.144 5.075 0.095 0.067 0.148 -1.420

2008 -4.283 5.704 0.182 0.082 0.092 -1.281

2009 -3.300 6.346 -0.186 0.099 0.088 -0.889

2 Astra Otoparts Tbk 2004 -4.501 3.912 0.182 0.018 0.035 -1.835

2005 -4.298 4.094 0.239 0.021 0.047 -1.769

2006 -4.358 2.708 0.104 0.024 -0.059 -1.888

2007 -4.398 3.401 0.191 0.029 0.050 -1.603

2008 -4.585 4.745 0.293 0.034 0.061 -1.545

2009 -4.234 4.787 -0.151 0.042 0.079 -1.220

3 Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 2004 -4.804 7.869 0.148 0.014 0.117 -1.145

2005 -4.585 8.126 0.010 0.011 -0.202 -2.415

2006 -4.841 7.208 0.166 0.015 0.154 -1.107

2007 -5.051 7.824 0.131 0.018 0.041 -1.112

2008 -5.298 8.243 0.199 0.024 0.249 -0.822

2009 -5.547 8.987 0.049 0.029 0.154 -0.370

4 Colorpak Indonesia Tbk 2004 -3.544 6.184 0.351 0.172 0.203 -2.092

2005 -3.817 1.841 0.678 0.191 0.152 -2.006

2006 -3.032 1.335 0.784 0.212 0.105 -2.137

2007 -2.736 1.609 0.824 0.239 0.358 -2.015


(3)

2009 -3.070 2.976 0.445 0.377 0.338 -0.964

5 Delta Djakarta Tbk 2004 -5.021 5.858 -0.248 0.022 0.210 -2.212

2005 -4.213 5.858 -0.223 0.025 0.063 -1.974

2006 -4.744 6.551 -0.371 0.027 0.012 -2.315

2007 -5.167 7.170 -0.301 0.029 0.112 -2.271

2008 -5.021 7.244 -0.041 0.032 0.200 -1.826

2009 -3.995 8.161 -0.329 0.037 0.149 -1.199

6 Goodyear Indonesia Tbk 2004 -4.431 5.011 0.554 0.070 0.059 -2.438

2005 -4.457 5.455 0.647 0.067 0.072 -3.721

2006 -4.605 5.591 0.770 0.069 0.090 -2.405

2007 -3.990 6.752 0.631 0.073 0.115 -1.955

2008 -5.083 4.477 0.199 0.072 0.040 -5.915

2009 -4.595 4.094 -0.105 0.101 0.343 -0.897

7 Gudang Garam Tbk 2004 -3.821 5.704 0.166 0.063 0.013 -1.918

2005 -4.046 6.215 0.113 0.068 0.028 -1.937

2006 -4.200 6.215 0.191 0.068 0.043 -2.569

2007 -4.440 5.521 0.166 0.073 0.040 -2.281

2008 -5.221 5.521 0.231 0.081 0.074 -2.110

2009 -3.734 5.858 -0.117 0.500 0.000 -1.333

8 HM Sampoerna Tbk 2004 -3.028 5.165 0.425 0.111 -0.005 -0.892

2005 -2.475 5.829 0.728 0.104 -0.053 -0.652

2006 -2.578 4.605 0.846 0.130 0.089 -0.478

2007 -2.471 5.011 0.642 0.184 0.031 -0.800

2008 -3.022 5.635 0.765 0.184 0.050 -0.726

2009 -2.990 4.700 0.513 0.239 0.095 -0.372

9 Indofood Sukses makmur Tbk 2004 -4.001 3.332 0.131 0.045 0.102 -2.421

2005 -3.897 2.862 0.239 0.046 0.044 -3.547


(4)

