Asal-usul Toraja MASYARAKAT TORAJA

meninggal. Membuat pesta dengan cara besar-besaran adalah satu-satunya jalan untuk meningkatkan arwah orangtua ke tempat yang lebih mulia. Sebagai imbalan, mereka akan mendapatkan berkat dan lindungan dari arwah tersebut Mukhlis Lucas, 1987.

2. Rambu Solo’

Upacara Rambu Solo’ adalah upacara yang ditujukan pada arwah, dilakukan pada sore hari di sebelah barat dan selatan rumah Tongkonan. Upacara ini dimulai pada saat matahari condong ke barat. Upacara kedukaan ini diatur oleh adat yang disebut Aluk Rampe Matampu yang mempunyai sistem dan tahap-tahapnya sendiri. Adat ini lebih banyak dinyatakan dalam upacara pemakaman Naskah Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, 1984. Deskripsi tentang upacara ini akan dijelaskan melalui faktor-faktor pendorong sehingga upacara ini dilaksanakan serta tingkatan-tingkatan upacara. a. Faktor-faktor pendorong upacara Dalam Naskah Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan 1984, pelaksanaan upacara pemakaman di Tana Toraja yang memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sebagai berikut : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Faktor kepercayaan Kepercayaan Aluk Todolo yang dianut oleh masyarakat Toraja mengajarkan bahwa seluruh isi alam ini masing-masing memiliki roh. Roh dari hewan dan harta benda yang dikorbankan pada saat upacara pemakaman akan menjadi harta benda dan kekayaan bagi roh manusia di alam gaib. 2 Faktor martabat Hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara dibagi-bagikan sebagai tindakan sosial bagi masyarakat, juga sebagai tanda penghargaan terhadap seseorang yang dinyatakan pada pesta kematian. Penghulu-penghulu adat, relasi-relasi dari Tongkonan, dan orang-orang terhormat lainnya menempati tempat duduk tersendiri di atas lumbung padi bagian depan. Kesemuanya itu mendapat pembagian daging korban yang telah ditentukan potongan demi potongan dan besar kecilnya telah disesuaikan dan diatur dengan penggolongan jabatan yang dipangkunya dalam adat dan dalam masyarakat. Masyarakat sekitar juga mendapatkan bagian dalam pemotongan daging tersebut. Sistem pembagian daging merupakan salah satu media komunikasi sosial di kalangan masyarakat Toraja. Penyelenggaraan upacara bagi orang yang meninggal berarti menjamin gengsi sosial serta menjunjung tinggi kehormatan dan martabat orang yang meninggal serta keluarganya.