Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
untuk menginvestasikan dananya. Terkadang, agar kinerja perusahaan terlihat bagus, pihak manajemen berusaha untuk mengatur laba perusahaan, yaitu dengan
menaikkan laba perusahaan. Dalam Statement of Financial Accounting Concept SFAC
No.1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan faktor penting dalam menaksir kinerja atau pertanggungjawaban manajemen dan informasi laba
tersebut membantu pemilik atau pihak lain untuk melakukan penaksiran atas earning power
perusahaan di masa yang akan datang Financial Accounting Standard Board,
1987. Pada praktiknya dari semua elemen laporan keuangan yang menjadi pusat perhatian investor hanya pada informasi laba tanpa
memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut Beattie, et al., 1994. Kecenderungan investor dan pihak ekstern lainnya
yang lebih berfokus pada informasi laba memicu manajemen melakukan disfunctional behavior
berupa manajemen laba earning management atau manipulasi laba earning manipulation untuk menghasilkan laba yang dianggap
normal bagi suatu perusahaan Bartov, 1993. Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses menyusun
pelaporan keuangan eksternal sehingga dapat menaikkan atau menurunkan laba akuntansi. Manajemen laba dapat dilakukan dengan memanfaatkan kelonggaran
penggunaan metode dan prosedur akuntansi, membuat kebijakan-kebijakan discretionary yang dapat mempercepat atau menunda biaya-biaya dan
pendapatan agar laba perusahaan lebih kecil atau lebih besar sesuai dengan yang diharapkan Scott,1997.
Sejumlah penelitian mengenai analisis manajemen laba seperti dalam penelitian Jones 1991, Chotourou 2001, Rao dan Dandale 2005, Rajgopal et
al. 2007, manajemen laba sering memfokuskan pada penggunaan discretionary
accruals oleh manajer dalam mengatur laba. Teoh et al. 1998b dalam Jogiyanto
2009 menemukan bahwa manajemen melakukan penyesuaian akrual dalam rangka menaikkan laba menjelang SEO. Rangan 1998 juga menemukan hasil
yang sama. Beberapa penelitian terdahulu membuktikan bahwa manajer melakukan
manajemen laba menjelang SEO sehingga kinerja saham setelah SEO adalah rendah. Hasil dari penelitian Teoh et al. 1998b menyatakan bahwa kinerja
saham rendah setelah SEO untuk perusahaan yang melakukan SEO. Manajer biasanya berperilaku oportunis dengan melakukan manajemen laba untuk
menaikkan harga saham yang ditawarkannya sehingga ada peningkatan laba menjelang penawaran dan memuncak pada saat penawaran untuk kemudian
menurun setelah penawaran. Rangan 1998 juga membuktikan bahwa kinerja saham perusahaan setelah SEO rendah. Hal ini membuktikan bahwa perusahaan
yang melakukan manajemen laba menjelang SEO akan memiliki return saham lebih rendah dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa koefisien regresi hubungan antara discretionary accruals
dan return saham adalah negatif, sehingga Rangan menyimpulkan bahwa rendahnya kinerja saham mampu dijelaskan oleh
komponen akrual.
