Uji akurasi model Implementasi Model

69 Tabel 18. Hasil uji z‐Test: Two Sample for Means untuk model 2 dan model 3 Nilai dugaan hotspot hasil model 2 Nilai dugaan hotspot hasil model 3 Nilai tengah 0,61 0,69 Varian 0,11 0,04 Jumlah pengamatan 1775 1775 Perbedaan nilai tengah hipothesis Z ‐9,67 PZ=z one‐tail z Critical one‐tail 1,65 PZ=z two‐tail z Critical two‐tail 1,96

E. Uji akurasi model

Model 2 dan model 3 memberikan hasil dugaan kepadatan hotspot yang tidak berbeda, berdasarkan nilai uji z‐test two sample mean. Dengan demikian kedua model tersebut dapat diuji akurasinya dengan menghitung matrik koinsidensinya. Hasil perhitungan matrik koinsidensi kedua model seperti tertera pada Tabel 19 yang menunjukkan bahwa model 2 lebih akurat dalam menduga tingkat kepadatan hotspot dengan akurasi 52,56 . Sedangkan model 3 hanya menghasilkan nilai akurasi sebesar 35,23 . Pengkelasan tingkat resiko kebakaran hutan ke dalam 5 kelas menimbulkan kesulitan dalam membedakan kelas terutama pada kelas resiko rendah dan tinggi, karena data observasi tidak mengkelaskan ke dalam kedua kelas tersebut. Oleh karena itu kelas rendah dan kelas tinggi dalam model ini dimasukkan ke dalam kelas sedang. Sehingga kelas resiko bahaya kebakaran hutan dan lahan model dibagi ke dalam 3 kelas yaitu kelas sedang, sangat tinggi dan sangat tinggi sekali. Hasil uji akurasi menunjukkan bahwa pengkelasan ke dalam tiga kelas meningkatkan akurasi dari 52.56 menjadi 66.76 Tabel 15 70 Tabel 19. Matrik koinsidensi model terpilih dan hasil observasi Jumlah peubah Akurasi 3 kelas 5 kelas 4 peubah M2 66,76 52.56 6 peubah M3 ‐ 35.23

F. Implementasi Model

Berdasarkan nilai akurasi antara model 2 dan model 3 Tabel 19, maka dipilih model 2 untuk memetakan tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan. Peta kerawanan kebakaran hutan dan lahan Gambar 32 menunjukkan bahwa semua daerah dengan kerawanan sangat tinggi sekali extremely high berada di lahan gambut yaitu seluas 85.018,70 ha 0,56 dari total area studi, sedangkan area non gambut lebih banyak masuk ke dalam kelas sedang yaitu seluas 7.025.208,798 ha 46,02 dari area studi. Dengan demikian area yang termasuk ke dalam kategori sangat rawan sekali yaitu khususnya tipe tanah gambut harus mendapatkan penanganan yang lebih serius dalam pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Menurut tipe tutupan lahannya, maka area dengan tipe tutupan lahan semak seluas 80.708,99 ha 0,53 total area studi adalah area dengan tingkat resiko kebakaran hutan dan lahan paling tinggi extremely high. Hutan dataran rendah dan hutan sekunder sebagian besar termasuk ke dalam area dengan tingkat resiko kebakaran hutan dan lahan sangat tinggi yaitu masing‐masing seluas 3.510.057,76 ha 22,9 dari total area studi dan 2.573.676,68 ha 16,86 total area studi. Tipe h utan pegunungan yang berada di bagian utara propinsi Kalimantan Tengah Gambar 33 merupakan area dengan tingkat resiko kebakaran paling rendah yaitu tingkat sedang. Area dengan tingkat resiko paling rendah terluas berada di tutupan lahan ladang yaitu seluas 3.232.277,76 ha 21,17 dari luas area studi. 71 Gambar 32. Peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan wilayah Kalimantan Tengah 5 kelas 72 Berdasarkan fungsi kawasannya. maka fungsi hutan produksi merupakan area paling terluas yaitu 3.264.012,86 ha atau 21.38 dari area studi dengan tingkat kerawanan sangat tinggi, sebaliknya kawasan HPP paling kecil luasanya hanya 1.175,37 ha yang masuk kelas resiko tinggi sekali. Sedangkan kawasan yang berfungsi sebagai KGT seluas 666.045,16 ha merupakan area dengan resiko kebakaran paling tinggi yaitu sangat tinggi sekali 0,44 dari area studi. Sedangkan fungsi kawasan yang termasuk ke dalam kelas kerawanan paling rendah adalah kawasan PPK, KM, cagar alam dan PPH dimana semua area terkelaskan ke dalam tingkat resiko sedang. Jika dilihat dari tipe sistem lahannya, maka tiga sistem lahan yang sangat rentan terhadap bahaya kebakaran adalah sistem lahan deeper peat swamp, shallow peat, dan shallower peat. Hal ini ditunjukkan oleh model yang disusun, dimana seluruh kawasan dengan tingkat resiko sangat tinggi sekali berada di tiga sistem lahan tersebut yaitu deeper peat swamp 8.188,44 ha atau 0,54 , shallow peat 1.958,96 ha atau 0,01 dan shallower peat 1.175,37 ha atau 0,01. 73 Gambar 33. Peta tingkat kerawanan kebakaran hutan dan lahan wilayah Kalimantan Tengah 3 kelas 74 Gambar 34. Kondisi tutupan lahan di area bekas terbakar pada area dengan tingkat kerawanan sangat tinggi sekali. Lokasi : Kecamatan Jabiren, eks kawasan PLG, sampel PP07 Lokasi : Sekitar Tumbang Nusa, sampel PP08 Lokasi : Kecamatan Bukit Rawi, sampel BR1 Lokasi : Sekitar Tumbang Nusa, sampel PP09 75

G. Kerusakan area bekas kebakaran