Cumulative abnormal return CAR menunjukkan reaksi pasar setelah
perusahaan mengumumkan penerbitan right issue. Perusahaan dengan kepemilikan institusi ≥ 40 memiliki rata-rata nilai cumulative abnormal
return sebesar 0,1050 dengan deviasi standar sebesar 0,0428.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test.
Pengambilan keputusan dalam pengujian normalitas ini melihat pada angka probabilitas yaitu dengan
membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila nilai p 0,05 maka data terdistribusi
normal Ghozali, 2009. Berikut disajikan hasil pengujian normalitas:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation .10943840
Most Extreme Differences Absolute
.087 Positive
.083 Negative
-.087 Kolmogorov-Smirnov Z
.478 Asymp. Sig. 2-tailed
.976 a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas di atas dapat dilihat bahwa nilai probabilitas sebesar 0,976 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data
dalam penelitian ini berdistribusi normal.
c. Uji Asumsi Klasik
1 Pengujian Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser. Pengujian ini dilakukan dengan meregresikan nilai absolute
residual terhadap variabel independen. Apabila variabel independen signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen, maka
terdapat indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Berikut merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas:
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Uji Glejser
Model t
Sig. 1
Constant .894
.380 DA
-.848 .405
GROWTH -1.021
.317 INST
-.308 .761
DAINST .788
.438 a. Dependent Variable: ABRESID
Hasil pengujian menunjukkan bahwa model dalam penelitian perioda sebelum SEO t-
1 dengan kepemilikan institusi ≥40 tidak terjadi
heteroskedastisitas, yakni ditunjukkan dengan nilai signifikansi dari semua variabel berada diatas tingkat signifikan 0,05.
2 Pengujian Autokorelasi
Dalam pengujian autokorelasi menggunakan pendekatan Durbin Watson DW, yaitu membandingkan nilai DW statistik dengan DW tabel.
Autokorelasi terjadi apabila nilai DW statistik berada antara d
u
dan 4-d
u.
Hasil pengujian Tabel 4.6 menunjukkan bahwa tidak terjadi autokorelasi pada model penelitian, karena nilai DW statistik sebesar 2,242, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini terbebas dari masalah autokorelasi.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Autokorelasi
Uji Durbin-Watson Model Regresi
DAt-1 INST≥40
DW statistik 2,242
Batas tidak Autokorelasi: 1,650 d 2,350
Keterangan Tidak Autokorelasi
d. Uji Hipotesis
1 Pengukuran Manajemen Laba
Manajemen laba diukur dari nilai discretionary accruals dengan pendekatan instrumental variabel. Pendekatan ini menyatakan bahwa
manajemen laba terjadi apabila nilai discretionary accruals DA 0. Untuk pengujian nilai DA0 dilakukan dengan menggunakan pendekatan
statistik parametrik one sample t-test. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba pada perioda sebelum SEO
t-1. Tabel 4.3 menunjukkan nilai t statistik discretionary accruals sebelum SEO dengan kepemilikan institusi ≥40 lebih besar dari nol dan
secara statistik signifikan pada tingkat kepercayaan 1.
Tabel 4.6 Discretionary Accruals sebelum SEO
One-Sample Test
Test Value = 0 t
df Sig. 2-tailed
DA 13.416
29 .000
Dari pengujian ini juga memberikan hasil mengenai motivasi perusahaan dalam melakukan manajemen laba. Motivasi perusahaan
melakukan manajemen laba perioda t-1 sebelum SEO dengan kepemilikan institusi ≥ 40 adalah menaikkan laba income increasing. Hasil ini
ditunjukkan melalui seluruh sampel yang mempunyai DA positif. Berdasarkan hasil analisis yang dipaparkan, maka hipotesis penelitian
yang menyatakan bahwa perusahaan yang SEO melakukan manajemen laba sebelum SEO t-1 dapat didukung.
2 Pengujian Regresi Berganda
Uji regresi berganda adalah analisis nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat. Berikut disajikan hasil pengujian
SPSS model penelitian:
Tabel 4.7 Hasil Regresi Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, dan Return Saham
Tanpa Pemoderasi
Tabel 4.8 Hasil Regresi Manajemen Laba, Pertumbuhan Perusahaan, Kecerdasan
Investor dan Return Saham
N i
l a
i
VARIABEL INDEPENDEN t-1
B t
Sig.
Constant -0.080
-1.232 0.229
Akrual Diskresioner DA 0.275
0.486 0.631
Pertumbuhan Perusahaan Growth 0.000
-1.204 0.239
Variabel Dependen : Cumulative Abnormal Return
R
2
: 0.068
Adjusted R
2
: -0.001
F : 0.982
Sig F : 0.387
VARIABEL INDEPENDEN t-1 SEO
B t
Sig.
Constant -0.809
-2.857 0.008
Akrual Diskresioner DA 5.022
2.413 0.023
Pertumbuhan Perusahaan Growth -0.001
-2.163 0.04
Kepemilikan Institusi INST 1.165
2.636 0.014
Moderasi DAINST -7.618
-2.388 0.025
Variabel Dependen : Cumulative Abnormal Return
R
2
: 0.272
Adjusted R
2
: 0.155
F : 2.333
Sig F : 0.083
Nilai adjusted R Square sebesar 0,155 15,5, hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel independen tersebut mampu mempengaruhi
return saham sebesar 15,5, sedangkan sisanya sebesar 84,5 return saham dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam model
penelitian ini. Berdasarkan hasil uji statistik F, didapatkan nilai F hitung sebesar 2,33
dengan nilai signifikansi sebesar 0,083, hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh secara bersama-sama simultan variabel independen terhadap
return saham, sehingga variabel manajemen laba, kecerdasan investor, dan
pertumbuhan perusahaan sebagai prediktor menurunnya return saham perusahaan tepat penggunaannya dalam model regresi.