Penelitian Joni dan Jogiyanto 2009 berhasil menemukan hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan kecerdasan investor
sebagai variabel pemoderasi. Koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor kecerdasan investor bernilai negatif. Hal
ini menunjukkan bahwa manajemen laba yang tinggi menyebabkan return saham rendah ketika mempertimbangkan faktor kecerdasan investor. Dalam penawaran
saham perdana, investor cenderung menggunakan laporan keuangan sebagai satu- satunya sumber informasi, sedangkan dalam SEO ada lebih banyak informasi
yang dapat dimanfaatkan investor sebelum membuat keputusan investasinya. Apabila investor mampu mendeteksi manajemen laba di sekitar IPO hanya
dengan menggunakan informasi dalam laporan prospektus, maka peneliti menduga dalam SEO ini investor akan lebih banyak mendapatkan informasi masa
lalu perusahaan, informasi saat kini, maupun informasi yang bersifat sebagai pendapat yang beredar di pasar yang dapat mempengaruhi analisisnya, sehingga
manajemen laba yang dilakukan manajer dengan cepat dapat terdeteksi. Kepemilikan institusional dinilai dapat mengurangi praktik manajemen laba
karena manajemen menganggap institusi sebagai sophisticated investor serta dapat memonitor manajemen yang dampaknya akan mengurangi motivasi
manajer untuk melakukan manajemen laba Siregar dan Utama, 2005. Selain itu Investor institusional merupakan investor yang canggih atau investor yang cerdas
sophisticated yang lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor non institusional
Siregar dan Siddharta, 2006. Konsisten dengan Bartov et al.2000, Rajgopal 1999, dan Walther 1997 dalam Jogiyanto 2009 yang menyatakan bahwa
kecerdasan investor investor sophistication merupakan faktor penentu hubungan antara laba dan return. Selain itu Balsam et al.2002 menyatakan bahwa para
investor yang cerdas mampu mendeteksi manajemen laba lebih cepat daripada para investor yang tidak cerdas unsophisticated investors.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Joni dan Jogiyanto 2009, yang meneliti hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan
kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi dengan sampel perusahaan yang IPO pada tahun 1990-2002. Variabel dependen yang diuji yaitu manajemen laba
yang memiliki hubungan dengan return saham ketika mempertimbangkan kecerdasan investor sebagai pemoderasi. SEO dengan mekanisme right issue atau
menjual hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham tambahan dengan harga tertentu biasa dilakukan oleh perusahaan yang kepemilikannya
terkonsentrasi dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pemegang saham lama agar dapat mempertahankan proporsi kepemilikannya. Penulis tertarik untuk
meneliti pengaruh manajemen laba sebelum SEO dengan mekanisme right issue terhadap return saham dengan rentan waktu dari tahun 2001-2011. Ketika
perusahaan sudah menjadi perusahaan publik, maka setiap keputusan dan kegiatan perusahaan akan diawasi, dikontrol, dan dipertanggungjawabkan kepada
publik. Harapannya, hak publik untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat, dan netral dapat terpenuhi. Oleh sebab itu, berbeda dengan penawaran
saham perdana maka investor mempunyai akses dan sumber untuk memperoleh informasi yang lebih memadai dalam SEO. Selain menggunakan informasi
laporan keuangan maka investor dapat menggunakan berbagai akses dan sumber informasi lain untuk menilai apakah perusahaan layak sebagai tempat
menginvestasikan dananya. Meskipun di pasar tersedia informasi yang memadai manajer tetap merupakan
pihak yang lebih superior dibandingkan pihak lain. Hal inilah yang mendorong dan memotivasi manajer untuk berperilaku oportunis dengan melakukan
manajemen laba .
Upaya ini sebenarnya wajar dilakukan manajer perusahaan yang melakukan SEO sebab secara teoritis terbukti adanya hubungan positif antara
kinerja perusahaan dengan harga saham perusahaan. Semakin tinggi kinerja perusahaan maka semakin tinggi pula harga sahamnya dan sebaliknya.
Tujuan lain menginformasikan hal-hal yang positif mengenai perusahaan yaitu agar investor secara positif merespon saham yang ditawarkan. Hal ini
sejalan dengan konsep windows of opportunity yang menjelaskan bahwa manajer yang oportunis memanfaatkan asimetri informasi antara manajer dan pasar.
Konsep ini juga menjelaskan bahwa kebanyakan perusahaan akan melakukan penawaran saham tambahan pada saat sahamnya overvalued. Dengan kata lain,
manajer berperilaku oportunis ketika mengetahui investor overoptimist terhadap nilai penawaran saham tambahan tersebut. Hal ini lah yang mendorong peneliti
melakukan penelitian untuk mengetahui apakah hasil penelitian yang dilakukan di sekitar IPO konsisten dengan pada saat SEO.
Penelitian ini juga ingin membuktikan apakah dengan investor yang cerdas investor akan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan relevan ketika SEO,
sehingga para investor dapat mendeteksi manajemen laba lebih cepat dan memperhitungkan return saham yang akan diterimanya. Mengingat bahwa ketika
SEO, investor dapat memonitoring manajer melalui rapat umum pemegang saham dan informasi mengenai perusahaan jauh lebih banyak serta tersedia dibandingkan
saat IPO. Berdasarkan pernyataan-pernyataan dan penelitian sebelumnya yang telah
disebutkan di atas maka penelitian ini diberi judul
“Pengaruh Manajemen Laba Terhadap Return Saham dengan Kecerdasan Investor Sebagai Variabel
Pemoderasi” Studi Empiris Pada Perusahaan yang Melakukan SEO dan Terdaftar di BEI periode 2001-2011