54 Gambar
18. Pola sebaran hotspot pada berbagai tipe sistem lahan.
C. Pemberian skor
Berdasarkan data nilai kepadatan hotspot yang dijelaskan dari Tabel 5 sampai
dengan Tabel 12 di atas, dihitung nilai skor aktual, skor perkiraan dan skor
skala. Data‐data hasil perhitungan ketiga nilai skor di atas dapat dilihat pada
Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 8.
1. Analisis koefisien determinasi skor masing‐masing peubah dan kepadatan
hotspot.
Diagram pencar Gambar 19 menunjukkan pola hubungan antara
kepadatan hotspot dan skor tipe tutupan lahan menunjukkan bahwa model
linear dan model polinomial orde 2 memiliki koefesien determinasi yang tertinggi
yaitu 30,8 dan 31,0 . Model polinomial dapat menjelaskan 31,0 variasi
yang terdapat dalam skor jarak terhadap tipe tutupan lahan. Nilai koefisien
determinasi tersebut relatif rendah dibandingkan dengan koefisien
determinasi yang
dimiliki oleh skor tipe fungsi lahan dan skor tipe sistem lahan.
55
Gambar 19. Diagram pencar skor tipe tutupan lahan terhadap jumlah hotspot per km
2
.
Diagram pencar Gambar 20 menunjukkan hubungan antara kepadatan
hotspot dan skor jarak terhadap jaringan sungai, dimana model yang dicobakan
hanya memiliki nilai koefisien tertinggi sebesar 11,0 . Nilai ini sedikit lebih
besar dibandingkan dengan skor jarak terhadap pusat kota
.
Gambar 20. Diagram pencar skor jarak terhadap jaringan sungai terhadap
jumlah hotspot per km
2
.
56 Berdasarkan
analisis diagram pencar Gambar 21 hubungan antara kepadatan
hotspot dan skor jarak terhadap jaringan jalan menunjukkan bahwa model
polinomial dan model power memiliki koefisien relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan model yang lain, dengan nilai koefisien determinasi sebesar
14,8 dan 12,1 . Dengan demikian model‐model yang dicobakan hanya
dapat menjelaskan dengan baik 14,8 variasi yang ada dalam skor jarak terhadap
jalan.
Gambar 21. Diagram pencar skor jarak terhadap jaringan jalan terhadap jumlah
hotspot per km
2
. Diagram
pencar hubungan skor jarak terhdap pusat desa dan kepadatan hotspot
Gambar 22 menunjukkan bahwa model eksponensial dan model power memiliki
nilai koefisien determinasi tertinggi yaitu sebesar 33,70 dan 23,40 . Dengan
demikian sebanyak 33,70 variasi dalam skor jarak terhadap pusat desa
dapat dijelaskan dengan model eksponensial.
57 Gambar
22. Grafik hubungan antara nilai kepadatan hotspot per km
2
dengan skor
jarak terhadap pusat desa.
Berdasarkan analisis diagram pencar Gambar 23 hubungan antara
kepadatan hotspot dan skor jarak terhadap pusat kota menunjukkan bahwa
semua model yang dicobakan hanya memiliki nilai koefisien dari yang terbesar ke
terkecil yaitu 2,3 ; 1,2 dan 0,3 . Dengan demikian model‐model yang
dicobakan tidak dapat menjelaskan dengan baik variasi yang ada dalam skor
jarak terhadap pusat kota.
58 Gambar
23. Hubungan antara nilai kepadatan hotspot per km2 dengan skor jarak
terhadap pusat kota. Berdasarkan
analisis diagram pencar Gambar 24 hubungan antara kepadatan
hotspot dan skor fungsi kawasan menunjukkan bahwa model power memiliki
koefisien determinasi tertinggi yaitu 49,7 . Model ini dapat menjelaskan
49,7 variasi dalam skor fungsi kawasan. Dibandingkan dengan faktor
yang lain, skor fungsi kawasan memiliki nilai koefis
ien determinasi tertinggi
dibandingkan dengan faktor‐faktor yang lainnya.
59 Gambar
24. Hubungan antara nilai kepadatan hotspot per km
2
dengan skor fungsi
kawasan. Diagram
pencar Gambar 25 hubungan antara kepadatan hotspot dan skor
tipe tanah menunjukkan bahwa model power memiliki nilai koefisien determinasi
tertinggi sebesar 26,4 , lebih tinggi dari koefisien determinasi model
linear 22,0 . Dengan demikian model power dapat menjelaskan 26,4 variasi
dalam tipe tanah.
Gambar 25. Hubungan antara skor masing‐masing tipe tanah dan tingkat
kepadatan hotspot.
60 Gambar
26 menunjukkan hubungan antara kepadatan hotspot dan skor tipe
sistem lahan, dimana model power memiliki nilai koefisien determinasi tertinggi
sebesar 39,71 , lebih tinggi dari koefisien determinasi model linear 32,67
dan model ekponensial 37,98 . Hal ini berarti sebanyak 39,71 variasi
dalam skor tipe sistem lahan dapat dijelaskan oleh model power. Koefisien
determinasi hubungan antara skor tipe sistem lahan dan kepadatan
hotspot lebih kecil dibandingkan dengan koefisien determinasi hubungan
antara fungsi kawasan; dan lebih besar dari nilai koefisien determinasi hubungan
skor 6 faktor yang lain dengan kepadatan hotspot.
Gambar 26. Hubungan antara skor masing‐masing tipe sistem lahan dan kepadatan
hotspot
2. Kepadatan