Masyarakat Toraja MASYARAKAT TORAJA

1 Faktor kepercayaan Kepercayaan Aluk Todolo yang dianut oleh masyarakat Toraja mengajarkan bahwa seluruh isi alam ini masing-masing memiliki roh. Roh dari hewan dan harta benda yang dikorbankan pada saat upacara pemakaman akan menjadi harta benda dan kekayaan bagi roh manusia di alam gaib. 2 Faktor martabat Hewan-hewan yang dikorbankan saat upacara dibagi-bagikan sebagai tindakan sosial bagi masyarakat, juga sebagai tanda penghargaan terhadap seseorang yang dinyatakan pada pesta kematian. Penghulu-penghulu adat, relasi-relasi dari Tongkonan, dan orang-orang terhormat lainnya menempati tempat duduk tersendiri di atas lumbung padi bagian depan. Kesemuanya itu mendapat pembagian daging korban yang telah ditentukan potongan demi potongan dan besar kecilnya telah disesuaikan dan diatur dengan penggolongan jabatan yang dipangkunya dalam adat dan dalam masyarakat. Masyarakat sekitar juga mendapatkan bagian dalam pemotongan daging tersebut. Sistem pembagian daging merupakan salah satu media komunikasi sosial di kalangan masyarakat Toraja. Penyelenggaraan upacara bagi orang yang meninggal berarti menjamin gengsi sosial serta menjunjung tinggi kehormatan dan martabat orang yang meninggal serta keluarganya. 3 Faktor ekonomi warisan Seseorang akan mendapatkan warisan setelah ia menunjukkan pengabdian dan sumbangannya kepada upacara pemakaman. Jumlah warisan akan diperoleh menurut jumlah pengabdian dan jumlah sumbangannya. b. Tingkatan-tingkatan Upacara Dalam kepercayaan aluk todolo, seseorang yang baru saja meninggal tidak pernah dianggap mati, tetapi hanya dikatakan sakit dan tidak boleh langsung dikuburkan, namun terlebih dahulu harus melalui tingkat-tingkat upacara dalam tata cara yang telah digariskan oleh kepercayaan ini. Setiap orang diupacarakan sesuai dengan strata sosialnya. Seseorang yang berasal dari lapisan yang lebih rendah tidak boleh dimakamkan menurut upacara pemakaman bagi kalangan bangsawan, begitu pula sebaliknya. Apabila hal ini dilanggar, mereka akan menerima sanksi sosial yakni dicela dan menjadi buah bibir masyarakat serta ditentang oleh seluruh pemuka adat di Tana Toraja. Semakin tinggi tingkatan upacara, waktu pelaksanaannya akan semakin lama dan semakin membutuhkan biaya yang sangat besar, khususnya dalam pengadaan hewan kerbau dan babi serta pembuatan pondok-pondok Naskah Upacara Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, 1984. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI