walaupun cuma sebentar, jadi dak langsung dikuburkan. Kita juga ada kesempatan untuk mm…memberikan penghormatan terakhir buat
bapak.” W10.24.104.
C. PEMBAHASAN
Menurut Subagya 2005, kematian biasanya membawa suatu kedukaan yang amat besar bagi keluarga dan orang-orang terdekat yang ditinggalkannya.
Kesedihan dan rasa kehilangan merupakan perasaan yang terbentuk oleh terputusnya hubungan sosial dan emosional akibat peristiwa kematian. Ketika
orang baru saja mendengar kabar kematian orang yang dekat dengannya, akan timbul kebingungan, seseorang akan mengalami mati rasa, tidak percaya, tangisan
yang terus-menerus, serta tidak mampu berpikiran jernih. Reaksi yang bersifat tiba-tiba terhadap kehilangan ini juga menimbulkan
adanya ketidakpercayaan, kelumpuhan, dan ledakan kepanikan atau penuh dengan air mata yang berlebihan Morycs ; Powers Wampold dalam Santrock, 1995.
Hal ini bisa dilihat pada hampir semua subjek. Meskipun orang yang meninggal pada umumnya sudah tua dan sakit-sakitan, mereka tetap merasa belum rela untuk
melepas kepergian almarhumalmarhumah. Reaksi yang timbul juga beragam. Beberapa subjek, meskipun awalnya
kaget dan tidak percaya, bisa dengan segera mengatasi perasaan mereka dan berpikir tentang kelanjutan upacaranya. Subjek yang bereaksi lebih mendalam
yakni JLP kasus 1, A kasus 2, dan TS kasus 3. Hubungan ketiganya dengan almarhumalmarhumah sangat dekat, yakni anak dan istri.
Pada penelitian ini ada hal lain yang diperoleh yakni adanya perbedaan rasa kehilangan yang dirasakan oleh keluarga dan kerabat. Peristiwa kematian
identik dengan rasa kehilangan yang dialami oleh orang-orang yang ditinggalkan, terutama bagi pihak keluarga. Meskipun demikian, pada penelitian ini ada pihak
kerabat yang lebih menampakkan reaksi kehilangan daripada subjek yang merupakan keturunan langsung dari almarhum, yakni R kasus I. R lebih merasa
kehilangan bila dibandingkan dengan cucu almarhum, SSB. SSB tinggal cukup jauh dari tempat almarhum kakeknya. Ia juga jarang mengunjungi kakeknya
sehingga komunikasi yang terjalin di antara mereka tidak lancar. Ketika kakeknya meninggal, SSB tidak terlalu bersedih dan merasa kehilangan. Komunikasi yang
kurang lancar dan intensitas pertemuan yang jarang menjadi penyebab terjadinya hal ini. Hal ini menjelaskan bahwa yang mempengaruhi fase dukacita seseorang
adalah faktor kedekatannya dengan orang yang meninggal. Rentang waktu antara meninggalnya subjek hingga saat pelaksanaan
upacaranya cukup bervariasi, mulai dari beberapa bulan hingga tujuh tahun. Kondisi ini membuat lamanya pihak keluarga yang ditinggalkan juga sangat
bervariasi dalam rentang waktu berduka. Pada umumnya, seseorang akan berada pada tahapan ini selama satu minggu hingga dua belas bulan setelah kematian
Temes, 2008. Hal demikian dapat kita lihat pada kasus-kasus di atas. Terdapat beberapa subjek yang tidak lama berada dalam masa kesedihan, sedangkan ada
beberapa subjek yang cukup lama bersedih, bahkan hingga satu tahun. Jangka waktu yang cukup lama membuat pihak keluarga mempunyai banyak waktu
bersama almarhum, karena jenazahnya disimpan di rumah. Selama berbulan- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI