Manajemen Laba, Return Saham, dan Kecerdasan Investor
investor untuk membeli saham tambahan yang dilakukan melalui right issue. Dari beberapa penelitian dan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa perusahaan cenderung meningkatkan kinerja pada saat sebelum SEO dengan cara mengatur laba dalam bentuk peningkatan laba income
increasing , yang pada akhirnya menyebabkan penurunan laba jangka panjang
pada periode setelah SEO. Pada penelitian ini akan diuji kembali mengenai manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan sebelum SEO dengan data dan periode yang lebih baru. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
hipotesis alternatif pertama yang dinyatakan sebagai berikut :
H1 : Perusahaan yang terdaftar di BEI melakukan manajemen laba sebelum SEO.
Jogiyanto 2009 menyatakan bahwa dengan kepemilikan institusional sebesar 40 investor dianggap mahir dan dapat mendeteksi adanya manajemen laba
dalam setiap laporan keuangan perusahaan. Investor institusional umumnya memiliki informasi privat yang lebih banyak dan memiliki tim analis yang lebih
canggih untuk menganalisis informasi daripada investor individu. Penelitian ini akan menguji pengaruh manajemen laba sebelum SEO terhadap
return saham dengan menggunakan kecerdasan investor sebagai variabel
pemoderasi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Joni dan Jogiyanto 2009, karena penelitian ini menggunakan peristiwa SEO dengan mekanisme right issue
sebagai suatu peristiwa yang dilakukan perusahaan setelah perusahaan tersebut go public
. Sedangkan penelitian Joni dan Jogiyanto 2009 meneliti mengenai hubungan manajemen laba sebelum IPO dan return saham dengan menggunakan
kecerdasan investor sebagai variabel pemoderasi yang hasil koefisien hubungan manajemen laba dengan return saham yang mempertimbangkan faktor
kecerdasan investor bernilai negatif. Selain itu, dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah kecerdasan investor memperkuat pengaruh manajemen laba
terhadap return saham, mengingat pada saat SEO ini informasi yang tersedia lebih banyak serta mempertimbangkan kecanggihan pelaku pasar dalam
menganalisis informasi yang diterimanya. Investor yang tidak cerdas akan langsung menerima informasi tanpa menganalisis informasi tersebut lebih lanjut,
sehingga ia akan bereaksi positif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusan yang diambilnya menjadi salah dalam berinvestasi. Sedangkan investor yang
cerdas mampu menganalisis informasi lebih lanjut sehingga ketika informasi yang diterimanya merupakan informasi yang salah dan mengandung manajemen laba,
ia akan bereaksi negatif terhadap saham yang ditawarkan dan keputusannya benar dalam berinvestasi. Berdasarkan teori efisiensi pasar dan penelitian Joni dan
Jogiyanto 2009 sebelumnya, maka dapat disusun hipotesis alternatif kedua sebagai berikut: