Jumlah hotspot dan jenis penggunaan kawasan

47

6. Jumlah hotspot dan jenis penggunaan kawasan

Dalam rencana tata ruang wilayah tahun 2003, wilayah propinsi Kalimantan Tengah dibagi ke dalam beberapa fungsi penggunaan kawasan Tabel 9. Berdasarkan fungsi kawasannya, maka kawasan dengan fungsi sebagai kawasan perkebunan dan pengembangan budidaya memiliki jumlah hotspot tertinggi. Sedangkan kawasan yang berfungsi sebagai kawasan hutan penelitian memiliki paling sedikit jumlah hotspotnya. Jumlah hotspot tinggi yang berada di dalam kawasan perkebunan dan pengembangan budidaya ini sejalan dengan pengembangan perkebunan secara besar‐besaran di Kalimantan Tengah, sebagaimana juga terjadi di propinsi Kalimantan Barat Pratondo 2007. Di wilayah kabupaten Kapuas, dijumpai kegiatan peladang membuka dan menyiapkan lahannya dengan cara menebas dan membakar. Pada umumnya pembakaran yang mereka lakukan masih dapat dikendalikan, karena luasannya kecil sekitar 1 Ha Hardjanto, 1998 seperti banyak ditemukan pada saat survey lapangan. Kegiatan peladang tersebut banyak ditemukan di area eks Proyek Lahan Gambut yang fungsi kawasannya sebagai kawasan Konservasi Gambut Tebal KGT, contohnya di daerah Mentangai Kabupaten Kapuas. Penyiapan area penanaman oleh petani dan peladang di daerah ini mencakup menebang, menebas, membakar dan menanam Wetland Internasional, 1998. 48 Tabel 9. Kepadatan hotspot pada berbagai jarak berbagai jenis penggunaan kawasan Fungsi kawasan Fungsi kawasan HDkm 2 Luas ha Jumlah hotspot Penelitian dan Perlindungan Hutan PPH 0,125 779 1 Penelitian Kehutanan PPK 0,125 146 Taman Wisata TW 0,125 3.437 4 Konservasi Air Hitam KEAH 0,138 20.090 28 Kawasan Handil Rakyat KHR 0,149 87.136 130 Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lain KPPL 0,194 77.841 151 Perairan DS 0,202 16.315 33 Hutan Produksi Terbatas HPT 0,211 206.717 436 Hutan Produksi HP 0,252 394.239 993 Kawasan Perkebunan dan Pengembangan KPP 0,257 444.399 1.142 Konservasi Flora Fauna KFF 0,313 77.286 242 Transmigrasi T1 0,335 53.304 179 Konservasi Hidrologi KH 0,417 102.778 429 Konservasi Gambut Tebal KGT 0,440 197.709 870 Hutan Tanaman Industri HTI 1,035 9.641 100 Akan tetapi berdasarkan jumlah hotspot per km 2 seperti ditampilkan pada diagram Gambar 14 , maka kawasan yang berfungsi sebagai kawasan hutan tanaman industri memiliki tingkat kepadatan hotspot paling tinggi, dan disusul oleh kawasan konservasi gambut tebal serta konservasi hidrologi. Kawasan hutan penelitian dan perlindungan memiliki tingkat kepadatan hotspot terendah yakni 0.125 per km 2 . 49 0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000 P PH P PK TW K EA H K H R K PP L DS HP T HP K PP KF F T1 K H K GT HT I F ung si ka wa sa n N ila i sk o r fu n g s i ka w a s a n Gambar 14. Sebaran jumlah hotspot pada berbagai fungsi kawasan. Tingginya kepadatan hotspot di kawasan hutan tanaman industri diduga disebabkan oleh aktivitas penyiapan lahan Hutan Tanaman Industri HTI dengan cara membakar. Selain itu, aktifitas pembakaran di sekitar kawasan HTI juga diduga merembet ke area HTI sehingga terjadi kebakaran di area HTI. Adanya akses jalan yang dibuat untuk membangun HTI menarik orang untuk masuk dan membuka lahan baru di sekitar HTI. Pembukaan lahan ini akan memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan, jika dilakukan dengan metode tebang, tebas dan membakar, sebagaimana terjadi di Kalimantan Barat di mana 41 kebakaran hutan dan lahan terjadi di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman IUPHHKHT Bappelda Kaltim dalam Pratondo 2007 Di kawasan konservasi gambut tebal tingkat kepadatan hotspot tinggi, yang sesuai dengan hasil verifikasi lapangan dimana menunjukkan bahwa di area bekas proyek sejuta hektar gambut banyak ditemukan aktifitas penyiapan lahan pertanian dengan cara pembakaran. Data pola bercocok tanam di masyarakat sekitar Mentangai area gambut pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada bulan Agustus, September dan Oktober adalah masa penyiapan lahan dengan cara pembakaran . 50 Pada umumnya bahan bakar di area‐area ini adalah berupa alang‐alang, dimana hanya bagian atasnya yang terbakar untuk kemudian tumbuh lagi alang‐ alang dan menjadi potensi bahan bakar Gambar 15. Gambar 15. Area yang terbakar dengan tutupan lahan didominasi alang‐alang.

7. Jumlah hotpot dan tipe tanah