Hasil regresi pada tabel 4.8, diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut :
CAR = -0,809+ 5,022 DA + 1,165 INST – 7,618 DA INST – 0,001 GROWTH
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda di atas, diperoleh hasil uji t sebagai berikut:
Variabel pemoderasi memiliki nilai t hitung -2,388 dan signifikansi sebesar 0,025, hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan
variabel pemoderasi terhadap return saham. Artinya manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham ketika mempertimbangkan
kecerdasan investor. Dengan kata lain, ketika investor cerdas pengaruh manajemen laba terhadap return saham menjadi kuat. Hal ini dilihat dari
hasil pengujian model regresi tanpa memasukkan variabel pemoderasi dalam model penelitian tabel 4.7. Ketika variabel pemoderasi
dikeluarkan dari model penelitian, manajemen laba yang dilakukan sebelum SEO tidak berpengaruh terhadap return saham, sedangkan ketika
variabel pemoderasi diuji dalam model, manajemen laba berpengaruh negatif terhadap return saham. Sehingga kecerdasan investor sebagai
variabel pemoderasi memperkuat pengaruh manajemen laba terhadap return
saham. Variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai t hitung -2,163 dan
signifikansi sebesar 0,040, hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh positif variabel pertumbuhan perusahaan terhadap return saham. Artinya
semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan return saham yang diterima semakin rendah dan sebaliknya.
C. Pembahasan
Hasil dari beberapa penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa manajemen cenderung melakukan praktik manajemen laba menjelang SEO. Hal
ini terjadi karena pada saat terjadi asimetri informasi yang tinggi, maka manajemen ingin memaksimalkan tingkat utilitasnya. Manajemen laba sering
dilakukan dengan memanfaatkan discretionary accrual. Dengan discretionary accrual
manajer menyembunyikan, menunda, atau mengubah informasi sesuai yang diinginkan sehingga investor mempunyai persepsi positif terhadap
perusahaan. Investor yang cerdas sophisticated mampu mendeteksi manajemen
laba dengan cepat sehingga apabila terjadi manajemen laba, maka investor akan langsung bereaksi negatif yang ditunjukkan oleh return saham yang menurun.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pihak manajemen melakukan manajemen laba perioda satu tahun sebelum SEO. Hasil ini konsisten dengan
penelitian Shivakumar 2000, Rangan 1998, dan Teoh et al. 1998 yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan melakukan manajemen laba sebelum
SEO dengan tujuan untuk mengantisipasi kemungkinan reaksi investor yang negatif pada saat pengumuman SEO. Manajemen laba yang dilakukan perioda t-1
adalah income increasing menaikkan laba yang ditunjukkan dengan nilai DA yang positif.
Koefisien pengaruh manajemen laba terhadap return saham dengan mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif -7,618 dan
signifikan pada tingkat signifikansi 2,5. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh manajemen laba yang tinggi menyebabkan return saham rendah ketika investor
cerdas. Ketika investor cerdas, segala informasi mengenai perusahaan baik informasi masa lalu, masa kini maupun informasi yang bersifat pendapat dan
opini yang beredar di pasar langsung dianalisis lebih lanjut untuk menentukan apakah informasi-informasi tersebut menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Investor
yang cerdas
adalah investor
yang mampu
menginterprestasikan dan menganalisis informasi yang tersedia serta mampu mendeteksi manajemen laba yang dilakukan oleh manajer sehingga ketika
investor mengetahui bahwa informasi yang diterimanya merupakan informasi
yang tidak valid, investor akan bereaksi negatif terhadap saham yang ditawarkan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Balsam et al. 2002 yang
menyatakan bahwa manajemen laba berhubungan dengan return saham untuk investor yang cerdas kepemilikan institusi ≥ 40. Penelitan ini juga didukung
oleh teori pasar efisien bentuk setengah kuat secara keputusan yang menjelaskan bahwa efisiensi pasar tidak cukup jika hanya dilihat dari ketersediaan informasi,
tetapi perlu mempertimbangkan kecanggihan pelaku pasar dalam mengolah informasi untuk pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini informasi
pengumuman SEO dapat memberikan sinyal positif maupun negatif bagi investor. Investor yang cerdas dan canggih pasti akan menganalisis informasi pengumuman
tersebut lebih lanjut untuk menentukan apakah benar informasi yang diterimanya valid sehingga dapat dipercaya.
Dengan kepemilikan institusi ≥ 40 yang menunjukkan investor cerdas, membuktikan ternyata investor dapat mengetahui
adanya kandungan manajemen laba dalam informasi yang diterimanya, sehingga reaksi negatif investor ini konsisten dengan teori efisiensi pasar secara keputusan.
Selain itu, penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian Bartov et al. 2000a, Rajgopal 1999, dan Walther 1997 yang menyatakan bahwa
kecerdasan investor merupakan faktor penentu hubungan antara laba dan return. Hasil penelitian ini juga tidak menemukan pengaruh positif pertumbuhan
perusahaan terhadap return saham. Koefisien pengaruh pertumbuhan perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap return saham bernilai negatif -0,001 dengan
signifikansi sebesar 4. Hasil ini membuktikan bahwa tingginya pertumbuhan