43
yaitu institutional investor dan shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini karena kepemilikan mewakili suatu
sumber kekuasaan source of power yang dapat digunakan untuk mendukung
atau sebaliknya
menentang terhadap
keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi atau institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap
kinerja manajemen. Menurut Jensen Meckling 1976 dalam Brigham Houston,2009:26
Hubungan keagenan agency relationship terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain,
yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut.
Megginson 1997 dalam Pituringsih, vol. 6, 2005:191 menjelaskan model
agency cost
, pembayaran
dividen sebagai
tindakan untuk
memaksimalkan nilai oleh manager untuk meminimalkan biaya karena konflik keagenan antara manager dan pemegang saham yang muncul pada perusahaan
publik, dimana terdapat pembagian antara kepemilikan dan pengendalian. Pembayaran dividen bagi perusahaan hanya dapat ditentukan melalui trial and
error . Agency cost muncul kapan saja dari owners-managers menjual
membagikan saham bursa mereka kepada outside security yang tidak mempunyai suara di dalam manajemen.
44
Jensen dan Meckling 1976 dalam Pawestri, vol. 3, 2005:211 menyatakan bahwa konflik keputusan timbul pada saat pengelolaan perusahaan
diserahkan pada agents oleh principals di mana adanya kecenderungan manajemen bertindak untuk memenuhi keinginannya atas beban pemilik saham
sehingga menimbulkan perbedaan kepentingan. Pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelolaan perusahaan ini berdampak pula pada
ketidakseimbangan informasi Asymmetric information yang diperoleh dari masing-masing stakeholder. Manajer perusahaan memiliki perusahaan
dibandingkan dengan investor. Jensen Meckling 1976 berpendapat bahwa salah satu cara untuk mengurangi agency cost yang timbul karena adanya
agency problem adalah dengan lebih banyak menggunakan pendanaan lewat
utang dan mengurangi pendanaan lewat modal. Pengurangan pendanaan lewat modal mengurangi ruang lingkup konflik antara manajer dan pemegang saham.
Dalam Sihombing, vol. 2, 2008:140 adanya agency costs, ketika perusahaan memiliki hutang, maka konflik kepentingan akan muncul antara
stockholders dan debtholders. Baik stockholders maupun debtholders memiliki
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Pemegang saham stockholders, pemegang surat hutang debtholders, dan juga manajemen perusahaan
masing-masing merupakan pihak yang memiliki kepentingan dan sudut pandang yang berbeda dalam memandang nilai perusahaan value of the firm.
Stockholders akan senantiasa menginginkan pembagian keuntungan yang lebih
besar atas saham mereka, sebaliknya debtholders akan senantiasa berusaha
45
menjaga dana yang telah mereka tempatkan dalam perusahaan melalui berbagai kebijakan yang ketat strict monitoring policy. Konflik kepentingan
yang timbul antar pihak-pihak dalam perusahaan managers, stockholders, debtholders
dikenal sebagai agency problem yang pada akhirnya melahirkan agency theory
. Menurut Jensen Meckling, 1976 dalam Fadah, vol. 5, 2007:192
Pemisahan “kepemilikan” dan “pengelolaan telah melahirkan apa yang disebut agency problem
. Adanya pemisahan ini memungkinkan terjadinya konflik kepentingan antara para pemilik dengan para manajer. Konflik tersebut
diharapkan menjadi daya kreatif, karena merupakan mekanisme perimbangan kekuasaan. Dari sudut para pemilik bisnis, masalah keagenan berisi soal
bagaimana menjamin agar para eksekutif-manajer selalu bertindak menurut kepentingan para pemegang saham shareholder.
Dalam Fadah vol. 5, 2007:197 Biaya keagenan juga dapat diukur melalui total asset turn
over. dimana rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan dalam menghasilkan total penjualan bersih. Semakin tinggi rasio
Total Assets Turnover menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam
penggunaan aktivanya untuk menghasilkan total penjualan bersih. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan
bersihnya menunjukkan semakin baik kinerja yang dicapai oleh perusahaan. Menurut Rober Ang 1997 dalam Aminatuzzahra 2010 sangat dimungkinkan
bahwa hubungan antara Total Assets Turnover dengan ROE adalah positif.
46
Semakin besar total asset turnover akan semakin baik karena berarti semakin efisien seluruh aktiva yang digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan.
ROE yang meningkat karena dipengaruhi oleh total asset turnover Brigham dan Houston, 2001.
H. Nilai Perusahaan
Menurut MM dalam Horne dan Wachowicz, 2007:271 berargumen bahwa nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan menghasilkan laba
dari aset-aset perusahaan atau kebijakan investasinya, dan bahwa cara aliran laba dipecah antara dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai ini.
Menurut Jensen dan Merckling 1976 dalam Nasarudin Maimunah vol. 8, 2009:38 berargumentasi bahwa konflik keagenan terjadi karena
adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian. Konflik keagenan menyebabkan penurunan nilai perusahaan. Penurunan nilai perusahaan akan
mempengaruhi kekayaan dari pemegang saham sehingga pemegang saham akan melakukan tindakan pengawasan terhadap perilaku manajemen.
Jensen 2001 dalam Pawestri, vol. 3, 2005:210 menjelaskan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan tidak hanya nilai ekuitas saja yang
harus diperhatikan, tetapi juga semakin klaim keuangan seperti utang, warran, maupun saham preferen. Oleh karena itu, manajer dituntut membuat keputusan
yang selalu memperhitungkan kepentingan semua stockholder, sehingga kinerja
manajer akan
dinilai berdasarkan
kemampuannya mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan ini.
47
Nilai perusahaan diukur dengan Price Book value PBV yaitu perbandingan antar nilai pasar saham dengan nilai buku saham. Rasio ini
mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh
Brigham,2001:92
I. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang pernah dilakukan antara lain adalah
penelitian yang dilakukan oleh Indo Yama Nasarudin Umi Maimunah 2009 meneliti tentang “pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal,
faktor intern dan faktor ekstern terhadap nilai perusahaan”. Penelitian ini menggunakan menggunakan variabel yang diteliti yaitu struktur kepemilikan
saham, struktur modal leverage, faktor ekstern, faktor intern, dan nilai perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan saham
mempunyai koefisien path jalur negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktural modal leverage, struktur kepemilikan saham mempunyai koefisien
path jalur positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan,
faktor ekstern mempunyai koefisien path jalur negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal leverage, faktor ekstern mempunyai
koefisien path jalur positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan, faktor intern mempunyai koefisien path jalur negatif dan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal leverage, faktor intern
48
mempunyai koefisien path jalur positif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, struktur modal leverage mempunyai koefisien path
jalur negatif dan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Isti Fadah 2007 meneliti tentang
“faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden kas dan biaya keagenan serta dampaknya terhadap nilai perusahaan studi pada perusahaan yang
tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Penelitian ini menggunakan tiga variabel eksogen yaitu Risk, ownership structure, free cash flow dengan variabel
endogen yaitu agency cost, cash dividend policy firm value. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan Struktur kepemilikan saham secara
tidak langsung pengaruhnya tidak signifikan baik melalui dividen kas maupun biaya keagenan. Free cash flow secara tidak langsung berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan yaitu apabila melalui dividen kas, sedangkan yang melalui variabel biaya keagenan tidak signifikan. Hal ini dapat
diartikan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan catatan free cash flow tersebut dibayarkan sebagai
dividen kas kepada pemegang saham. Variabel risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan baik secara langsung maupun tidak
langsung melalui variabel dividen kas ataupun biaya keagenan, namun pengaruhnya yang paling besar adalah pengaruh langsung variabel risiko
terhadap nilai perusahaan.
49
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nurainun Bangun dan Sinta Wati 2007 meneliti tentang “analisis pengaruh profitabilitas dan kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta ”. penelitian ini menguji variabel independen yaitu
profitabilitas dan kebijakan dividen dengan variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Dimana populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sebanyak 64 perusahaan dan yang terpilih sebagai sampel sebanyak 30 perusahaan yang
memenuhi kriteria yang telah ditentukan dengan lama periode 2003 sampai 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun 2003 sampai tahun 2005. Kebijakan
dividen tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan, jasa, dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari tahun
2003 sampai tahun 2005. Profitabilitas dan kebijakan dividen secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan perdagangan,
jasa dan investasi yang terdaftar di Burasa Efek Jakarta. Kemampuan profitabilitas dan kebijakan dividen dalam menjelaskan nilai perusahaan
perdagangan, jasa dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta adalah lemah.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartini Prasetyaning Pawestri 2005 berjudul “keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan dividen: implikasinya