39
0.0000 0.1000
0.2000 0.3000
0.4000 0.5000
0.6000
K eb
un La
ha n t
er bu
ka La
da ng
H u
ta n d
at ar
an r
enda h
H u
ta n s
ek unde
r S
em ak
bel uk
a r
T ip e tutupa n la ha n
Ju m
la h
hot s
po t
pe r
km 2
Gambar 9. Kepadatan hotspot pada berbagai tipe tutupan lahan.
2. Jumlah
hotspot dan jarak terhadap jaringan sungai
Jumlah hotspot menunjukkan kecenderungan menurun 0,332 per km
2
sampai 0,125 per km
2
dengan semakin bertambahnya jarak terhadap jaringan sungai
Tabel 5 artinya semakin jauh jarak dari jaringan sungai semakin sedikit jumlah
kejadian kebakarannya. Hal ini diduga karena jaringan sungai merupakan salah
satu sarana transportasi utama di Kalimantan Tengah, sehingga semakin jauh
dari jaringan sungai semakin sedikit pelaku pembakaran dapat memasuki wilayah
yang jauh dari jaringan sungai. Sebaliknya
area yang lebih dekat dengan jaringan sungai lebih tinggi jumlah
hotspotnya. Boonyanuphap 2001; Sunuprapto 2000; Suwarso 2003 juga
menyatakan bahwa kejadian kebakaran dipengaruhi oleh jarak terhadap jaringan
sungai; dimana semakin dekat dengan sungai semakin banyak jumlah hotspot
yang ditemukan Sunuprapto 2000; Hadi 2006; Purnama dan Jaya 2007; Thoha
2006. Hal ini karena jaringan sungai merupakan sarana transportasi yang digunakan
masyarakat di Kalimantan Tengah termasuk masyarakat yang akan melakukan
kegiatan perladangan, pertanian, perkebunan dan aktivitas lain yang berhubungan
dengan pemanfaatan lahan terutama di daerah‐daerah yang dekat dengan
jaringan sungai.
40 Gambar
10 menunjukkan pola hubungan antara jumlah hotspot per km
2
dengan jarak terhadap jaringan sungai yang mengikuti model polinomial dengan
nilai koefisien determinasi sebesar 90,9 .
Tabel 5. Kepadatan hotspot pada berbagai jarak terhadap jaringan sungai
Jarak sungai km
HDkm
2
Luas ha
Jumlah hotspot
1 0,278
740.084 2.059
2 0,316
317.963 1.006
3 0,327
195.085 639
4 0,313
137.971 432
5 0,295
99.927 294
6 0,269
68.536 185
7 0,257
47.855 123
8 0,249
31.637 79
9 0,214
16.498 35
10 0,152
10.508 16
11 0,161
8.065 13
12 0,149
8.574 13
13 0,125
6.754 8
14 0,125
2.153 3
15 0,125
205
Gambar 10. Kepadatan hotspot pada berbagai jarak terhadap jaringan sungai
41
3. Jumlah hotspot dan jarak terhadap jaringan jalan
Jumlah hotspot pada jarak kurang dari 7 km berada pada kisaran 0,24 –
0,38 per km
2
, mencapai tingkat tertinggi pada jarak 8 km dan menurun dari 0,4
sampai dengan 0,125 per km
2
Tabel 6. Pola sebaran jumlah hotspot
berdasarkan jarak terhadap jaringan jalan mengikuti model polinomial dengan
nilai koefisien determinasi 89,72 Gambar 11. Jumlah hotspot cenderung
menurun dengan semakin jauh jarak terhadap jaringan jalan, diduga sulitnya
aksesibilitas dapat mengurangi motivasi orang untuk datang dan menyebabkan
kebakaran hutan dan lahan.
Tabel 6. Kepadatan hotspot pada berbagai jarak terhadap jaringan jalan
Jarak jalan
km HDkm
2
Luas ha
Jumlah hotspot
Jarak jalan
km HDkm
2
Luas ha Jumlah
hotspot 1
0,252 140.092
354 23
0,163 20.630
34 2
0,255 133.585
341 24
0,173 18.584
32 3
0,279 116.148
324 25
0,183 17.488
32 4
0,292 109.484
320 26
0,165 18.020
30 5
0,293 103.022
302 27
0,159 16.481
26 6
0,324 95.091
308 28
0,155 15.289
24 7
0,400 85.308
341 29
0,133 11.070
15 8
0,437 78.194
342 30
0,129 10.047
13 9
0,410 76.743
314 31
0,140 8.951
13 10
0,381 70.239
268 32
0,146 8.207
12 11
0,342 63.679
218 33
0,133 7.451
10 12
0,318 61.281
195 34
0,134 6.558
9 13
0,298 57.946
173 35
0,133 5.745
8 14
0,300 55.145
165 36
0,129 5.167
7 15
0,337 46.642
157 37
0,125 4.316
5 16
0,359 37.222
134 38
0,125 3.588
4 17
0,286 34.913
100 39
0,125 2.983
4 18
0,204 31.959
65 40
0,125 2.655
3 19
0,159 29.431
47 41
0,125 2.262
3 20
0,147 27.237
40 42
0,147 1.664
2 21
0,132 25.897
34 43
0,125 981
1 22
0,141 24.043
34 44
0,125 378
42 Gambar
11. Kepadatan hotspot pada berbagai jarak terhadap jaringan jalan. Berdasarkan
pengamatan lapangan, ditemukan bahwa kejadian kebakaran
hutan dan lahan lebih banyak terjadi di area‐area yang lebih dekat dengan
jalan, sebagaimana dinyatakan oleh Soewarso 2003, Sunuprapto 2000,
Boonyanuphap 2001, dan Purnama dan Jaya 2007 bahwa faktor jalan berpengaruh
positip terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan. Selain
itu adanya akses jalan, mendorong masuknya orang untuk membuka
lahan baru yang dapat memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan Pratondo,
2007. Pada umumnya mereka akan lebih memilih lahan yang dekat dengan
jalan sebagai lahan garapan, karena lebih memudahkan dalam mencapai lahan
serta membawa hasil pertanian pada saat panen nantinya. Sehingga lahan
‐lahan yang lebih dekat dengan jalan pada umumnya banyak terindentifikasi
hotspot.
4. Jumlah hotspot dan jarak terhadap pusat desa