22
Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 menyatakan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur
19 Sembilan belas tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 enam belas tahun. Ketentuan batas umur seperti yang tercantum dalam
pasal 15 ayat 1 Kompilasi hukum Islam di dasarkan kepada pertimbangan kemaslahatan keluarga dan rumah tangga perkawinan. Hal ini sejalan
dengan penekanan Undang-Undang perkawinan, bahwa calon suami dan istri harus sudah matang jiwa dan raga agar dapat mewujudkan tujuan
perkawinan secara baik.
17
4. Tujuan dan Hikmah Perkawinan
Tujuan perkawinana menurut hukum Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera
dan bahagia, harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin. Serta
terpenuhi semua keperluan hidupnya, sehingga timbullah kebahagiaan yakni kasih sayang antara anggota keluarga.
18
Tujuan perkawinan menurut perintah Allah ialah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat. Serta terbentuknya rumah tangga yang
17
Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Cet.1, Jakarta: Sinar Grafika, 2006,
h.13.
18
Abd Rahman Ghazali, Fiqh sMunakahat, h.22.
23
damai dan teratur.
19
Dan menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 3 menjelaskan tujuan perkawinan adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah
tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah.
20
Sedangkan menurut Imam Al- Ghazali maka tujuan perkawinan itu dapat dikembangkan menjadi lima yaitu:
1. Mendapatkan dan melangsungkan keturunan.
2. Memenuhi hajat manusia untuk menyalurkan syahwat dan menumpahkan
kasih sayangnya. 3.
Memenuhi panggilan Agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.
4. Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggungjawab menerima hak serta
kewajiban, juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal.
5. Membangun rumah tangga yang tentram dan damai berdasarkan cinta dan
kasih sayang. Adapun hikmah yang dapat ditemukan dalam perkawinan adalah
menghalangi mata dari melihat kepada hal-hal yang tidak diijinkan Syara’ dan
menjaga kehormatan diri dari terjatuhnya pada kerusakan seksual. Islam mengajarkan dan menganjurkan untuk menikah karena pernikahan akan
berpengaruh baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia. Adapun hikmah pernikahan adalah:
19
Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dari Segi Hukum Perkawinan Islam, Cet.1, Jakarta: Hillco, 1985, h.26.
20
Kompilasi Hukum Islam, Cet.2, Bandung: Fokus Media, 2007, h.7
24
1. Nikah adalah jalan alami yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan
dan memuaskan naluri seks dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi tenang.
2. Nikah jalan terbaik untuk memperbanyak keturunan, melestrarikan hidup
manusia, serta memelihara keturunan yang oleh Islam sangat diperhatikan sekali.
3. Naluri kebapaan dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam
suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang
menyempurnakan kemanusiaan seseorang. 4.
Perkawinan dapat membuahkan di antaranya, tali kekeluargaan memperteguh kelanggengan rasa cinta antara keluarga dan memperkuat
hubungan masyarakat yang memang oleh Islam direstui ditopang dan ditunjang karena masyarakat yang saling menunjang lagi saling
menyayangi merupakan masyarakat yang kuat lagi bahagia.
21
5. Pengertian Perkawinan di Bawah Tangan