2007 -3.260 3.434 -0.062 0.075 0.076 -1.983

2008 -4.636 3.761 -0.020 0.090 0.059 -2.106

2009 -3.433 3.850 -0.371 0.108 0.047 -0.916

10 Kimia Farma Tbk 2004 -4.262 10.339 0.495 0.015 0.049 -2.349

2005 -4.625 10.640 0.432 0.015 0.006 -2.771

2006 -4.528 7.956 0.554 0.016 0.099 -2.986

2007 -3.969 0.863 0.536 0.016 0.031 -2.856

2008 -5.382 1.037 0.626 0.017 0.012 -2.840

2009 -4.906 0.912 0.174 0.018 0.068 -2.301

11 Lion Metal Works Tbk 2004 -4.854 4.500 -0.274 0.023 0.011 -1.633

2005 -4.867 4.605 -0.248 0.026 0.063 -1.955

2006 -4.828 4.605 -0.274 0.029 0.113 -1.982

2007 -4.991 4.605 -0.186 0.033 0.038 -1.904

2008 -4.756 4.828 -0.094 0.039 0.087 -1.671

2009 -5.259 4.905 -0.755 0.004 0.160 -1.622

12 Lionmesh Prima Tbk 2004 -4.711 3.219 0.737 0.017 161.654 -2.440

2005 -4.722 3.689 0.904 0.021 3.874 -2.412

2006 -4.976 3.689 0.599 0.023 13.645 -2.626

2007 -4.867 3.401 0.626 0.029 0.386 -2.630

2008 -4.816 3.912 0.967 0.038 -2.867 -2.354

2009 -5.150 4.094 0.255 0.040 0.048 -2.324

13 Mayora Indah Tbk 2004 -4.556 3.219 0.077 0.113 0.066 -2.324

2005 -4.948 3.219 0.157 0.117 0.094 -2.974

2006 -4.343 3.219 0.239 0.126 0.003 -2.338

2007 -4.366 3.555 0.399 0.141 0.080 -2.033

2008 -4.920 3.689 0.293 0.162 0.037 -1.848

2009 -3.755 3.912 0.113 0.206 0.126 -1.144


(5)

2005 -3.370 7.244 0.571 0.082 0.035 -1.140

2006 -3.184 7.244 0.542 0.107 0.212 -1.001

2007 -3.088 7.601 0.501 0.127 0.073 -1.142

2008 -3.638 7.741 0.531 0.149 0.139 -1.200

2009 -2.888 8.585 0.315 0.161 0.187 -0.533

15 Multi Bintang Indonesia Tbk 2004 -3.361 6.846 0.239 0.126 0.107 -1.120

2005 -3.260 7.601 0.392 0.109 0.062 -0.963

2006 -2.747 7.453 0.378 0.095 0.104 -0.992

2007 -2.799 7.244 0.451 0.094 0.229 -0.851

2008 -3.294 8.189 0.344 0.164 0.360 -0.437

2009 -1.987 9.433 0.322 0.050 -0.053 1.502

16 Selamat Sempurna Tbk 2004 -4.547 2.996 0.113 0.264 0.006 -1.789

2005 -4.595 3.219 0.262 0.316 0.183 -1.833

2006 -4.465 2.708 0.207 0.347 0.076 -1.919

2007 -4.374 2.996 0.247 0.371 0.067 -1.792

2008 -4.051 2.996 0.378 0.420 0.110 -1.787

2009 -3.835 3.219 0.122 0.383 0.193 -0.985

17 Semen Gresik (Persero) Tbk 2004 -3.551 3.681 -0.094 0.614 98.520 -1.968

2005 -3.681 5.589 0.030 0.753 145.866 -1.495

2006 -3.194 6.094 0.148 0.927 177.608 -1.446

2007 -2.915 6.996 0.122 1.118 -756.366 -1.317

2008 -3.414 5.008 0.140 1.361 -752.116 -1.163

2009 -3.024 4.060 -0.117 1.720 0.204 -0.784

18 Sepatu Bata Tbk 2004 -4.528 6.745 0.525 0.013 0.130 -1.576

2005 -4.547 6.745 0.351 0.014 0.107 -1.950

2006 -4.605 5.829 0.457 0.015 0.296 -2.243

2007 -4.206 6.768 0.399 0.016 0.176 -1.793


(6)

2009 -4.167 6.992 0.049 0.023 0.135 -1.436

19 Tempo Scan Pacific Tbk 2004 -3.882 5.521 0.104 0.038 0.114 -1.663

2005 -4.241 5.991 0.058 0.040 0.050 -1.799

2006 -3.854 5.704 0.095 0.043 0.040 -1.964

2007 -4.129 3.219 0.122 0.047 0.066 -2.028

2008 -4.768 3.555 0.199 0.050 0.008 -1.942

2009 -4.290 3.219 0.030 0.054 0.091 -1.612

20 Trias Sentosa Tbk 2004 -5.116 2.303 -0.755 0.034 -0.005 -3.497

2005 -5.426 1.609 -0.673 0.034 0.007 -4.063

2006 -5.473 1.099 -0.511 0.035 0.070 -3.627

2007 -5.298 1.609 -0.357 0.035 0.096 -4.012

2008 -5.449 1.609 -0.174 0.037 0.053 -2.884

2009 -5.203 2.303 -0.511 0.041 0.150 -1.872

21 Tunas baru Lampung Tbk 2004 -4.962 1.609 -0.128 0.032 0.103 -3.436

2005 -5.051 1.099 -0.174 0.032 0.148 -4.415

2006 -4.448 -0.236 -0.545 0.054 0.176 -2.794

2007 -3.540 1.330 -0.288 0.058 0.010 -2.263

2008 -4.934 2.854 0.344 0.055 0.134 -2.641

2009 -4.374 0.668 -0.301 0.016 0.105 -1.562

22 Unilever Indonesia Tbk 2004 -2.135 4.248 0.896 0.030 -0.030 -0.447

2005 -2.007 4.094 0.956 0.028 0.036 -0.411

2006 -1.654 4.382 0.896 0.031 0.140 -0.319

2007 -1.760 4.500 0.854 0.035 0.114 -0.316

2008 -1.762 4.554 0.871 0.041 0.121 -0.253