Perasaan selama persiapan upacara
Di bawah ini adalah data subjek yang merupakan keluarga dan kerabat dari RAS.
Tabel 4 Data Subjek
Subjek 4 5
6 Nama
SL MB A
Hubungan Kekerabatan
Teman Saudara Anak
Usia 58 tahun
60 tahun 38 tahun
Pendidikan SMU S1
S1
Pekerjaan Pensiunan PNS
Guru -
Agama Kristen Protestan
Kristen Protestan Kristen Protestan
Tingkatan sosial
Tana’ Karurung rakyat biasa
Tana’ Bassi bangsawan
menengah Tana’ Bassi
bangsawan menengah
Hasil Analisa a.
Reaksi saat pertama mendengar tentang kematian
Reaksi yang hampir sama ditunjukkan oleh ketiga subjek saat mengetahui kabar kematian almarhumah. Perbedaan reaksi ini timbul
karena kondisi almarhumah yang memang sudah tua dan sakit-sakitan, sehingga kematiannya. Meskipun sudah tahu kondisi ibunya, A
sebagai anaknya tetap merasa tidak rela. Saat SL mendengar kabar kematian almarhumah, ia tidak
merasakan kesedihan yang mendalam. Almarhumah adalah teman SL Menurutnya, tidak terlalu mengejutkan lagi saat mendengar kabar
tersebut karena almarhumah sudah tua dan sakit-sakitan.
“Saya sudah tidak terlalu ingat lagi buat apa waktu itu kabar datang, tapi waktu itu saya sudah dak terlalu kagetmi karena dia memang sudah
tua dan sakit-sakitan……………” W4.15.86
Hal berbeda ditunjukkan oleh saudara almarhumah, MB. Meskipun sudah bisa memperkirakan kematian almarhumah, MB tetap
saja merasa kaget dan sedih. Namun perasaan tersebut tidak lama dirasakannya karena ia yang harus menjadi penghibur bagi orang lain.
“Saya memang sudah memperkirakan kalo tidak lama lagi beliau akan meninggal, soalnya memang sudah tua skali dan sering sakit-sakitan.
Tapi ya tetap saja kaget waktu ditelpon sama anaknya. Saya langsung hari itu ke Tombang dan mempersiapkan ibadah malam harinya. Ya
waktu tau ya langsung direlakan, sepertinya memang lebih baik meninggal daripada stengah mati tahan sakitnya.” W5.14.88
“Yang pasti sedihlah, saudara meninggal masa ndak sedih ? Tapi karna kita sudah tuami, ya…jangan sampai kita yang harus dihibur, harusnya
kita yang menghibur yang lebih muda.” W5.21.89
Sedangkan anaknya, A, menunjukkan reaksi yang lebih mendalam. Hal ini ditunjukkan dengan ekspresi kaget, menangis terus-
menerus, dan pingsan. Ia menuturkan bahwa ia belum rela melepas kepergian almarhumah meskipun ia juga tahu kalau almarhumah sudah
tua dan sakit-sakitan.
“Saya kaget skali, langsung saya ke rumahnya itu sendirian. Sampai disana saya langsung nangis-nangis, sampe sempat pingsan juga.
Memang saya sudah tau kalo mama itu sudah sakit-sakit, tapi bagaimana ya, tetap saja rasanya ndak rela kalo mama meninggal.
Padahal kalo dipikir-pikir, daripada mama sakit-sakit stengah mati, kan lebih baik kalo Tuhan panggil, tapi ya…tetap saja, prasaan seorang
anak kalo orangtuanya meninggal itu bagaimana. Sedih sekali, rasanya mo menangis terus saja. Untung ada saudara yang nasehati kalo dak
baik sedih terus sementara masih banyak hal yang mo diurus lagi. Ya sudahmi, saya berusaha untuk tegar. Tapi ya tetap saja susah skali untuk
tidak nangis..” W6.13.91