Hukum Positif Perkawinan di Indonesia

30

B. Hukum Positif Perkawinan di Indonesia

Hukum yang berlaku saat ini di Indonesia adalah Undang-Undang No.1 Tahun 1974 dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Undang-Undang tersebut merupakan hukum perkawinan bagi bangsa Indonesia yang sudah dirintis penyusunannya sejak tahun 1950. Dalam UU No.1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa 28 . Kemudia tiap-tiap perkawinan dicata menurut PP No.9 Tahun 1975, yang menerangkan pencatatan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut Agama Islam dilakukan oleh Pegawai pencatat. Sebagaimana dimaksud dalam UU No.32 Tahun 1945 tentang pencatatn nikah, talak dan rujuk. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 berlaku secara efektif hubungannya dengan PP No.9 Tahun 1975, PP No.10 Tahun 1983, KHI pasal 7 ayat 1 sd 3, tentang perkawinan. Disamping itu ada Undang-Undang lain yang sangat erat kaitannya dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1974, yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 29 28 Subekti, Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Cet.40, Jakarta: Pradnya Paramita, 2009, h.538. 29 Ibid, h.23. 31 Sejarah Terbentuknya Undang-undang Perkawinan Pada tanggal 16 Agustus 1973, pemerintah Indonesia mengajukan RUU Perkawinan untuk dijadikan dasar hukum dalam mengatur tata cara perkawinan seluruh penduduk Indonesia. Namun sebulan sebelum diajukannya RUU timbulah reaksi keras dari kalangan umat Islam yang menilai bahwa RUU tersebut sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, bahkan ada anggapan yang lebih keras, yang menyatakan bahwa RUU tersebut adalah upaya untuk mengkristenkan Indonesia. Menurut Kamal Hasan, setidaknya ada 11 pasal yang dipandang bertentangan dengan ajaran Islam fikih munakhat, yaitu pasal 2 ayat 1, pasal 3 ayat 2, pasal 7 ayat 1, Pasal 8 ayat c, Pasal 10 ayat 2, Pasal 11 ayat 2, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1 dan 2, Pasal 37, Pasal 46 ayat c dan d, Pasal 62 ayat 2 dab 9. Melalui lobbying-lobbying antara tokoh-tokoh Islam dengan pemerintah, akhirnya RUU tersebut diterima oleh kalangan Islam dengan mencoret pasal-pasal yang bertentangan dengan ajaran Islam. Agar pembahasanya berjalan lancar maka dicapai kesepakatan antar Fraksi PPP dan Fraksi ABRI yang isinya : 1. Hukum agama Islam dalam perkawinan tidak akan dikurangi atau di ubah. 2. Sebagai konsekuensi dari pada poin 1, maka alat-alat pelaksanaannya tidak akan dikurangi atau di ubah. tegasnya UU No.22 Tahun 1946 dan UU No.14 Tahun 1970. 3. Hal-hal yang bertentangan dengan agama Islam dan tidak mungkin disesuaikan dengan Undang-Undang ini,dihilangkan didrop. 32 4. Pasal 2 ayat 1 dari RUU ini disetujui untuk dirumuskan sebagai berikut : a. Ayat 1, perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan keprcayaan itu. b. Ayat 2, tiap-tiap perkawinan wajib dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. 5. Mengenai perceraian dan poligami diusahakan ketentuan-ketentuan guna mencegah terjadinya kesewenang-wenangan. 30 Akhirnya pasal-pasal yang menimbulkan keberatan dikalangan Islam dihapuskan. Setelah melakukan rapat yang berulang-ulang, akhirnya pada tanggal 22 Desember 1973 melalui Fraksi-fraksi DPR, RUU tersebut disetujui untuk disahkan. Pada tanggal 2 Januari 1974 RUU tentang perkawinan menjadi UU No.1 Tahun 1974 tentang Undang-Undang perkawinan oleh DPR yang selanjutnya belaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975.

C. Pencatatan Perkawinan

Dokumen yang terkait

Pendugaan Cadangan Karbon Tumbuhan Bawah di Arboretum USU

5 73 61

Eksplorasi Jamur Perombak Serasah di Bawah Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de vriese) dan Rasamala (Altingia excelsa Noronha)

1 80 38

Pelimpahan Hak Asuh Anak Di Bawah Umur Kepada Bapak Akibat Perceraian (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Nomor:411/Pdt.G/2012/PN.Mdn)

15 223 118

Kekuatan Pembuktian Akta Di Bawah Tangan Dikaitkan Dengan Kewenangan Notaris Dalam Legalisasi Dan Waarmerking Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris

0 46 80

Perhitungan Kuat Medan Listrik Di Bawah Saluran Transmisi Studi Kasus : Perencanaan Transmisi 275 kV Galang-Binjai

8 119 87

Analisis Hukum Klausul Perjanjian Kredit Bank Di Bawah Tangan Dalam Hubungannya Dengan Penyelesaian Utang Debitur Yang Wanprestasi Pada Bank Perkreditan Rakyat Yekti Insan Sembada Boyoyali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah

1 57 59

Kedudukan Anak Di Bawah Umur Atas Harta Peninggalan Orangtuanya Pada Masyarakat Minangkabau...

0 15 5

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 3 14

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN ANAK DI BAWAH UMUR DAN AKIBAT HUKUMNYA Tinjauan Yuridis Tentang Perkawinan Anak Di Bawah Umur Dan Akibat Hukumnya (Studi Kasus di Pengadilan Agama Sukoharjo).

0 10 21

Kedudukan Anak Hasil Perkawinan Di Bawah Tangan Menurut Hukum Islam Dan Hukum Positif Di Indonesia

0 0 12